Black Cat Chapter 6

req-poster-black-cat

 

Judul : Black Cat (chapter 6) – I love you, whoever you are.

Author: nyimasRDA

Main Cast:

Park Ji Yeon as Lee Ji Kyung/Rian

Lee Jong Hyun

Park Shin Hye as Lee Kyu Won

Jung Yong Hwa

other

Lenght: Chapter

Genre: Romance, fantasy

Rating: G

FF ini aku publish di FF pribadiku.

Di part ini, kedua nona Park sudah merubah marga mereka menjadi Lee.

Park Ji Yeon menjadi Lee Ji Kyung/Rian dan Park Shin Hye menjadi Lee Kyu Won.

Saat author pov aku nyebutnya “Ji Yeon dan Shin Hye”, tapi kalau dalam percakapan justru menjadi “Ji Kyung dan Kyu Won”.

Maaf jika membingungkan, dan selamat membaca.

HARAP SEMUANYA MENINGGALKAN JEJAK ^^

poster: elmoblue dari http://theartlockers.wordpress.com

-oOo-

 

Please remember me who only looks at you, who only longs for you. I’ve never forgotten you, even if we’re in different places I’ll forever only look at you – Park Jiyeon

-oOo-

Baca lebih lanjut

Camorra

nyimasRDA - camorra

Tittle: Camorra – Mafia

Author: nyimasRDA

Genre: Action, Sad

Lenght: One Shoot

Cast:

Park Jiyeon

Cha Seung Won

Ham Eunjung

Park Sun Young

Yong Junhyung

Annyeong readers, aku coba buat FF one shoot nih.

Karena aku kurang piawai buat one shoot, jadi aku berlatih keras haha.

FF ini aku adaptasi dari MV nya T-ARA yang cry-cry dan lovey dovey.

Dan memang aku buat sesuai dengan MV itu, tapi aku tambahin sedikit imajinasi aku.

Harap kalian memberikan komentarnya hehe.

Selamat membaca.

-oOo-

Ahjussi, I was happy because I had you. I can’t do anything by my self.

We were a great team, right? – Park Jiyeon

I want to protect you, I know this is wrong.

I don’t have the right, but, I want to protect you – Cha Seung Won

-oOo-

Seorang namja berusia tiga puluh tahun berjalan mengendap-ngendap di depan sebuah rumah yang cukup besar, di belakang namja itu berdiri beberapa namja lain. Mata namja ini memandang dingin bangunan berlantai dua itu kemudian memberikan isyarat kepada namja yang lain untuk bersiaga.

“Bersiap di posisi masing-masing.”

“Hyeongsa-nim, kami sudah bersiap di posisi.”ujar seseorang yang terdengar oleh namja itu melalui earphonenya.

Namja itu menganggukan kepalanya, memberikan perintah kepada polisi yang lain untuk bersiap di posisi masing-masing.

Seorang namja berbadan tegap mengetuk pintu kediaman target mereka, kemudian mendorong si pembuka pintu sampai ia terjengkang. Namja yang di panggil detektif segera mengangkat tangannya, memberi perintah untuk menerobos pintu tersebut. Dengan cekatan namja ini mengangkat tangannya yang menggenggam pistol, menarik pelatuknya dan menembakkan peluru kepada siapa saja yang menghalanginya.

Seseorang yang sedang bermain bersama anaknya terkejut saat mendengar beberapa kali bunyi tembakan dari arah rumahnya.

“Jiyeon-na, kau bersembunyi disini dulu, ne? Appa akan menjagamu.”ujar seorang namja yang cukup tua.

“Keunde Appa, kenapa aku harus bersembunyi?”tanya bocah berusia tujuh tahun itu.

“Ada sesuatu hal yang harus apa kerjakan, kau tunggu disini, jangan menampakkan tubuhmu apapun situasinya, ne?”

“Ne Appa, arraso.”jawab bocah itu tersenyum riang.

Di lantai satu seorang pria berumur dua puluh tahun sedang berusaha menyelamatkan dirinya. Namja ini menjadikan salah satu polisi sebagai perisainya agar tidak tertembak ataupun tertangkap. Mata namja ini menatap lurus namja di depannya.

“Neo?! Cha Seung Won!”ujar seorang namja yang terkejut melihat kedatangan para polisi.

“Lama tidak bertemu, Junghyung-ssi.”ujar namja yang merupakan pimpinan dalam misi ini.

“Bagaimana bisa kau tahu kalau aku disini?!”

“Mudah saja, kau tahu, aku punya banyak mata-mata disekelilingmu.”

“Saekki-ya!”ujar namja bernama Junhyung itu lalu mendorong tubuh polisi yang sebelumnya sudah ia bunuh dengan belati yang ia genggam, namja ini kemudian melarikan diri.

Cha Seung Won berjalan perlahan, menaiki anak tangga satu persatu sambil terus bersiaga. Tangan kanan Seung Won menggenggam pistol yang siap menembak sementara tangan kirinya terulur untuk membuka sebuah pintu.

“Keluar.”ujar Seung Won pelan.

“Nan..”

“Angkat tangan dan keluar dari sana.”ujar Seung Won pelan. Namja itu, Park Shin Woo mengangkat tangannya dan berjalan keluar dari balik mejanya, namun langkahnya terhenti, Shin Woo menundukkan kepalanya dan..

Dor!

Darah segar mengalir dari pelipis Shin Woo.

“Appa! Appa! Ireona! Appa…”tangis seorang gadis kecil ketika melihat ayahnya sudah tak bernyawa.

Seung Won terdiam, matanya menatap tubuh gadis berusia tujuh tahun itu. Wajah tanpa dosanya membuat Seung Won termanggu. Ada seberkas darah yang mengotori pakaian dan tubuh gadis itu.

“Appa, jangan tinggalkan aku!”tangis gadis itu lagi.

-oOo-

10 tahun kemudian.

Seorang namja paruh baya berjalan bersama seorang gadis berusia tujuh belas tahun. Keduanya terlihat berjalan menuju sebuah tempat perjudian. Si gadis dengan pendek berwarna hitam pekat, sementara si pria mengenakan setelan serba hitam. Si gadis tersenyum saat melihat isyarat yang diberikan si pria paruh baya.

“Kajja kita masuk.”ajak si gadis dengan suara riang.

Gadis itu tersenyum saat menyerahkan sebuah kertas yang dapat memberikannya izin untuk masuk ke dalam lokasi perjudian.

“Woaah daebak! Tempat ini seperti…”

“Ladang uang.”ujar pria paruh baya itu singkat.

“Nde! Kajja ahjussi, kita habisi mereka.”

Gadis berambut hitam itu membuka bungkus permen karet, mengunyahnya untuk menghilangkan rasa gugup. Mata gadis ini melirik ke arah pria paruh baya yang sejak tadi memperhatikannya, kemudian tersenyum saat pria itu mengangkat tangan kanannya dan menepuk-nepuk pada dadanya, seolah mengatakan bahwa dirinya harus tenang.

“Yya gadis kecil, apa kau punya uang, eoh?”ujar seorang pria yang duduk di depannya.

“Tentu! Tentu aku punya uang!”ujar gadis itu dengan suara lantang.

“Saekki, bagaimana bisa anak ingusan masuk ke tempat ini.”rutuk pria itu lagi.

“Ahjussi, jangan banyak bicara. Lebih baik kita mulai saja permainannya.”

“Baiklah, kita lihat sampai mana kehebatanmu.”

Gadis itu tersenyum, lagi. Senyum yang sangat manis, ia bahkan tak pernah kehilangan senyuman itu barang sedetikpun. Pria itu melirik ke arah si gadis yang membuka sebuah tas tangan berwarna hitam yang sejak tadi ia pegang. Tangan kanan gadis itu sibuk mengeluarkan tumpukan-tumpukan uang pecahan seratur won, membuat mata si pria di depannya terbelalak kaget.

“Woah, banyak sekali uangmu. Apa kau dari mencuri?”

“Yya ahjussi, jangan sembarangan kalau bicara.”

“Ya ya ya, baiklah, terserah kau saja. Cepat buka kartumu.”ujar namja itu lalu mengisap cerutu miliknya.

Jiyeon tersenyum senang memamerkan deretan gigi putihnya. Tangan mungil yeoja ini membalikkan satu persatu kartu yang ia pegang kemudian menaruhkan hampir sebagian uang yang ia punya. Si pria di depannya hanya tersenyum mengejek dan ikut menaruhkan seluruh uangnya. Yeoja itu melirik sekilas pada namja yang datang bersamanya. Namja ini mengangkat tangan kanannya lagi dan menempelkan pada dadanya, hal yang sering ia lakukan untuk membuat yeoja ini tenang.

Yeoja ini meniup permen karet yang sedari tadi ia kunyah kemudian tangannya merogoh saku jaket kulit yang ia kenakan. Mata pria yang menjadi lawan mainnya membesar, terkejut dengan benda yang kini tergeletak di atas meja sementara pria yang bersamanya tadi hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anak angkatnya itu.

“Saekki!”teriak pria yang duduk di depan yeoja itu.

Si pria itu berdiri kemudian berusaha memukul si yeoja, namun tindakannya terhenti saat namja yang bersama yeoja itu sudah meraih tangannya dan memukul kepalanya keras. Si yeoja mengangkat benda yang ia keluarkan tadi. Sebuah pistol, yeoja itu menodongkan pistolnya kepada seluruh pengunjung tempat perjudian itu sambil tersenyum ramah. Jerit-jeritan dari para wanita penghibur memenuhi seluruh ruangan apa lagi saat yeoja itu menembakkan pistolnya secara tak sengaja.

“Jiyeon-na!”tegur pria itu sedikit kesal.

“Ups, mianhe.”ujar yeoja yang merupakan Jiyeon itu, ia tersenyum jahil.

Pria itu, Cha Seung Won merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan kertas yang menampilkan sosok yang kini sudah terkapar tak berdaya. Wajahnya yang datar membuat dirinya sangat mengerikan.

“Bagaimana ahjussi?”tanya Jiyeon.

“Kajja kita serahkan dia.”ajak Seung Won dengan wajah datarnya.

-oOo-

Jiyeon dan Seung Won berdiri di tepi pantai. Jiyeon tersenyum senang saat melihat sebuah sedar berwarna putih menghampiri mereka.

“Annyeong.”sapa Jiyeon hangat.

“Ini bayarannya.”ujar seorang namja yang mengenakan pakaian formal dengan tanpa pengenal kepolisian.

“Ye, Gamsahabnida gyeongchal-nim, igeo, namja itu ada di belakang.”ujar Jiyeon sambil membungkukkan tubuhnya.

“Kau sudah bekerja keras Jiyeon-na.”ujar kepala polisi itu lalu tersenyum dan menepuk-nepuk lengan Jiyeon.

Polisi itu berjalan mendekati Seung Won yang menatap hamparan lautan.

“Seung Won.”tegur polisi itu.

“Nde Pak kepala.”jawab Seung Won sopan.

“Apa ini tidak masalah?”tanya polisi itu pada Seung Won. “Kembali lah, kami masih memerlukanmu Seung Won-ah.”

Seung Won tersenyum saat mendengar betapa ia sangat di butuhkan oleh kepolisian, namun ia sudah bertekat untuk berhenti dari pekerjaannya itu.

“Apa gadis itu?”tanya kepala polisi sambil melirik Jiyeon yang kini sibuk menghitung uang yang ia berikan. “Dia tumbuh dengan baik, kau sudah melakukan terlalu banyak padanya, Seung Won-ah.”

Seung Won menatap sedih Jiyeon yang kini sedang tersenyum sambil melambai-lambaikan setumpuk uang padanya. “Aku melakukan kesalahan dan aku harus membayarnya.”

“Jika kau ingin kembali, kau bisa kembali, kami akan senang menerimamu lagi.”ujar kepala polisi menepuk bahu Seung Won. “Gomapta karena masih membantu kepolisian, aku pergi.”

Seung Won hanya mengangguk dan tersenyum.

“Ahjussi!”panggil Jiyeon.

Lagi Seung Won menantap Jiyeon sedih, namja ini melangkahkan kakinya mendekati tubuh mungil yeoja yang ia sakiti dulu kemudian menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil.

“Masuklah, disini dingin.”

“Ahjussi, apa lagi misi kita?”tanya Jiyeon semangat.

“Istirahatlah dulu, besok akan aku jelaskan.”

-oOo-

“Jadi misi kita menangkap namja gendut ini?”tanya Jiyeon yang sedang memperhatikan selembar kertas.

Di kertas itu terlihat jelas wajah bengis namja botak yang sudah menjadi target kepolisian selama beberapa bulan terakhir.

“Aish, hanya menangkap namja begini saja mereka tidak bisa? Jinjja..”gerutu Jiyeon lagi.

“Kita ikuti yeoja itu.”ujar Seung Won tanpa menjawab perkataan Jiyeon. “Jangan terlalu dekat, jangan sampai ketahuan.”

“Aku mengerti, cerewet sekali.”

Seung Won menatap Jiyeon lagi kemudian membiarkan yeoja itu berjalan lebih dekat.

“Kaeunde Ahjussi, siapa yeoja ini?”tanya Jiyeon.

“Park Sun Young, biasa di kenal Hyomin. Ia kaki tangan namja itu.”

“Apa kita akan menanyakan padanya di mana si namja botak ini?”

“Anni, dia akan membawa kita langsung kepada namja itu.”

Jiyeon mengangguk mengerti kemudian mengeluarkan handycam yang selalu ia pakai untuk mengintai. Tak ada seorangpun yang mencurigai apa yang ia lakukan. Orang-orang Seoul terlalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri sampai tak sempat memperhatikan orang lain. Jiyeon membelalakan matanya terkejut saat melihat targetnya melakukan pencurian. Yeoja ini melihat layar handycam-nya dan juga Hyomin secara bergantian. Rasanya ia ingin sekali langsung menghajar Hyomin. Jiyeon melirik ke arah Seung Won, namun namja ini hanya memberikan tanda agar Jiyeon tenang. Subway yang mereka tumpangi berhenti, Hyomin dengan cepat turun dari Subway itu. Jiyeon menganggukkan kepalanya, tanpa ia mengerti dengan tanda yang Seung Won berikan.

“Igeo, hasil untuk hari ini.”ujar Hyomin pada seorang namja berperut buncit.

Namja itu membuka dompet yang tadi Hyomin ambil secara diam-diam kemudian melihat kedalam isinya.

“Yya, mwoya? Kosong? Kau ingin menipuku, eoh?”tanya namja itu setelah memeriksa isi dompet.

“Apa kau sudah mengambil isinya?”ujarnya lagi.

“Anniya, aku tidak membukanya.”

“Jangan berbohong! Neo saekki-ya!”

“Aku tidak berbohong!”

Namja itu geram, tangannya terulur memukul Hyomin namun bisa di cegah oleh Seung Won. Seung Won menendang bokong namja itu lalu menghajarnya sampai babak belur setelah itu memborgol tangannya dan mengeluarkan selembar kertas yang menampilkan sosok namja itu. Hyomin menatap Seung Won terkejut dan ketakutan, yeoja ini mundur selangkah saat Seung Won mendekatinya.

“Ambil ini dan pergilah, jangan lakukan lagi hal seperti itu, arraso?”

Hyomin mengangguk lalu berlari sekuat yang ia bisa.

“Ahjussi, kenapa kau melepaskan dia?”tanya Jiyeon heran.

Tak ada jawaban.

“Yya ahjussi..”

Seung Won tak menjawab, ia hanya menyeret tubuh namja yang kini sudah babak belur untuk ia bawa ke tepi pantai biasa.

“Kenapa kau membiarkannya pergi! Aish menjengkelkan!”teriak Jiyeon kesal.

Jiyeon menatap jengkel Seung Won yang kini sedang berbincang dengan polisi yang biasa Ia temui, ia benar-benar tidak tahu kenapa namja yang merawatnya itu melakukan pekerjaan yang melelahkan ini. Yeoja ini melangkahkan kaki mendekati mobil sedan hitam yang sudah di tinggalkan polisi tadi dan duduk bersebelahan dengan Seung Won. Jiyeon melirik ke arah kertas-kertas yang tergeletak di depannya, tangan dan matanya sibuk mencari-cari misi apa yang akan ia jalankan lagi.

“Yang ini bagus.”ujar Jiyeon.

Seung Won melirik sekilas ke arah kertas yang disodorkan oleh Jiyeon kemudian menggeleng.

“Hmm, yang ini juga lumayan.”

Seung Won kembali menggelengkan kepalanya.

“Woah! Yang ini 100 juta won! Ahjussi, kajja kita tangkap orang ini.”ujar Jiyeon senang.

Seung Won melihat kertas yang ditunjukkan kepadanya kemudian terkejut saat melihat siapa yang menjadi target kepolisian. Ia kembali terbanyang bagaimana pertemuan terakhirnya dengan namja itu, namja tampan yang selalu menjadi musuhnya. Seung Won menarik kertas itu dari tangan Jiyeon kemudian merobeknya dan memasukkan kertas itu ke dalam saku jaketnya. Ia tak ingin lagi berususan dengan namja itu.

“Wae! itu 100 juta won! Aish!”umpat Jiyeon.

Seung Won hanya melirik ke arah Jiyeon kemudian menjalankan mobilnya ke arah apartement lusuh yang menjadi tempatnya dan Jiyeon berteduh.

Seung Won terbangun dari tidurnya dengan nafas tersengal-sengal. Bayangan masalalu saat ia menarik pelatuk pistolnya dan membunuh seorang namja berumur kembali hadir dalam mimpinya. Dalam mimpinya, Seung Won melihat jelas bagaimana rupa gadis yang telah ia sakiti itu menangis, gadis yang kini sudah tumbuh menjadi dewasa, gadis yang selama ini ia jaga dan ia lindungi, gadis itu, Park Jiyeon.

-oOo-

Kejadian-kejadian dulu yang telah merenggut ayahnya kembali terbayang, Jiyeon kembali melihat bayangan seorang namja yang tega membunuh Ayah yang sangat ia sayangi. Jiyeon tersentak bangun dari tidurnya kemudian berjalan ke arah lelaki yang selalu menjaganya sejak usia tujuh tahun, saat ia kehilangan ayahnya.

“Ahjussi.”panggil Jiyeon.

“….”

“Aku takut, ahjussi.”

Seung Won hanya mendengarkan setiap perkataan yang diucapkan oleh Jiyeon tanpa berniat untuk menjawabnya.

“Laki-laki yang membunuh ayahku.. aku akan membalasnya. Bantu aku, ahjussi.”

Seung Won memejamkan matanya, merasakan kepedihan dari tangisan Jiyeon. Jiyeon terisak sambil terduduk dan menyandarkan kepalanya pada punggung Seung Won, membuat namja ini ingin berbalik dan memeluknya.

-oOo-

“Hari ini ahjussi berulang tahun.”guman Jiyeon saat memandang kalender yang terpajang di salah satu sudut apartment lusuhnya. “Aku harus membelikan ahjussi hadiah.”

Jiyeon melangkahkan kakinya dengan riang menuju pusat perbelanjaan yang biasa ia kunjungi untuk mengintai seseorang. Yeoja cantik ini memasuki toko demi toko yang berjejer rapih di dalam pusat perbelanjaannya itu.

“Apa aku harus memberikan ahjussi ponsel?”ujarnya bingung saat melihat toko ponsel yang menjajakan ponsel keluaran terbaru.

Jiyeon menggelengkan kepalanya, ia rasa ia tak perlu memberikan pamannya itu sebuah ponsel. Ia lalu melangkahkan kakinya lagi, kembali memasuki deretan toko-toko pakaian yang terlihat sangat indah.

“Maaf nona, ada yang bisa saya bantu?”tanya seorang yeoja dengan pakaian karyawan salah satu toko jas.

“Apa kau bisa mencarikanku sebuah jas?”

“Kalau boleh saya tahu, berapa ukuran yang biasa di gunakan?”

“Ukuran? Ah aku tidak tahu, keunde, tubuhnya tinggi dan ia sedikit lebih besar dari padaku.”ujar Jiyeon pelan.

“Baik nona, saya akan carikan. Silahkan nona tunggu sebentar.”ujar karyawan toko itu lalu berjalan meninggalkan Jiyeon yang masih sibuk melihat-lihat.

Jiyeon membuka matanya lebar-lebar ketika melihat seorang namja yang sedikit ia kenal. Matanya terus memandang namja itu sampai ia sadar siapa namja itu sebenarnya.

“Woah! Aku menang lotre! Itu, namja seratus juta won.”gumam Jiyeon sambil memandang sehelai kertas dan namja itu secara bergantian. “Aku harus mengikutinya.”

Jiyeon keluar dari toko jas tanpa membeli sebuahpun hadiah untuk Seung Won, ia terlalu senang karena mendapati targetnya kini berdiri beberapa meter dari dirinya. Gadis ini mengendap-ngendap, berusah mengikuti langkah namja yang kini sudah menjadi incarannya.

“Aish! Kemana dia.”gerutu Jiyeon saat tak melihat namja itu.

Bruk!

Jiyeon terjatuh, tubuhnya tergeletak karena tendangan seseorang dari belakangnya.

“Yya lepaskan aku!”teriaknya saat tangan kanannya ditarik paksa oleh seseorang. “Yong Junhyung!”

“Nuguya?”

“Lepaskan aku!”

“Kenapa kau mengikutiku, eoh?”

“Aku bilang lepaskan!”ujar Jiyeon lalu menendang tubuh Junhyung.

Jiyeon berusaha berlari namun langkahnya terhenti saat tangan Junhyung berhasil meraih dirinya. Junhyung memukul tubuh Jiyeon, sampai yeoja itu meringkuk di jalanan.

“Mwoya, kau ingin menangkapku, eoh?”tanya Junhyung yang melihat selembar kertas di saku Jiyeon. “Bawa dia.”ujarnya lagi pada anak buah yang berdiri di belakangnya.

Mata indah Jiyeon tertutup sebuah kain hitam, mulutnya disumpal sebuah kain agar tak mengeluarkan suara. Kini, Jiyeon di dudukan di lantai sebuah gudang tua yang terletak di pinggir kota Seoul. Jiyeon mengedarkan pandangannya saat kain yang menutupi penglihatannya sudah tersingkir. Matanya memandang sinis pria-pria berpakaian serba hitam yang mengelilinginya.

Sementara itu Junhyung tengah memegang sebuah dompet berwarna hitam, senyum sinis terukir jelas di wajahnya.

“Apa kau sudah tahu suruhan siapa yeoja dungu itu?”tanya Junhyung pada seseorang di sebelahnya.

“Belum tuan.”

“Baiklah, kita akan tahu siapa dia dari dompet ini.”

Junhyung membuka dompet Jiyeon dan terkejut saat melihat sebuah potret seorang namja paruh baya tengah tersenyum dengan seorang gadis berusia tujuh tahun. Wajah namja itu sangat Junhyung kenal. Junhyung mengangkat kepalanya dan kembali menatap sosok Jiyeon yang memandang sinis kearahnya. Junhyung mengambil foto itu, namun matanya melihat ada foto lain yang terselip di balik foto majikannya dulu. Junhyung terkekeh saat melihat seorang gadis dan pria yang sangat di bencinya dalam kertas itu. ia melangkah mendekati Jiyeon dan meliriknya sekilas.

“Pria yang membunuh ayahmu.”ujar Junhyung berusaha menarik perhatian Jiyeon.

Jiyeon hanya memandang Junhyung, menunggu kelanjutan dari kalimat namja ini.

“Bagaimana kau bisa hidup dengan pria yang membunuh ayahmu?”

Jiyeon terdiam, matanya terasa panas. Jiwanya terguncang.  Bagaimana tidak, namja yang selama ini selalu menjaganya adalah namja yang membunuh ayahnya. Jiyeon meneteskan airmatanya.

“Lelucon macam apa ini? Dia hidup bersamamu? Aku tidak bisa percaya.”ujar Junhyung lagi.

“Apa kau berbohong?”tanya Jiyeon akhirnya.

“Aku mengenalmu nona Jiyeon, aku sangat mengenalmu. Aku adalah pelayan ayahmu yang setia, nanen Yong Junhyung. Kau lupa?”

“Tidak mungkin ahjussi membunuh Appa!”teriak Jiyeon.

“Kau tidak percaya?”

Jiyeon menggelengkan kepalanya.

“Aku bisa membuktikannya, berikan nomor namja ini padaku.”

-oOo-

Seung Won berjalan mundar-mandir sambil terus menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Berkali-kali namja ini melirik ke arah pintu masuk apartement, berharap gadis yang ia tunggu akan datang.

“Jiyeon-na, dimana kau..”lirih Seung Won pelan.

Drtdrtdrt, Seung Won merasakan ponselnya bergetar. Ia melihat ponselnya dan langung mengangkat sambungan jarak jauh itu.

“Jiyeon-na eodisseo?”tanya Seung Won cemas.

“Jiyeon ada di tanganku.”

“Nuguya?”

“Kalau ingin tahu, datanglah ke gudang kosong di dekat sungai Han. Jika kau tak datang, gadis ini akan mati.”

Sambungan terputus.

Seung Won menyambar jaket hijaunya, dengan cepat ia menuju mobil sedan miliknya yang terparkir di depan apartment. Kaki kanan namja ini menginjak pedal gas tanpa mengendurkan injakannya sedikitpun. Dan lima belas menit kemudian, namja ini sampai di tempat yang dimaksud.

“Jiyeon-na.”panggil Seung Won. “Jiyeon-na.”

Seung Won terus masuk ke dalam gudang tua itu, matanya menangkap sosok Jiyeon yang sudah terluka di beberapa bagian tubuhnya. Jiyeon melangkahkan kakinya mendekati Seung Won.

“Jiyeon-na, gwaenchanha?”

Jiyeon memandang nanar wajah Seung Won yang terlihat sangat khawatir. Ia tak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Junhyung, tapi kenyataan memang demikian. Seung Won yang telah membunuh Ayah Jiyeon, dan Jiyeon harus menerima kenyataan itu.

“Kenapa anda?”ujar Jiyeon pelan.

“Jiyeon-na, waegeure?”

“Kenapa anda? Laki-laki yang membunuh Appa…”

“Jiyeon…”

“Laki-laki yang membunuh Appa, kenapa anda?!”tangan Jiyeon terangkat, sebuah pistol sudah terhunus di depan Seung Won.

Seung Won hanya menatap wajah Jiyeon yang kini sudah dipenuhi air mata.

Buk!

Tubuh Seung Won dipukul benda keras dari belakang, ia terjatuh tersungkur tanpa memberikan perlawanan.

“Well, cepat tembak namja itu. dia yang membunuh ayahmu, kau ingat?”ujar seseorang dari samping Jiyeon.

Jiyeon terus membidik senapan yang ia genggam, berusaha memfokuskan diri pada apa yang akan ia tembak. Tangan yeoja ini gemetar, bayangan demi bayangan ia bersama Seung Won memenuhi fikirannya, membuat Jiyeon mau tak mau mengalirkan air mata.

Dor!

Jiyeon menarik pelatuk dengan memejamkan matanya. Seorang namja terkena peluru Jiyeon tepat di lengan sebelah kirinya.

“Saekki! Bagaimana kau bisa menembakku, eoh!”ujar Junhyung marah.

Seung Won yang melihat Junhyung dalam keadaan lemah langsung bangun dan memukuli namja itu, hal ini membuat Junhyung menarik pelatuk senapannya sendiri dan menembakkannya ke arah Seung Won. Sementara itu Jiyeon tengah di pukuli di depan mata Seung Won.

“Jiyeon-na.”lirih Seung Won sambil terus memandang Jiyeon.

Seung Won memejamkan matanya, merasakan panasnya peluru dari dalam perutnya. Samar Seung Won dapat mendengar bunyi sirine mobil polisi yang sebelumnya telah ia hubungi.

“Bawa wanita itu!”teriak Junhyung keras.

Samar, Seung Won mendengar perkataan Jiyeon, perkataan yang dulu pernah ia ucapkan bahwa ia beruntung memiliki Seung Won.

“Ahjussi, aku beruntung karena memilikimu.”

“Ada hal-hal dalam hidup yang tak bisa anda ubah, bahkan ketika saya berusaha menghapus segalanya dari dalam ingatan saya, satu orang tumbuh dengan jelas.”lirih Seung Won dalam hatinya.

-oOo-

2 tahun kemudian

Seorang gadis dengan rambut sepinggang berwarna pirang terlihat sedang berjalan bersama gadis lain. Gadis itu mengenakan jaket kulit berwarna hitam sedang gadis yang lain mengenakan jaket berwarna hijau lumut serta rambut keriting sebahu. Kedua gadis itu berjalan ke arah sebuah Pub di pusat kota Seoul.

Musik berdentang memenuhi seluruh ruangan. Asap-asap rokok mengepul membuat kedua gadis ini harus beberapa kali mengibaskan tangannya.

“Yeogi-yeogi, itu target kita.”ujar gadis berambut sebahu.

“Eunjung-ah, apa kita harus melakukan ini?”tanya si gadis pirang.

“Geure, tentu saja kita harus melakukan ini. Kau fikir kita akan dapat uang dari mana, eoh?”

“Jadi, selama ini kau bekerja seperti ini?”

“Sudahlah Jiyeon-na, jangan banyak bertanya. Kau lihat apa yang aku lakukan, ne? Lihat dan pelajari.”

Gadis itu, Jiyeon, hanya memandang temannya dengan tatapan sedih. Ia tak menyangka kalau sahabatnya itu bekerja seperti ini. Jiyeon memang pernah beberapa kali mengunjungi Pub, namun kunjungannya itu terkait satu misi untuk membantu kepolisian, ia tak pernah menyangka kalau ia akan memasuki Pub lagi, tapi sebagai pencuri.

Eunjung sudah menggoyangkan tubuhnya dengan sarkastik, berusaha menarik perhatian pria-pria kaya yang kini sedang menatapnya.

“Nona, kau sendirian?”tanya seorang namja berusia tiga puluh tahunan.

“Anni, aku bersama temanku.”

“Ah, kalau begitu kalian mau menemani kami?”

“Tentu! Kajja Jiyeon-na.”

Park Jiyeon pov

Aku melihat Eunjung berbincang dengan santai dengan namja-namja tua bangka ini. Eunjung sama sekali tak risih dipandangi dengan pandangan penuh gairah begitu, aku yang melihatnya saja rasanya sudah jengah, tapi yeoja itu, ia justru semakin mendekatkan dirinya pada mereka.

“Hhh.”aku menghembuskan nafasku pelan karena melihat pemandangan yang sangat memuakkan.

“Nona, kau tidak ingin minum?”tanya seorang tua bangka yang duduk di dekatku.

“Anni, aku tidak bisa minum.”

“Ah ayolah, minum sedikit saja.”

“Shiro.”ujarku sinis yang langsung membuatnya mundur dan kembali berkutat dengan Eunjung.

Aku mengedarkan padanganku ke seluruh ruangan Pub yang sudah penuh sesak, menatap wajah-wajah yang haus akan hiburan. Tiba-tiba saja sesuatu yang pernah aku lakukan disini terbayang, aku melihat bagaimana kau mengangkat senjata sementara ahjussi melindungiku dari belakang. Aku rindu saat-saat itu. aku rindu Seung Won ahjussi, aku rindu. Ahjussi, kau baik-baik saja, kan?

Park Jiyeon pov end

Eunjung mengangkat sebuah dompet berwarna coklat ke depan wajah Jiyeon, kemudian mengajak yeoja itu untuk pergi secepat mungkin. Keduanya berlari-lari kecil sampai akhirnya berhenti di depan sebuah kedai kecil.

“Ah beogopa, Jiyeon-na, kajja kita makan.”ajak Eunjung, ia lalu melangkahkan kakinya memasuki kedai kecil itu.

“Ahjussi, makanan apa yang enak disini?”tanya Eunjung setelah mendudukan dirinya.

Yeon’s Food

Jiyeon membaca nama kedai yang tertulis di spanduk berwarna kuning depan kedai. Tiba-tiba ia merakan sesuatu yang aneh pada dirinya. Ia seolah melihat seseorang yang sudah lama ia rindukan. Seung Won, kini sedang berdiri di depannya. Menatap matanya dengan wajah datar seperti biasa, sementara Jiyeon sudah tak bisa menahan genangan air matanya.

Beribu bayangan hari-hari yang telah ia lalui bersama Seung Won mulai berputar di depannya. Bagaimana ia meringkus penjual wanita, bagaimana ia bertindak seenaknya dan membuat Seung Won kewalahan dan bagaimana Seung Won selalu menjaganya sampai bayangan Seung Won tergeletak karena tembakan dari si pria kurang ajar, Junhyung. Semua memenuhi kepala Jiyeon. Sementara Jiyeon sibuk dengan fikirannya, Eunjung justru meninggalkan nomor ponselnya di atas meja kedai.

-oOo-

Sore tadi Jiyeon menolak ajakan Eunjung yang akan kembali melakukan aksinya di sebuah Pub di dekat Myeondeong. Jiyeon lebih memilih berjalan-jalan, mengunjungi tempat-tempat yang pernah ia datangi bersama Seung Won. Tak terrasa malam sudah tiba, kini Jiyeon sedang berjalan menyusuri sebuah jalanan kecil sedikit menurun, Jiyeon memandang kaku sebuah tempat yang sangat tak ingin ia kunjungi. Ini sudah kali ke dua Jiyeon mengunjungi kedai kecil milik Seung Won. Dengan berat hati Jiyeon melangkah kaki, ia sendiri tak mengeri kenapa ia harus mengunjungi kedai ini lagi.

“Masukan telur ke dalam ramyeon ku, paman.”ujar Jiyeon setelah memesan semangkuk ramyeon.

Jiyeon memakan semangkuk ramyeon dengan Seung Won yang terus memperhatikannya, yeoja ini bahkan menegak berbotol-botol soju sampai dirinya sendiri mabuk.

“Neo gwaenchanha?”tanya Seung Won saat Jiyeon hampir terjatuh karena tersandung kursi kedai.

“Jangan pedulikan aku!”ujar Jiyeon keras lalu berlari meninggalkan Seung Won.

-oOo-

“Kita dapat mangsa besar malam ini.”bisik Eunjung saat melihat setas uang.

“Jangan lakukan itu Eunjung-ah, lebih baik kita pulang saja.”

“Mwoya, mana mungkin aku pulang setelah melihat satu tas penuh uang seratus won? Jangan bercanda Jiyeon-na.”

“Keunde Eunjung-ah..”

“Kalau kau tidak mau melakukannya, biar aku saja.”ujar Eunjung lalu melakukan aksinya.

Eunjung mengulurkan tangannya ke arah tas ransel berwarna hitam yang tergeletak manis di sampingnya. Yeoja ini tersenyum ke arah pria-pria muda yang kini terlihat sedang berbincang. Tangannya menyambar tas itu kemudian mengajak Jiyeon berlari.

“Kita kaya! Kita kaya Jiyeon-na!”teriak Eunjung ketika berhasil membawa lari tas ransel hitam itu.

Jiyeon hanya menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah laku Eunjung, ia merasa ada yang aneh dengan Club itu. Jiyeon dan Eunjung mendatangi Club yang tak terlalu besar, tapi kini Eunjung justru membawa setas penuh uang seratus won. Bagaimanapun juga, ada sesuatu yang tak beres dengan Club itu.

“Jiyeon-na, kajja kita hitung uang ini. Ah kita tak perlu bekerja selama setahun!”

Eunjung membuka tas hitam itu dan melihat ke dalam isinya. Matanya terbelalak karena yang ia dapat hanyalah puluhan boneka kecil yang tak berharga.

“Igeo mwoya? Kemana uang-uang ku?!”kesal Eunjung melempar boneka-boneka itu.

“Chankaman.”Jiyeon mengulurkan tangannya dan mengambil salah satu boneka beruang. Yeoja ini membuka boneka itu dan menemukan sesuatu yang tak seharusnya mereka dapatkan.

“Igeo…”

“Bereskan semuanya! Kita bawa ke polisi!”

“Jiyeon-na..”

“Ini narkoba, Eunjung-ah. Apa kau mau kita terkena masalah karena ini?”

“Keunde, kalau kita menyerahkannya ke polisi, kita juga akan terkena masalah.”

“Tidak akan! Biar aku yang menanganinya.”

“Jiyeon-na.. biar aku yang menyerahkannya.”ujar Eunjung kemudian.

“Mwo?”

“Kita katakan pada Oppa kalau kita menemukan kantung-kantung ini, aku yakin, Oppa pasti punya jalan keluarnya.”

“Mwo? Kau percaya dengan Oppamu?”

“Tentu aku percaya! Tenang saja Jiyeon-na.”

“Terserah kau saja.”

Eunjung meraih ponselnya dan berusaha menghubungi seseorang. Wajahnya terlihat pucat karena takut.

“Yeoboseyo.”sapa seseorang.

“Oppa eodisseo?”

“Yya Eunjung-ah, aku di Club, wae?”

“Oppa, ada sesuatu yang buruk..”

“Apa yang terjadi?”

“Aku… aku menemukan satu tas narkoba.”

“Mwo? Kau menjual narkoba?”

“Anniya, aku menemukannya, seharusnya ini tas berisi uang, bukan barang haram ini. Oppa eotteoghe?”

“Kau tenang dulu, temui Oppa di tempat biasa, ne? lima belas menit lagi Oppa sampai disana.”

“Nde Oppa.”ujar Eunjung lalu memutuskan sambungan telephonenya.

“Kau mau kemana?”tanya Jiyeon.

“Menemui Oppa, seperti yang aku katakan tadi, Oppa akan membantu kita.”

“Tinggalkan barangnya disini.”

“Mwo? Kenapa begitu?”

“Untuk berjaga-jaga, aku tak bisa percaya dengan oppamu itu.”

“Baiklah, jangan kau bawa ke polisi barang itu, ne.”

“Hmm..”

-oOo-

Eunjung berdiri dengan cemas di pinggir jalan dekat rumah kumuhnya. Yeoja ini sesekali melirik ke arah kanan ataupun kiri tiap kali ada kendaraan yang melintas. Tiba-tiba senyum merekah di wajahnya saat melihat sebuah sedan tua yang sudah ia kenal.

“Yeogi..”ujar Eunjung sambil melambaikan tangannya. “Oppa, kau datang sendi…”ucapan Eunjung terhenti saat melihat siapa yang ia temui.

“Dimana tasnya?”

“Aku.. aku tidak tahu!”

“Jangan bercanda, dimana tasnya?”

“Aku tidak tahu! Sungguh.”

“Bawa dia.”ujar namja itu pelan.

Kringkring

Jiyeon terbangun ketika mendengar suara telephone berdering, dengan cepat yeoja ini mengangkat telephone itu.

“Yeoboseyo.”

“Bawa tas yang kau curi ke gudang dekat sungai Han, kalau tidak, temanmu akan mati.”

“Yeoboseyo, yeoboseyo.. yya!!”ujar Jiyeon frustasi.

Tanpa fikir panjang Jiyeon menyambar tas yang berisi narkoba itu kemudian berlari kearah kedai Seung Won, yang kini dalam fikirannya hanya memberi tahu kalau dirinya adalah si gadis tomboy Jiyeon. Setidaknya meski ia tidak bisa hidup bersama Seung Won lagi, ia harus memberi tahu kalau dirinya adalah gadis kecil yang selama ini dijaga oleh namja itu.

Jiyeon sampai di depan kedai Seung Won dengan nafas terengah-engah, hal itu membuat Seung Won terkejut. Jiyeon memandang Seung Won dengan tatapan sedih, matanya sudah di genangi oleh cairan bening yang siap meluncur kapan saja. Tangan yeoja ini terangkat, Jiyeon menepuk-nepuk dadanya, memberikan tanda seperti yang selalu dilakukan oleh Seung Won saat mereka bersama dulu. Setelah itu Jiyeon pergi meninggalkan Seung Won yang masih terkejut.

-oOo-

“Jiyeon-na.”lirih Eunjung ketika melihat Jiyeon berdiri di depannya sambil memegang erat tas berisi narkoba yang ia curi tadi sore.

“Berikan tas itu.”ujar Junhyung yang kini duduk di kursi samping Eunjung.

“Lepaskan Eunjung baru aku akan memberikan barang ini.”

“Tsk, kau pintar menawar, heh?”ujar Junhyung merendahkan. “Lepaskan dia.”

Eunjung berlari ke arah Jiyeon dan bersembunyi di balik yeoja itu, sementara Jiyeon sendiri mengambil senapan dari balik jaketnya.

“Ga.”ujar Jiyeon.

“Anniya, kita pergi bersama..”lirih Eunjung sambil terisak.

“Ppalli ga! Cari bantuan, siapa saja, hubungi siapa saja. Ppalli!”

Eunjung berlari keras berusaha mencari bantuan, sementara Jiyeon berhadapan dengan Junhyung, namja yang dua tahun lalu ditemuinya.

-oOo-

 

“Masukan telur ke dalam ramyeon ku, paman.”

Kata-kata itu terus terngingang di telinga Seung Won, bersamaan dengan bayangan-bayangan Jiyeon yang lain. Bagaimana bisa ia tidak mengenali yeoja itu, yeoja yang selama ini ia jaga dan ia lindungi. Park Jiyeon telah berubah selama dua tahun terakhir. Seung Won melirik kearah meja di kedainya dan melihat ada sebuah nomor telephone yang ditulis Eunjung beberapa hari yang lalu. Tanpa fikir panjang, Seung Won menghubungi Eunjung.

“Tolong!”

“Yya, eodiga?”ujar Seung Won cemas.

“Tolong kami ahjussi, tolong kami!”teriak Eunjung kemudian memberikan tahu dimana ia dan Jiyeon berada sekarang.

Lima belas menit kemudian Eunjung melihat sebuah mobil sedan mendatanginya, dengan cepat Eunjung menghampiri Seung Won yang terlihat sangat cemas.

“Dimana Jiyeon?”

“Di dalam paman, aku mohon selamatkan Jiyeon.”

“Aku pasti menyelamatkannya, kau tunggu disini.”

Seung Won masuk ke dalam gudang tua tempat Ia ditembak dua tahun lalu. Tangan kanannya memegang sebuah pipa sebagai senjata. Seung Won melirik ke arah namja yang datang mendekatinya, dengan cekatan Seung Won memukulkan pipa itu ke arah namja berbadan besar tadi, membuatnya jatuh terseungkur, perkelahianpun tak dapat dihindarkan.

Mata Seung Won menangkap sosok gadis yang diikat di atas sebuah kursi, Seung Won kenal gadis itu.

“Jiyeon-na..”

“Ahjussi..”

“Jiyeon-na, gwaenchanha?”

Dor! Dor!

“Andwae!!! Ahjussi!!”tangis Jiyeon pecah bersamaan dengan dua peluru bersarang dengan manis di tubuh Seung Won, membuatnya melemah seketika.

“Kenapa kita bertemu lagi?”tanya Junhyung sambil mengelus-ngelus senapannya.

“Andwae!!”isak Jiyeon.

“Ayo kita selesaikan semua ini dengan cepat.”

Junhyung menyerang Seung Won yang melemah, ia berusaha memukul Seung Won, namun usahanya sia-sia. Eunjung datang dan memukul punggung Junhyung, membuat namja ini sedikit lengah. Seung Won melihat kesempatan untuk mengalahkan Junhyung. Namja paruh baya ini langsung mendorong tubuh Junhyung hingga menambrak tembok. Tangan Junhyung terulur meraih senapannya dan mengarahkan senapan itu ke arah tubuh Seung Won.

Dor!

“ANDWAE!!!!!”

“AAK!” teriak Jiyeon dan Eunjung bersamaan.

Tubuh Junhyung perlahan merosot tak berdaya, namja itu meregang nyawa saat itu juga.

-oOo-

“Jiyeon-na, bawa ahjussi ke rumah sakit terdekat.”lirih Eunjung.

“Lalu dirimu?”

“Aku sudah menghubungi polisi, aku yakin mereka sebentar lagi sampai, cepat bawa ahjussi ke rumah sakit.”

“Gomawo Eunjung-ah.”

Jiyeon mengendarai mobil Seung Won dengan kecepatan penuh, ia berusaha sekuat tenaga untuk sampai ke rumah sakit terdekat secepat mungkin.

“Ahjussi, jangan mati.”lirih Jiyeon.

Seung Won tak menjawab, ia justru memandang sendu wajah yeoja yang sudah ia anggap anak sendiri. Seung Won merasa dirinya begitu bodoh karena tak menyadari siapa gadis yang satu minggu ini mengunjungi kedainya, ia merasa benar-benar tak berguna karena tak bisa menjaga Jiyeon. Seung Won mengangkat tangan kirinya, berusaha meraih wajah cantik Jiyeon yang dipenuhi bekas darah dan lebam dimana-mana.

“Ahjussi, tahan sebentar. Kau tidak boleh mati.”

Seung Won tetap bergeming dalam diamnya, ia terus memandang wajah Jiyeon tanpa menyadari air mata terus membanjiri wajahnya. Mata sendu Seung Won perlahan menutup meski ia sendiri berusaha untuk tidak terlelap dalam tidur panjang.

“Ahjussi, kau punya tempat yang ingin kau datangi bersamaku, kan?”

“….”

“Ahjussi, tahan sedikit lagi!”

“….”Seung Won menutup matanya dengan sempurna, namja ini menghenbuskan nafas terakhirnya bersamaan dengan teriakan Jiyeon. Seung Won telah pergi, ia telah berhasil menjaga Jiyeon sampai akhir hidupnya.

Tangan Seung Won yang sejak tadi di genggam Jiyeon perlahan jatuh tak berdaya membuat gadis ini menatapnya tak percaya.

“Andwae!!!!”

Tangis Jiyeon cepat, bayangan demi bayangan mulai terlihat di depan bayangannya. Bagaimana Seung Won selalu menjaganya, bahkan sampai saat ia menjelang ajal, hanya keselamatan Jiyeon yang Seung Won fikirkan. Jiyeon berteriak, merutuki ketidak adilan hidup yang ia terima, bahkan sampai saat ini ia tak pernah merasa bahagia sebahagia ia bertemu lagi dengan Seung Won.

Jiyeon terus memacu mobil Seung Won ketepi sebuah pantai, tempat yang ingin mereka kunjungi saat ulang tahun Seung Won dua tahun lalu. “Ahjussi, kita akan hidup bersama selamanya.”ujar Jiyeon sebelum menceburkan mobilnya kedalam lautan.

-oOo-

“Aku ingin melindungimu. Aku tidak mempunyai hak, tapi, aku ingin melindungimu.” Cha Seung Won.

“Ahjussi, kau tidak menyesal bertemu denganku? Aku sangat bahagia karena aku memiliki anda. Aku tak bisa melakukan apapun seorang diri. Kita adalah tim yang baik, kan?” – Park Jiyeon.

END

Daughters of Poseidon Introduction

nyimasRDA - daughter of poseidon

Daughters of Poseidon Introduction

Author: nyimasRDA

Rating: G

Genre: romance, sad, friendship

Length: chapter

Cast:

Park Jiyeon

Kim Myungsoo

Kim Hyuna

Cho Kyuhyun

other

 

Annyeong readers, aku datang dengan FF judul baru nih.

Padahal yang Revenge dan Black Cat aja belum selesai, ya.

Aku dapat ide FF ini saat baca novel karya Rick Jordan,

FYI, aku memang suka sama Mitologi Yunani hehe.

Harap kalian meninggalkan jejak.

Tanggapan, saran atau apapun itu.

Semakin banyak comment, maka semakin cepat aku selesaikan FF ini.

-oOo-

“Jiyeon-na, kau harus mencarinya, bagaimanapun kau harus mencarinya.”ujar seorang wanita paruh baya menatap sendu mata gadis yang berwarna coklat menyala.

“Tapi Mom, aku tidak tahu siapa dia, kita tidak punya satu petunjukpun tentang dia.”

“Tapi kata Ayahmu.”

“Mommy percaya pada Daddy? Laki-laki yang meningalkan kita sejak aku lahir?”

“Jaga ucapanmu Park Jiyeon.”

“Tapi Mom..”

“Daddy menginginkan kita menemukannya, Daddy mau kau mencari Kakakmu.”

“Kakak tiri, maksudmu.”

-oOo-

“Hei, perkenalkan, namaku Jieun, Lee Jieun.”

“Well, tidak buruk juga berusaha berteman denganmu.”

“Kajja Jiyeon-nie kita pergi ke kantin.”

-oOo-

“Aku bisa merasakannya kehadiran sosok baru. Anak dari tiga tertua, aku bisa merasakannya Myungsoo-ya.”

“Aku juga merasakannya, sama seperti saat aku berdiri di dekat.. kau tahu, gadis bermasalah itu.”

“Apa mungkin dia…”

-oOo-

“Yya dimana matamu, eoh!”teriak gadis bermata coklat menyala saat seorang gadis berambut coklat menumpahkan coklat dingin ke baju seragamnya.

Gadis dengan rambut coklat serta mata coklat pekat itu hanya menoleh kemudian melangkah pergi, meninggalkan si gadis bermata coklat menyala yang kesal.”

-oOo-

“Jieun-ya, kau tahu, kenapa si mata coklat gelap itu membenciku?”

“Tidak tahu, hmm Jiyeon, jangan terlalu difikirkan, kau tahu, banyak gosip buruk dari dirinya.”

“Jinjja?”

“Hmm.”

-oOo-

“Lee Jieun? Apa kau Putri dari Aphrodite?”

Jieun memandang terkejut bukan main saat identitas aslinya terbongkar oleh seorang wanita paruh baya yang kini sedang berdiri di depannya.

“Keponakanku, maksudku kau keponakan suamiku.”

-oOo-

“Kau yakin? Jiyeon putri dari Poseidon? Penguasa Lautan?”

“Aku sangat yakin, Myungsoo-ya.”

-oOo-

“Kau tahu kenapa aku membencimu?”tanya seorang gadis bermata coklat pekat.

Matanya seolah berubah menghitam, seperti lautan yang akan kedatangan badai hebat.

“Karena kau mirip dengan Ibuku, dan aku benci itu.”

TBC

cast daughters of poseidon

1. Park Jiyeon

Gadis berusia enam belas tahun yang diberi tugas untuk mencari saudari tirinya, anak Ayahnya dengan wanita lain. Jiyeon adalah putri tunggal dari Park Ha Neul, designer terkenal di Roma dan juga mantan istri dari Poseidon.

2. Kim Hyuna

Satu tahun diatas Jiyeon, sangat membenci Ibu dan juga kekasihnya yang membuat dirinya terlahir di dunia. Berusaha sekeras mungkin hidup sendiri tanpa keluarga. Ia bisa mengerti perkataan Kuda.

3. Kim Myungsoo

Putra dari dewa Apollo, suaranya yang indah dan juga kepandaiannya bermain musik sudah tak bisa diragukan lagi dan semua itu ia dapat dari darah ayahnya. Kim Myungsoo mempunyai rahasia besar, ia jatuh cinta pada Jiyeon, sepupunya.

4. Lee Jieun.

Gadis cantik yang mewarisi kecantikkan dari sang Ibunda, Aphrodite. Bersahabat baik dengan Jiyeon dan bisa merasakan kekuatan dewa dari orang-orang disekililingnya, Jieun yang pertama kali sadar siapa Jiyeon sebenarnya.

5. Cho Kyuhyun

Pria misterius yang terus memperhatikan Hyuna karena tugas yang ia terima langsung dari Ayahnya dan karena itulah ia jatuh cinta pada gadis aneh itu. Kyuhyun harus memilih antara cinta atau pengabdiannya, pengabdian pada dewa orang mati, Hades.

6. Kim Ha Neul as Park Ha Neul

Menikah dengan Ayah Jiyeon enam belas tahun lalu dan langsung di karuniai seorang putri yang cantik, sangan mencintai suaminya yang sudah pergi meninggalkannya, wanita yang sangat sabar dan penyayang.

7. Kim Tae-Hee

Seorang artis terkenal di kota Seoul, pernah melakukan kesalahan dengan mempercayai pria asing bernama Kevin McKidd dan mempunyai seorang putri dari hubungannya tersebut. Ia membuang putrinya, namun diam-diam ada rasa rindu yang ia rasakan.

8. Poseidon God Of the Sea

Penguasa lautan, salah satu dari dewa tertua yang mempunyai hak penuh atas laut juga bumi.

Marry You – Sequel of Arrogant Girl ( Chapter 1)

nyimasRDA - marry you

Marry you part one – Sequel of Arrogant Girl

Author: nyimasRDA

Rating: G

Genre: romance, sad, friendship

Length: One Shoot

Main Cast:

– Park Jiyeon “T-ARA”

– Lee Jonghyun “CN BLUE”

Other Cast:

– Kim HyunA “4minute”

– Cho Kyuhyun “Super Junior”

– Park Sun Young (Hyomin) “T-ARA”

– other

Note: cerita ini hanya hasil karanganku saya, cast yang aku pakai semua milik agensi masing-masing. Harap meninggalkan komentar di setiap FFku, maaf untuk kesalahan grammar dalam bahasa inggris dan juga maaf jika salah penulisan dalam bahasa Korea, aku memang nggak fasih di kedua bahasa itu hehe. Terima kasih.

Aku harap kalian semua memberikan comment, karena semakin banyak comment yang masuk aku akan semakin mempercepat penyelesaian FF ini.

-oOo-

I want to marry you and spend my life with you.

Please be on my side, forever babe.

I really want to marry you.

 Guess how much I love you.

You’re the only one for me

I’ve made up my mind

Surely I will marry you ~ k.will marry you

 

-oOo-

Seorang gadis tengah berjalan di depan Sungai Han, hamparan rerumputan menyambut jemari si gadis yang sengaja ia buka, merasakan setiap sentuhan di kulitnya. Angin musim musim panas tengah menyapu permukaan wajahnya, membuatnya harus menarik lebih dalam jaket yang ia kenakan, melindungi tubuhnya dari tajamnya angin malam. Gadis itu memandang lurus ke arah tenangnya Sungai Han yang dihiasi lampu-lampu dari gedung di depannya, menyandarkan tubuhnya pada kap mobil Audi A6 silver miliknya, hal yang selalu ia lakukan dua tahun terakhir. Yeoja itu memutar tubuhnya, mengangkat sebelah tangannya untuk melindungi mata indahnya dari tajamnya lampu kendaraan yang mendekat, kemudian gadis itu tersenyum. Seorang gadis dengan rambut hitam panjang berponi keluar dari sisi kemudi Bentley kuning yang sudah sangat ia kenal, dengan bibir mengerucut gadis itu mendekat.

“Yya Park Jiyeon! Kau tahu sudah berapa lama aku mencarimu, eoh?”seru gadis pendatang keras.

Jiyeon hanya tersenyum. Ya, gadis itu adalah Park Jiyeon, yeoja dengan perawakan cantik dengan mata coklat dan juga hidung mancung serta bibir yang mungil telah berhasil menjalani hidupnya tanpa adanya Jonghyun, namja yang ia cintai. Kini Jiyeon tumbuh menjadi gadis tertutup, meski sejak awal ia memang tak pernah bersikap ramah, tapi sejak sepeninggalan Jonghyun, Jiyeon jadi semakin pendiam, bahkan dengan sahabatnya, Hyuna, ia enggan bercerita.

“Mianhe.”hanya itu yang bisa gadis berponi dengar dari bibir Jiyeon.

“Kajja kita pulang Jiyeon-nie, kau bisa sakit.”

“Sebentar lagi Hyuna-ya.”

“Aish, jinjja.”gerutu Hyuna kesal. “Aku tahu kau pasti akan mengatakan hal itu, jadi, aku membawakan ini untukmu.”

“Igeo?”

“Meogo, aku tahu kau pasti belum makan.”

“Gomawo..”

Jiyeon mengambil sekantung tteobbokki kesukaannya, kue beras dengan rasa pedas ini selalu menjadi temannya jika ia ingin meluapkan perasaannya dan Hyuna tahu, perasaan sahabatnya kini sangat kacau.

“Ah, pedas sekali.”ujar Jiyeon dengan mata berkaca-kaca.

Hyuna tersenyum.

“Yya, kau mau membunuhku, eoh? Besok aku ada kuliah pagi, dan kau memberikanku ini?”

“….”

“H-Hyuna, naega…”

Hyuna menarik Jiyeon untuk masuk ke dalam pelukkannya, membiarkan sahabatnya itu menangis sejadi-jadinya, tenggelam dalam kesedihan yang selama dua tahun ini selalu ia rasakan.

“Menangislah.”ujar Hyuna pelan.

“Aku tidak menangis!”

“Arraso, kau tidak menangis, arraso.”

-oOo-

Jiyeon berlari dengan tergesa-gesa menuju ruangan yang biasa ia tempati, saat ini Jiyeon berkuliah di Kyung Hee University jurusan seni budaya, sama seperti Hyuna.

“Park Jiyeon!”pekik seorang namja membuat Jiyeon terkejut.

“Nuguseyo?”tanya Jiyeon bingung.

Hari ini ia ada ujian pagi hari dan saat ini ia sedang terburu-buru, namun langkahnya terhenti karena namja yang tak ia kenal ini. Jika ia masih menjadi Jiyeon yang dulu, mungkin namja tampan ini sudah ia hajar habis-habisan.

“Kau tidak mengingatku?”

“Cepat katakan apa maumu.”

“Kau benar tidak mengingatku?”

“Memangnya kau siapa sampai harus aku ingat, eoh? Sudahlah, aku harus pergi.”baru selangkah Jiyeon pergi, namja itu sudah mengatakan hal yang tak bisa Jiyeon percaya.

“Aku Lee Hongki, kau tidak mengenaliku? Aku jurusan musik, dan..”

“Ah baiklah Lee Hongki-ssi, aku sudah tahu siapa dirimu, jadi aku pergi.”

“Aku menyukaimu….”ujar namja bernama Hongki itu pelan.

“Mwo?”

“Nde! Nan joahe.”

“Bicara apa kau ini, eoh? Apa kau fikir aku wanita murahan yang akan menerima cintamu? Dengarkan aku, aku tidak mungkin menerima namja sepertimu, arraso?”ujar Jiyeon lalu meninggalkan Hongki sendiri.

“Jiyeon menolak.”ujar seseorang namja.

“Terus selidiki dirinya dan laporkan semuanya padaku.”

“Ye, arra.”

-oOo-

“Jiyeon-nie, yeogi.”panggil seseorang saat Jiyeon keluar dari gerbang Kyung Hee University.

“Oh, Eonnie!”

“Yya, aku ini bibimu, kenapa memanggil Eonnie, eoh?”tanya seorang gadis berparas cantik.

“Haha itu karena kau masih sangat cantik dan lebih pantas menjadi Eonnie ku!”

“Aish, kau sudah makan siang?”

“Wae? kau ingin mentraktirku?”

“Hmm, asal kau tidak meminta makanan yang mahal.”

“Eonnie!”

“Haha, kajja kita cari tempat makan.”

Jiyeon masuk ke dalam sebuah Mercy hitam milik Park Sun Young, yeoja ini mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan untuk sahabatnya, Hyuna.

“Menghubungi kekasihmu, eoh?”tebak Sun Young tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan.

“Eh? Anniya, aku menghubungi Hyuna, dia pasti mencariku.”

“Oh, ku fikir kekasihmu.”

“Aku tidak punya kekasih Eonnie.”jawab Jiyeon sebelum menerima pesan balasan dari Hyuna.

Screenshot_2014-02-03-17-18-35

“Eish yeoja ini!”gerutu Jiyeon pelan.

“Wae?”

“Anni, Hyuna ada janji dengan Kyuhyun Oppa, jadi tak masalah jika aku pulang lebih dulu.”

“Hyuna? Memiliki kekasih? Wah! Kau sendiri, kapan akan menentukan pendampingmu, eoh?”

“Aku masih belum tertarik Eonnie.”

“Apa masih memikirkan Jonghyun?”tanya Sun Young.

“….”

“Aku tahu dengan benar bagaimana perasaanmu untuknya Jiyeon-nie.”

“Anniya, aku tidak memikirnya sama sekali Eonnie, aku hanya belum menemukan…”

“Belum menemukan yang seperti Jonghyun?”

“….”

“Tidak akan ada namja yang seperti dia Yeonnie-ya, aku tahu bagaimana perasaannya.”

“….”

“Dia mencintaimu, sangat.”

“Tapi aku tidak mencintainya.”

“Jangan menipu diri lagi.”

“Aku tidak menipu diri.”

“Kau menipu diri.”

“Aku tidak…”

“Aku ada di bandara ketika kau mengejar Jonghyun, aku melihat semuanya.”ujar Sun Young membuat Jiyeon terdiam, ia tak ingin melanjutkan lebih jauh lagi perdebatan ini.

Jiyeon mengalihkan pandangannya, menatap jalanan kota Seoul yang begitu megah, tak banyak yang berubah sejak kepergian Jonghyun, jalanan itu masih saja padat saat jam-jam sibuk. Jiyeon menengadahkan kepalanya, berusaha sebisa mungkin menahan buliran air mata yang sudah hendak menerobos pertahanannya. Bayangan demi bayangan yang terjadi dua tahun lalu mulai membayangi fikirkannya, membuatnya tenggelan dalam kelamnya masa lalu.

Flashback on

Jiyeon menginjak pedal gasnya dengan penuh kekhawatiran, wajahnya yang sudah di penuhi air mata membuat penampilannya terlihat kacau. Wajah pucat dan juga pakaian rumah membuatnya seperti orang gila, terlebih lagi ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Berkali-kali Hyuna menekan klaksonnya, berharap para pengguna jalan di depannya akan menyingkir sehingga ia lebih cepat sampai bandara.

Gadis itu memarkirkan mobil kesayangannya dengan sembarang, menerobos puluhan rombongan yang akan pergi maupun yang baru saja tiba. Pandangannya sibuk mencari sosok namja tampan dengan kulit seputih susu yang sangat ia kenal.

“Lee Jonghyun, eodisseo..”lirih yeoja cantik ini berkali-kali. Jiyeon menggigit bibir bawahnya, tanda ia sedang panik luar biasa. Yeoja ini merogoh saku celanyanya, berusaha menghubungi seseorang.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau…

Jiyeon memutuskan sambungan telephone dan berusaha menghubungkannya lagi, namun tetap saja jawaban yang sama yang ia terima. Jiyeon berlari ke arah pintu keberangkatan, matanya memandang deretan tempat yang akan dituju dengan nama maskapai juga waktu keberangkatan. Matanya yang penuh dengan air mata membuat penglihatannya sedikit memburam.

“Itu pesawatnya! London! Penerbangan terakhir….”

Kaki-kaki jenjang Jiyeon seketika melemah, tak mampu lagi menopang bobot tubuhnya yang tak terlalu berat. Penglihatannya semakin tersamar seiring dengan air mata yang mulai membanjiri kelopaknya. Tak lagi ia fikirkan cibiran-cibiran orang yang melihat keadaannya dan tak ia pedulikan pandangan iba dari siapa saja yang menatap dirinya, kini, Jiyeon tengah kehilangan cintanya, cinta pertamanya.

“Wae? wae? wae?! kenapa kau meninggalkanku Lee Jonghyun!!! Wae?!”teriak Jiyeon.

Tangis Jiyeon terus terdengar sampai ada seseorang yang memeluknya.

Flashback off

-oOo-

Sun Young memarkirkan mobilnya tepat di depan pintu masuk Berlin Café & Lounge, ia tahu benar kalau tempat ini adalah tempat yang pernah dikunjungi oleh Jiyeon dan Jonghyun sementara Jiyeon hanya memandang Berlin Café & Lounge dengan tatapan sedih. Berlin Café & Lounge adalah Caffe pertama yang ia kunjungi dengan Jonghyun, meski berakhir dengan keributan, namun, hal itu sangat membekas di hatinya. Jiyeon ingat betul bagaimana Jonghyun memukul wajah Jungshin yang ternyata adalah sepupunya karena terus menggoda dirinya, samar, Jiyeon tersenyum.

“Kau ingin pesan apa?”tanya Sun Young membuyarkan lamunan Jiyeon.

“Aku ingin Lemon Frizzle Martini.”jawab Jiyeon.

“Yya! Kau ingin minum ditengah hari bolong begini, eoh?”

“Ah, anniya, aku sudah meninggalkan kebiasaan minumku, maksudku berikan aku Lemon Tea.”ujar Jiyeon pada pelayan yang mendatangi mereka. “Eonnie, kau pesan apa?”

“Aku pesan Iced Café Latte.” Sun Young mengatakan pesanannya sambil tersenyum.

Jiyeon memandang wajah Sun Young dengan tatapan bingung, sebenarnya ada apa dengan bibinya ini. Ia membawa Jiyeon ke tempat pertama ia kunjungi dengan Jonghyun dan memesan hal yang sama dengan namja itu.

“Wae? kenapa memandangku begitu?”tanya Sun Young.

“Ah? Anniya Eonnie, kau hanya… terlihat sedikit lebih tua.”goda Jiyeon.

“Mwo? Yya, aku sudah menebalkan make up ku, mana mungkin aku terlihat lebih tua.”

“Hahaha, igeo igeo, kau tak lihat kerutan disini?”tunjuk Jiyeon pada sudut mata Sun Young.

“Yya! Neo!”kesal Sun Young membuat Jiyeon tertawa, namun perlahan ia juga ikut tersenyum, memandang keponakannya yang tertawa, Sun Young tersenyum.

Park Sun Young pov

Hari ini aku ingin mengajak Jiyeon bertemu dan membicarakan tentang keinginanku untuk mengajaknya pergi ke pertemuan dengan kolega kami di Belanda, hal ini aku lakukan atas saran dari Jung-Soo Oppa, mengingat Jiyeon akan mewarisi perusahaan. Kini aku menunggu Jiyeon keluar dari kelasnya karena yang aku tahu dari bibi Baek kalau keponakanku ini pergi ke kampus pagi-pagi sekali. Mataku memicing ketika melihat seorang gadis dengan rambut coklatnya sedang berjalan mendekat ke arah mobil Audi A6 silver, gadis itu mengenakan celana levis juga kemeja berwarna baby pink, rambutnya dibiarkan tergerai di tangan gadis itu aku melihat beberapa buku tebal.

“Jiyeon-nie, yeogi.”aku melambaikan tangan saat melihat keponakanku yang sangat cantik itu, Jiyeon tersenyum dan berjalan mendekat.

“Oh, Eonnie!”panggilnya yang membuatku tersipu, bagaimana tidak, aku yang adalah bibinya ia panggil dengan sebutan Eonnie? Dasar anak nakal.

Kemudian aku mengajaknya untuk pergi ke sebuah tempat makan, tempat makan yang aku tahu dari Jonghyun, tempat makan yang pertama ia kunjungi bersama Jiyeon. Aku melirik sekilas ke arah Jiyeon, memperhatikan gadis kecil ini yang sedikit sibuk dengan ponselnya. Fikiran usil mulai merasuki otakku, aku berusaha mencari informasi, apa Jiyeon sudah memiliki kekasih atau belum.

“Menghubungi kekasihmu, eoh?”tebakku membuat Jiyeon menoleh..

“Eh? Anniya, aku menghubungi Hyuna, dia pasti mencariku.”

“Oh, ku fikir kekasihmu.”

“Aku tidak punya kekasih Eonnie.”

Ah! Aku akan melaporkannya pada Jonghyun kalau Jiyeon tidak memiliki kekasih, entah mengapa aku sangat senang jika kedua orang itu bersatu. Menurutku, Jonghyun mempunyai perasaan yang sangat tulus.

“Hyuna? Memiliki kekasih? Wah! Kau sendiri, kapan akan menentukan pendampingmu, eoh?”

“Aku masih belum tertarik Eonnie.”

“Apa masih memikirkan Jonghyun?”tanyaku yang langsung membuat Jiyeon terdiam, aku melirik lagi ke arah gadis cantik ini, omona! Wajahnya berubah sedih, apa Jiyeon masih memikirkan Jonghyun?

“Dia mencintaimu, sangat.”kataku penuh penekanan.

“Tapi aku tidak mencintainya.”

“Jangan menipu diri lagi.”

“Aku tidak menipu diri.”

“Kau menipu diri.”

“Aku tidak…”

“Aku ada di bandara ketika kau mengejar Jonghyun, aku melihat semuanya.”

Ya memang benar, saat itu, aku memang ada di bandara, mengantarkan si bodoh Jonghyun meninggalkan cinta pertamanya dan untuk pertama kalinya melihat bagaimana Jiyeon menangis, sesedih itu. Jiyeon adalah gadis yang kuat, ia tidak pernah menunjukkan kesedihannya di depan siapapun, terkecuali Hyuna. Aku bahkan tidak pernah melihatnya menunjukkan emosinya di depan keluarganya, apalagi menangis. Tapi saat itu, Jiyeon mengeluarkan air matanya untuk Jonghyun, membiarkan dirinya menjadi bahan tontonan semua orang di bandara Incheon.

Flashback on

Aku melangkahkan kaki beriringan dengan tunanganku Fu Xin-Bo Oppa, hari ini adalah hari keberangkatan Jonghyun ke London. Pagi-pagi sekali Jonghyun menghubungiku dan mengatakan kalau dirinya akan meninggalkan Seoul dan menetap di salah satu negara di Eropa itu. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba meninggalkan Seoul, tapi aku tahu itu pasti ada hubungannya dengan Jiyeon dan juga Jung-Soo Oppa.

“Sun Young-ah.”panggil namja itu, Lee Jonghyun.

“Yya babo-ya! Bagaimana bisa kau meninggalkan Seoul, eoh!”kesalku sambil memukul lengannya.

“Mianhe, mungkin aku membuatmu terkejut, keunde, aku sudah memikirkan hal ini matang-matang dan jangan mencoba untuk menghalangiku, arraso!”ujarnya membuatku ingin menangis.

Bagaimana tidak, sejak pertemuan pertamaku dengannya, hubungan kami memang bisa dibilang dekat, apalagi Jonghyun menjalin bisnis dengan tunanganku dan Jonghyun juga mencintai keponakanku, hal itu membuat hubungan kami menjadi dekat. Jonghyun sering menceritakan keluh kesahnya dalam menghadapi sikap Jiyeon, ia juga selalu bertanya tentang apa yang harus ia lakukan dan begitu juga sebaliknya. Kami bersahabat sejak ia meminta izin untuk menjadi pengawal Jiyeon.

“Andwae, aku mana mungkin menghalangimu, justru aku senang karena satu namja pintar menghilang dan membuatku mempunyai kesempatan besar menjadi pebisnis muda yang sukses.”ujarku berlinang air mata.

“Yya, itu mana mungkin, aku akan tetap menjadi pebisnis muda tersukses.”ujar Jonghyun meremehkanku. “Xin-Bo, jagalah sahabatku ini, ne. kalau dia macam-macam denganmu, kau boleh menghajarnya!”lanjut si babo Jonghyun sambil memeluk tunanganku.

“Ye, aku akan menjaga sahabatmu ini dengan baik, kau tenanglah Jonghyun.”

“Sun Young-ah, jaga dirimu ne? kalau kau butuh teman cerita, kau bisa menghubungiku, meski aku tinggal di London, aku berjanji akan tetap meluangkan waktu untuk mendengar celotehanmu itu.”

“Baboya!”ujarku memeluk Jonghyun dan terisak dipelukannya.

“Aku mohon jaga Jiyeon dan laporkan segala sesuatunya padaku. Aku mengangkatmu secara resmi sebagai agen mata-mataku.”

“Cih.”

“Jangan lupa undang aku jika kalian menikah.”

“Aku akan menikah jika kau sudah bertungangan dengan Jiyeon.”ujar Xin-Bo Oppa membuatku terkejut.

“Yya, jangan begitu, hal itu tidak mungkin terjadi, Jiyeon, dia membenciku.”

“Anni, Jiyeon mencintaimu, aku tahu itu.”jawabku berusaha meyakinkan sahabatku yang bodoh ini.

“Semoga saja..”

“Tuan, sudah waktunya kita pergi.”ujar seorang namja yang sudah sering ku lihat.

“Ne Ok Jung-ah.”jawab Jonghyun tersenyum. “Geure, aku akan pergi sekarang. Jaga diri kalian baik-baik, arrachi?”Jonghyun memelukku dan juga Xin-Bo Oppa bersamaan kemudian meninggalkan kami.

Xin-Bo Oppa menarik tanganku untuk meninggalkan bandara, tapi tiba-tiba saja langkahku terhenti.

“Wae? wae? wae?! kenapa kau meninggalkanku Lee Jonghyun!!! Wae?!”

Aku mendengar sebuah suara yang sangat aku kenal.

“Kau mendengarnya?”tanya Xin-Bo Oppa padaku.

“Hmm, itu seperti… Jiyeon!”pekikku ketika melihat seorang gadis tengah terduduk dil lantai sambil terus menangis.

Aku berjalan mendekat, berusaha melihat dengan lebih jelas siapa yang kini ada di hadapanku.

“Jiyeon-na, gwaenchanha?”tanyaku memeluk tubuh Jiyeon.

“Wae? wae? wae?! Lee Jonghyun! Aku mohon jangan pergi.”teriak Jiyeon lagi.

Flashback off

“Kau ingin pesan apa?”tanyaku membuyarkan lamunan Jiyeon.

“Aku ingin Lemon Frizzle Martini. Eonnie, kau pesan apa?”

Aku berfikir sejenak, berusaha mengingat minuman apa yang dipesan si bodoh Jonghyun.

“Aku pesan Iced Café Latte.”ujarku lugas membuat Jiyeon menatapku.

Aku tahu, gadis ini mengingat Jonghyun.

Park Sun Young pov end

-oOo-

“Jadi, apa yang ingin Eonnie sampaikan padaku?”tanya Jiyeon setelah ia menyesap Lemon Tea pesanannya.

“Eh?”

“Eonnie, aku tahu, kau pasti disuruh Appa untuk menemuiku, ya kan?”

“Ei, kau memang sangat pintar. Hmm Yeonnie-ya, begini, minggu depan, perusahaan akan mengadakan pertemuan dengan beberapa kolega kita di Belanda.”

“Lalu?”

“Oppa menyuruhku untuk mengajakmu ikut serta, kau tahu, kan kalau dirimu akan mewarisi perusahaan.”

“Eonnie, kau kan tahu kalau aku sama sekali tidak tertarik dengan urusan perusahaan. Aku juga tidak pernah mengatakan akan menjadi pewaris Appa.”Jiyeon berusaha mengelak, ia benar-benar tidak suka jika harus mewarisi perusahaan.

“Keunde Jiyeon-nie, Appamu sangat menginginkan dirimu untuk hadir di acara itu.”

“Untuk apa aku kesana? Aku tidak mengerti sedikitpun tentang urusan perusahaan, Eonnie.”

“Aku akan mengajarkanmu.”

“Keunde..”

“Eonnie mohon, satu kali ini saja, biarkan Eonnie membawamu untuk pergi ke Belanda, senangkan hati Appamu.”

“Arraso, tapi aku tidak berjanji untuk mewarisi perusahaan, lagipula perusahaan itu bisa Eonnie yang menjalankan dan aku akan membuka butik bersama Hyuna.”

“Terserah padamu saja. Ingat, minggu depan kita akan pergi.”

“Arra.”

-oOo-

London

“Hello good afternoon, this is Yoo Ok Jung speaking, can I help you?”ujar seorang namja berpakaian formal melalui telephonnya.

“Good afternoon mr. Yoo, can I speak to the mr. Lee?”jawab seorang yeoja.

“Sorry, but, with whom I spoke?”tanya namja itu lagi.

“Say to the mr. Lee, if his best friend from Korea calling.”

“Yes madam, I will talk to the mr. Lee. Please wait a momment.”

“Sure.”

Namja dengan setelan jas berwarna hitam mengangkat gagang telephone yang lain, menekan angka satu dan menunggu jawaban dari yang ia hubungi.

“Wae Ok Jung-ah?”tanya seorang namja tampan melalui sambungan telephone.

“Ada seseorang yang ingin bicara dengan anda tuan.”

“Nuguya?”

“Moreugeossoyo, keunde, dia mengatakan kalau dirinya adalah sahabat tuan dari Korea.”

“Sun Young?”fikir Jonghyun dalam hati. “Sambungkan aku padanya.”

“Ye tuan, ihaehada.”

Jonghyun mengangkat gagang telephone yang terletak tepat di samping kanannya, menunggu sambungan pada seseorang yang sangat ia rindukan.

“Hello.”sapa seseorang wanita yang sangat Jonghyun kenal.

“Hello Sun Young-ah?”

“Yes, its me.”

“Ah jinjja! Sun Young-ah how are you?”

“Not very good, how about you?”

“Yes, me too.”

“Why?”

“I have many problem in here.”

“Really? I think it’s all goes well”

“Not all, my work not going well and…”

“And you miss her? My nephew?”

“Hmm I don’t miss her, Sun Young-ah.”

“Don’t lie to me, I know you so well, okay.”

“I did’nt lie.”

“But you lie to me, I know all of this is too hard for you, Jonghyun-ah.

“Hhh, I can’t lie to you.”desah Jonghyun pelan, ia tahu kalau sahabatnya ini memang sangat mengerti dirinya.

“Jonghyun-ah, why you don’t ever call me?”

“Mianhe Sun Young-ah, I’m little busy.”

“Aku tidak menerima alasan apapun tuan Lee!”

“Yya, jangan marah seperti itu. hmm, bagaimana hubunganmu dengan Xin-Bo?”

“Kami tetap berhubungan baik.”

“Tidak ada rencana untuk menikah?”

“Bukankah sudah Xin-Bo Oppa sudah mengatakan kalau ia akan menikahiku kalau kau bertunangan dengan Jiyeon?”

“Yya, jangan bercanda, aku dan Jiyeon tidak mungkin bersama.”

“Wae? apa kau sudah menemukan wanita lain?”

“Anniya, hatiku masih terisi oleh Jiyeon.”

“Jinjja?”

“Ye!”tegas Jonghyun.

“Ah Jonghyun-ah, tadi siang aku bertemu dengan Jiyeon dan membahas dirimu.”

Jonghyun tak menjawab, ia sibuk menenangkan hatinya, bersiap menerima apapun cerita yang akan dikatakan oleh Sun Young.

“Ada yang ingin aku katakan padamu.”

“Katakanlah Sun Young-ah, sejak tadi juga kau terus bicara.”

“Yya, aku serius!”

“Hahaha mian, bicaralah, aku akan mendengarkan.”

“Saat keberangkatanmu ke London, sebenarnya, Jiyeon datang ke bandara.”

“Aku tahu..”

“Kau tahu?”

“Hmm, aku melihatnya sesaat sebelum pergi.”

“Lalu kenapa kau tetap meninggalkan Seoul?”tanya Sun Young penasaran, ia benar-benar bingung dengan jalan fikiran sahabatnya ini.

“Karena aku tahu Jiyeon hanya ingin mengembalikan kalung yang aku berikan.”

“Mwo?!”

“Aku melihatnya menggenggam kalung itu, jadi..”

“Neo jinjja babo-ya! Saat itu, Jiyeon tidak ingin mengembalikan kalung pemberianmu.”

“Lalu? Untuk apa dia mendatangiku?”

“Dia ingin menahanmu, apa kau tidak tahu bagaimana tangisannya saat itu? Jiyeon, dia menangis tersedu di tengah orang-orang, ia bahkan menjerit-jerit, memanggil namamu dan memintamu untuk tidak pergi.”

“Kau bercanda.”

“Aku serius! Bukankah aku sudah katakan kalau aku serius!”

“Jadi.. selama ini, aku salah faham?”

“Aish!”

“Sun Young-ah, eotteoghe? Apa yang harus aku lakukan. Aku sudah membuat Jiyeon menangis, bagaimana ini….”ujar Jonghyun cemas.

“Aku punya rencana.”

“Meot?”

Sun Young mengatakan rencana yang sudah ia susun dengan baik selama dua tahun ini sementara Jonghyun berfikir keras akan melakukan rencana Sun Young atau tidak.

“Eottheo?”

“Well, aku memang sedikit butuh liburan. Ayo kita laksanakan rencana bodohmu itu.”

“Kau akan sangat berterima kasih jika rencana bodoh ini berjalan lancar, Jonghyun-ah.”

“Ah ne, gomapta Hyomin-ah.”ujar Jonghyun memanggil nama kecil Sun Young.

-oOo-

Jiyeon lagi-lagi mendatangi sungai Han, yeoja ini memejamkan matanya, merasakan semilir angin dan sinar senja yang tak terlalu indah sore ini.

“Hhh.”Jiyeon mendesah pelan, menghembuskan nafas berat, seolah dirinya ingin melepaskan beban yang sangat berat.

Tintin.

Terdengar bunyi klakson dari belakang Jiyeon, gadis ini tak langsung menoleh, karena ia tak mengenal bunyi klakson yang baru saja ia kenal.

“Itu bukan Hyuna, aku tahu dengan pasti bagaimana bunyi klakson yeoja itu, kagi pula ia tak biasa membunyikan klakson. Suara itu bukan juga milik mobil Kyuhyun Oppa.”bisik Jiyeon pada dirinya sendiri.

“Park Jiyeon-ssi?”panggil seseorang.

“….”Jiyeon tak ingin menjawab, matanya terus terpejam seolah ia tak mendengar teguran yang baru saja diucapkan seseorang.

“Ah benar! Ternyata memang engkau, bagaimana bisa kita bertemu disini.”ujar suara itu lagi.

“….”

“Kau sedang apa disini?”

“….”

“Menangkan diri? Atau menunggu seseorang?”

“….”

“Aku sangat senang bertemu denganmu, Park Jiyeon-ssi.”

“….”

“Ah kau…”

“Kau bisa diam tidak?!”hardik Jiyeon keras, ia benar-benar gerah mendengar ocehan dari bibir namja di sampingnya ini.

“Mianhe, aku, hanya terlalu senang bisa bertemu denganmu.”

“Dan aku terlalu malas meladenimu.”

“Wae?”

“Karena aku tidak mengenalmu.”

“Tapi aku sudah memperkenalkan diriku saat di kampus, apa kau..”

“Apa itu penting bagiku? Mengenal namja yang tiba-tiba menyatakan perasaannya padaku? Tsk.”

“Keunde..”

“Bisakah kau pergi dari sini? Kau mengganggu!”

“Ah mian, kalau begitu lebih baik aku pergi..”

Namja itu melangkah pergi, meninggalkan Jiyeon sendiri.

“Dia adalah yeoja es! Bagaimana bisa kau menyukainya? Babo namja!”ujar seseorang melalui sambungan telephone.

“Jadi benar ia ada di sungai Han?”

“Ne.”

“Dan dia menolak lagi?”

“Hmm, bahkan dia mengusir.”

“Omona! Dia tidak pernah berubah.”

Bersamaan dengan perginya namja itu, seorang gadis datang bersama kekasihnya.

“Yya, bisakah kau tidak membawa kekasihmu saat ingin menemuiku?”tanya Jiyeon sebelum gadis itu menyapanya.

“Yya! Kenapa memangnya kalau aku mengajak Kyuhyun Oppa?”

“Tsk!”ujar Jiyeon memandang sinis sahabatnya, Hyuna.

“Keunde Jiyeon-na, namja tadi, nuguya?”ujar Kyuhyun yang berpapasan dengan Hongki.

“Ne! siapa dia?”ujar Hyuna ikut bertanya.

“Molla.”

“Apa dia seorang penguntit?”tanya Hyuna lagi.

“Iss kau ini!”gerutu Jiyeon yang dijawab cengiran khas Hyuna.

-oOo-

Dua minggu kemudian

Dua orang wanita dengan perawakan cantik terlihat keluar dari pintu kedatangan internasional Bandara internasional Schiphol, Amsterdam. Salah satu wanita mengenakan celana pendek serta sepatu boot selutut berwarna hitam juga jaket kulit berwarna merah sedangkan satu wanita lagi mengenakan dress panjang berwarna coklat serta se[atu berhak tinggi dan juga tas tangan yang sangat cantik. Kedatangan kedua wanita ini tak ayal menjadi perhatian para pengunjung yang ada di bandara.

“Jiyeon-nie, igeo, aku rasa dia yang akan menjemput kita.”ujar wanita dengan pakaian dress sambil menunjuk seseorang.

“Jinjja? Mengapa dia seperti orang Korea.”ujar wanita lain yang ternyata adalah Jiyeon.

“Bukankah lebih bagus kalau orang Korea yang menemani kita?”ujar yeoja itu lalu berjalan lebih dulu.

“Good morning miss Park.”sapa namja berpakaian rapi yang menyambut kedatangan kedua gadis ini.

“Good morning…”ujar Sun Young terhenti.

“Yoo Gi Young, you can call me Gi Young.”

“Ah, good morning Gi Young-ssi.”

“Can you speak Korean? Because I can’t speak english.”ujar Jiyeon tiba-tiba membuat Sun Young dan Gi Young tersenyum.

“Nde, anda bisa menggunakan bahasa Korea jika itu membuat anda lebih nyaman.”ujar Gi Young, ramah.

“Kalau begitu, kita langsung pergi ke Hotel atau kau ingin ke suatu tempat Jiyeon-nie.”tanya Sun Young pelan.

“Ku fikir lebih baik anda pergi ke hotel terlebih dahulu, setelah itu saya akan mengantar anda berkeliling jika memang anda menginginkannya.”

“Kita tidak langsung rapat?”tanya Jiyeon bingung, karena tujuannya ke Belanda bukan untuk berpetualang.

“Rapat akan dilaksanakan besok nona.”

“Aku memang sengaja memilih keberangkatan lebih cepat satu hari, ku fikir kita butuh sedikit relaksasi sebelum memulai hari yang panjang esok hari.”jelas Sun Young saat melihat wajah bingung Jiyeon.

“Geure, kita pergi ke hotel terlebih dulu baru antar kami berkeliling.”ujar Jiyeon akhirnya.

“Ye nona, silahkan lewat sini.”ujar Gi Young menuntun perjalanan.

-oOo-

Hanya perlu menempuh perjalanan kurang lebih 9 kilo dari bandara, kini Jiyeon dan Sun Young sudah sampai di Hilton Amsterdam Hotel, hotel megah dan mempesona itu memanjakan mata Jiyeon. Jiyeon bahkan tidak bisa menutupi kekagumannya ketika melihat interior lobby hotel bintang lima ini, terlebih saat ia masuk ke dalam kamarnya yang memang dipilih secara hati-hati, Sun Young tahu, keponakannya ini mempunyai selera yang tinggi, sehingga ia tidak mau mengecewakan hati Jiyeon dan merusak rencananya.

“Aku keluar sebentar.”ujar Sun Young saat melihat Jiyeon hendak pergi membersihkan dirinya.

“Ne Eonnie, aku akan bersiap-siap dulu.”

Sun Young berjalan menyusuri lorong lantai tempatnya menginap, menuju lift yang akan membawanya kembali ke lobby.

“Sun Young-ah!”ujar seorang namja melambaikan tangannya, namja tampan dengan kulit putih memikat.

“Jonghyun-ah! Bogoshippo.”ujar Sun Young langsung menghambur ke dalam pelukan sahabatnya itu.?

“Nado! Bagaimana? Apa semua berjalan lancar?”ujar Jonghyun melepas pelukannya.

“Yya, kami baru saja sampai. Ingat, pergilah ketempat yang sudah aku tentukan, disitu kau akan bertemu dengan Jiyeon.”

“Ne! aku akan segera ke tempat itu dan menunggu kalian.”

“Semoga berhasil Jonghyun-ah.”

“Gomawo.”

-oOo-

Jonghyun kembali menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari Hotel tempat Sun Young dan Jiyeon menginap. Senyum cerah tak pernah hilang dari wajah tampannya, hal itu menarik sekertarisnya.

“Apa tuan sedang senang?”tanya namja yang kini duduk di kursi penumpang samping kemudi.

“Eh?”

“Tuan terus tersenyum sejak berada dalam pesawat dan terlihat semakin cerah ketika keluar dari hotel, apa tuan sudah bertemu nona Jiyeon?”

“Yya, kau ini… apa kau terlalu terlihat bahagia?”

“Ne tuan, anda terlihat sangat bersemangat dan saya senang melihat anda kembali ceria.”

“Yya Ok Jung-ah, kau memang orang kepercayaanku. Kau sangat tahu bagaimana diriku.”puji Jonghyun membuat namja di depannya hanya tersenyum. “Bagaimana dengan adikmu? Apa sudah ada laporan?”

“Ye tuan, Gi Young sudah melaporkan semuanya dan ia sedang menunggu nona Jiyeon bersiap.”

“Baiklah, kita jalankan rencana Sun Young dengan baik.”

“Ye.”

-oOo-

“Sudah siap?”tanya Sun Young saat melihat Jiyeon keluar dengan sweater berwarna baby pink dan juga rok motif bunga-bunga selutut dan juga sepatu boot senada dengan sweaternya.

“Hmm, Eonnie tidak mandi dulu?”

“Tidak usah, aku hanya ingin pergi ke suatu tempat saja.”

“Kita akan kemana Eonnie? Berbelanja?”

“Yya kita bahkan baru tiba satu jam lalu, mana mungkin kita berbelanja.”

“Jadi, kita akan kemana?”

“Gi Young-ah, kau tahu arah Volendam?”tanya Sun Young tanpa menjawab pertanyaan Jiyeon.

“Ne, saya tahu nona, apa nona ingin ke kota itu?”

“Apa jauh?”tanya Sun Young lagi.

“Anniya, jaraknya hanya sekitar 20 km dari pusat kota Amsterdam, jika nona mau..”

“Kajja, kita pergi ke Volendam.”ajak Sun Young langsung berjalan di depan Jiyeon dan juga Gi Young.

“Apa disana ada tempat untuk berbelanja?”tanya Jiyeon pada Gi Young.

“Di Volendam ada beberapa toko yang menjual pernak-pernik khas kota itu, ada juga studio foto yang menyewakan pakaian khas Volendam.”

“Ah, hanya toko pernak-pernik, semoga saja tidak membosankan.”

“Yya! Cepatlah, kita perlu berkeliling kota Volendam.”teriak Sun Young yang sudah sampai di depan mobil hitam yang tadi membawanya ke Hotel.

-oOo-

Jiyeon terkesima melihat pemandangan Volendam yang begitu indah, meski saat ini sudah memasuki musim panas, tapi kota itu tak kehilangan turis yang berdatangan. Matahari yang memancarkan panasnya tak membuat para turis itu enggan keluar rumah, justru hal itu dimanfaatkan oleh mereka. Mata Jiyeon dimanjakan oleh pemandangan pelabuhan yang ramai dengan para nelayan yang mengenakan pakaian khasnya, toko-toko yang berjejer rapih serta pemandangan pelabuhan yang indah.

“Woaah, jinja yeopo.”ujar Jiyeon penuh kagum.

“Sudah ku bilang kau akan suka nuansa desa nelayan ini.”

“Ne Eonnie, aku sangat suka! Disini benar-benar indah.”

“Kalau kau mengunjungi Volendam, kau harus berkeliling, karena kau akan menemukan hal-hal yang menarik.”

“Nona Sun Young benar.”

“Kalau begitu kajja kita berkeliling!”

Jiyeon, Sun Young dan juga Gi Young berjalan menyusuri jalanan kota Volendam, melihat-lihat bagaimana keindahan yang disuguhkan oleh kota yang sangat terkenal itu. sampai akhirnya Jiyeon menghentikan langkahnya, menatap dalam-dalam seseorang yang sangat ia kenal, tubuh Jiyeon bergetar sedetik kemudian air matanya mengalir deras.

Park Jiyeon pov

Aku melihatnya, aku yakin kalau aku melihatnya. Mataku terpaku pada seseorang dengan celana selutut berwarna cream dan kaus lengan panjang berwarna biru, namja itu memakai kaca mata berwarna hitam, tapi aku yakin kalau itu adalah dirinya. Rasanya ingin sekali aku berlari kemudian memeluknya, atau hanya sekedar menjeritkan namanya sehingga ia akan menoleh dan melihat keberadaanku. Keunde, kaki ini tak bisa bergerak, tenggorokan ini seolah tercekat. Yang kini aku rasakan hanyalah kekakuan dan rindu yang membuncah. Air mata ini terus mengalir deras, seisi kepalaku kosong, penglihatanku mengabur, menghilangkan orang-orang yang berlalu lalang. Yang kini ada dalam indera penglihatku hanyalah sosoknya, sosok namja yang sangat aku cintai.

Park Jiyeon pov end

Jiyeon berlari menerobos orang-orang yang berlalu lalang disekitarnya. Mendorong beberapa turis sehingga mereka mengumpat ke arah gadis berambut coklat ini. Kakinya terus mengejar sosok namja yang ia kenal, namun matanya tak lagi melihat bayangan namja itu. Jiyeon memutar tubuhnya, mengedarkan pandangannya mencari sosok tampan itu, namun ia tak juga menemukan. Jiyeon kembali terjatuh, menangis tertahan karena kehadiran mendadak Lee Jonghyun.

“Tuan, apa tidak sebaiknya tuan menemui nona Jiyeon?”

“Anni Ok Jung-ah, aku tidak ingin mengacaukan rencana Sun Young.”

“Kalau begitu kita pergi dari sini?”tanya Ok Jung lagi.

“Tunggu sebentar, sampai Sun Young menemui Jiyeon, lalu kita pergi.”

“Ye tuan.”

“Beritahu Gi Young dimana Jiyeon.”

“Ye.”

-oOo-

Lee Jonghyun pov

Aku tersenyum senang, saat melihat sosok gadis yang sangat aku rindukan dua tahun ini sedang berjalan di depanku. Wajahnya semakin cantik, kulitnya semakin putih dan tubuhnya semakin tinggi. Rambut gadis itu tak lagi berwarna kuning, tapi sudah ia ubah menjadi warna coklat, ku fikir warna itu cocok untuknya. Jiyeon, tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, wajar saja kalau aku mencintainya sampai saat ini.

“Ikuti mobil mereka Ok Jung-ah.”ujarku pada Ok Jung.

“Ye tuan.”jawab Ok Jung lalu ia memberikan perintah pada si pengemudi kemudian mobil yang kami tumpangi berjalan mengikuti mobil yang di tumpangi oleh Jiyeon dan Sun Young.

Jantungku berdegub kencang saat ini dan aku yakin karena aku masih, ah ani, maksudku aku semakin mencintai Jiyeon. Aku mengirimkan pesan singkat untuk Sun Young, memberi tahu kalau aku kini sudah ada di belakang mereka.

Ketika sampai di daerah Volendam, aku melihat wajah Jiyeon yang begitu berseri-seri. Aku memakai penyamaranku lalu mengikuti mereka dari belakang.

“Woaah, jinja yeopo.”

Ku dengar Jiyeon berseru riang, dan itu membuatku ingin memeluknya, sungguh aku sangat merindukannya. Aku kembali mengikuti langkah kaki Jiyeon, berusaha menjaga jarak sedekat mungkin agar tidak kehilangan dirinya. Saat Jiyeon sedang mengunjungi sebuah toko, aku mempercepat langkahku untuk mendahuluinya, agar ia bisa melihatku nanti.

Tepat seperti yang sudah direncanakan, Jiyeon melihat ke arahku, tapi apa ini, kenapa dia menangis? Apa dia begitu membenciku? Tanpa fikir panjang aku langsung melangkahkan kakiku menjauh dan bersembunyi di balik sebuah bangunan. Aku memperhatikan Jiyeon dengan baik, ia menangis, sungguh aku merasa bersalah karena telah membuatnya menangis tapi ini semua demi rencana Sun Young.

Flashback on

“Mwo? Kenapa aku harus bersembunyi? Kenapa tidak menemuinya saja?”tanyaku saat Sun Young menghubungiku dua minggu lalu.

“Karena aku ingin menunjukkan bagaimana perasaan Jiyeon padamu.”

“Maksudmu?”

“Kau akan tahu saat kau melihat bagaimana Jiyeon. Turuti saja apa yang aku katakan.”

“Geure.”

Flashback off

“Jiyeon-na, wae? kenapa kau disini?”aku melihat Sun Young sudah berdiri di samping gadis itu, aku tahu, dia pasti diberitahu Gi Young – adik kandung dari Ok Jung – kalau keponakannya itu ada di ujung jalan sebelah selatan Volendam.

“Eonnie, aku melihatnya, aku melihatnya.”samar aku mendengar perkataan Jiyeon disela tangisnya.

“Bertemu siapa? Kenapa kau seperti ini.”

“Jonghyun, namja itu, aku melihatnya di seberang jalan sana, aku mencoba menghampirinya, aku mencoba mengikuti langkahnya, namun, dia menghilang.”jelas Jiyeon disela tangisnya.

Sun Young mengedarkan pandangannya, berusaha mencari apa yang dikatakan oleh Jiyeon, mata elangnya menangkap bayanganku serta Ok Jung di baling toko kue tak jauh dari mereka.

“Tidak ada Jonghyun, Yeonnie-ya, ku fikir kau berhalusinasi, yah, kau pasti berhalusinasi.”ujar Sun Young lalu mendekap tubuh keponakannya itu dan tersenyum ke arahku.

Aku bisa melihat tatapan haru dari dalam bola mata coklat Sun Young, seolah dia merasakan dengan jelas cinta Jiyeon untukku. Mataku menangkap maksud dari tatapannya, ia seolah berkata pergilah, Jiyeon akan baik-baik saja dibalik tatapan juga senyumannya. Dengan berat hati aku melangkah pergi, menjauh, sampai akhirnya tak bisa mendengar rintihan Jiyeon lagi.

Lee Jonghyun pov end

-oOo-

Jiyeon terbangun tepat pukul dua dini hari waktu Amsterdam, gadis ini merasakan ngilu luar biasa di sekujur tubuhnya, kepala pening luar biasa dan tenggorokan yang sakit. Dengan perlahan yeoja ini menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya sampai ke pinggang, kemudian melangkah menuju balkon kamarnya di hotel megah itu. tangannya yang lentik terulur untuk mendorong pintu jendela kamar yang memisahkan balkon juga tempat tidur nyamannya. Matanya terpejam, merasakan angin malam yang berhembus sedikit kencang.

 

Park Jiyeon pov

Aku masih mengingat dengan jelas bagaimana paras tampan yang dulu selau menjagaku, masih terukir dengan manis bagaimana semua sikapnya yang lembut terhadapku. Kemudian, masih juga terasa pilu di ulu hatiku saat namja yang aku cintai itu pergi menghilang karena kesalahanku, karena keterlambatanku menyadari cinta yang aku rasakan. Siang tadi, aku dan Sun Young Eonnie – yang sebenarnya adalah bibiku – melangkahkan kaki sepanjang jalan kota Volendam, salah satu kota terpadat di Belanda.

Awalnya aku enggan menuruti keingin Eonnie untuk menyambangi kota yang penuh dengan turis-turis itu, namun aku tak bisa menolak, mengingat aku hanya berdua dengan Eonnie di negara ini. Aku melangkahkan kakiku dengan riang ketika melihat pemandangan indah yang tertangkap oleh retina coklatku, senyum tak hentinya terlepas dari wajahku yang sedikit mengurus lantaran terlalu depresi karena kehilangan namja itu.

Aku memasuki toko demi toko kecil yang terjajar rapih sepanjang jalan, memperhatikan indahnya burung-burung yang berterbangan di atas pantai pelabuhan – yang aku sendiri tak tahu jenis burung apa yang menghiasi Langit biru disana – serta barisan kapal nelayan beserta pemiliknya yang semakin menambah keindahan kota kecil ini. Panasnya sengatan matahari siang ini tak membuatku lelah, namun tiba-tiba saja bola mataku terhenti pada sosok yang sangat aku cintai.

Aku menatapnya dalam diam, tubuhku menegang dan detik berikutnya aku kehilangan dirinya. Aku berusaha keras untuk mengejarnya, mencarinya sehingga aku bisa mendekap tubuhnya. Wajahnya yang tampan masih seperti dulu, hidungnya yang mancung, hanya saja.. hanya saja kini tubuhnya terlihat semakin atletis. Dari jarak sepuluh meter, aku bisa menghirup aroma khas tubuh Jonghyun. Sungguh, aku menyesal tak langsung memanggilnya saat mata ini menangkap sosok tampan itu. Kebohohanku ini membuat Jonghyun pergi lagi, untuk yang kedua kalinya, namja ini meninggalkanku dalam tangis.

Park Jiyeon pov end

-oOo-

Pagi-pagi sekali Sun Young sudah bersiap memakai pakaian formal, yeoja ini mengenakan setelan jas dengan rok dibawah lutut, paduan warna antara biru juga pink sangat muda membuatnya semakin terlihat dewasa. Sun Young melirik sekilas ke arah keponakannya yang sampai saat ini masih meringkuk di atas tempat tidur. Sun Young berjalan mendekat, berusaha membangunkan gadis cantik kesayangannya itu.

“Jiyeon-nie, ireona, rapat akan dimulai empat puluh lima menit lagi.”

“Sebentar Eonnie.”

“Kita sudah tidak punya waktu sayang, kau hanya punya tiga puluh menit waktu bersiap dan sisanya akan kita gunakan untuk sarapan. Cepat bersiap-siap, aku menunggu di Caffe Hotel.”ujar Sun Young membuat Jiyeon mau tak mau bangkit.

Setelah memastikan Jiyeon pergi membersihkan diri, Sun Young melangkahkan kaki keluar kamar hotel dan menuju tempat yang sudah ia janjikan akan bertemu dengan Jonghyun.

“Kau dimana?”tanya Sun Young melalui ponselnya.

“….”

“Ah ne, aku baru mau turun, kita bertemu di Caffe, kita jalankan rencana selanjutnya.”

TBC

Annyeong readers yang tersayang, aku berusaha secepat mungkin untuk membuat sequel dari Arrogant Girl dan jadilah FF ini. Awalnya aku mau buat one shoot, tapi aku takut malah kepanjangan dan membuat readers bosan, hehe. Untuk part keduanya kalian harus bersabar karena aku mau melanjutkan revenge terlebih dahulu, setelahnya baru aku membuat lanjutan FF ini, tapi tenang saja, FF ini hanya ada two shoot kok hehe. Aku harap kalian semua memberikan comment, karena semakin banyak comment yang masuk aku akan semakin mempercepat penyelesaian FF ini. Terima kasih untuk yang selalu mendukung! *bow*

Arrogant Girl Story Two

nyimasRDA - arrogant girl 2

 

intro 1

 

Title: Arrogant Girls

Author: nyimasRDA

Rating: G

Genre: romance, sad, friendship

Length: Chaptered

Main Cast:

– Park Jiyeon

– Lee Jonghyun

Other Cast:

– Kim HyunA

– Cho Kyuhyun

Note: cerita ini hanya hasil karanganku saya, cast yang aku pakai semua milik agensi masing-masing. Harap meninggalkan komentar di setiap FFku. Terima kasih.

-oOo-

Arrogance, that’s the only thing I can feel it. Arrogance that makes me fall in love. How can I’m in love with arrogant girl like her? Stupid boy! – Lee Jonghyun.

Her gaze like a eagles, the corner of her eyes like a sharp blade. But, she was girl who stole my heart. My girl, my first love. – Cho Kyuhyun.

-oOo-

Jiyeon berjalan gontai menuju kelasnya, entah mengapa semangatnya benar-benar hilang hari itu.

“Yya, apa kalian sudah dengar gosip tentang Cho Seonsaengnim dan Kim Hyuna?”ujar seseorang yang didengar oleh Jiyeon.

Jiyeon mengerutkan keningnya, ia memang sudah mendengar desas-desus tentang sahabatnya dan guru musiknya itu, tapi ia belum menanyakan langsung pada Hyuna.

“Park Jiyeon-ssi.”sapa seorang Sunbae membuat Jiyeon menghentikan langkahnya.

“Wae?”

“Apa itu benar?”tanya namja itu lagi.

“Mworagu? Kalau bertanya, jangan setengah-setengah begitu.”ketus Jiyeon.

“Kabar tentang Hyuna-ssi dan Cho Seonsaengnim? Apa itu benar? Mereka berkencan?”

“Museunsuriya?”

“Banyak gosip yang beredar di sekolah ini, dan juga, Hyuna-ssi tidak masuk sekolah sejak kejadian itu, jadi..”

“Yya Sunbae-nim, kau ini yeoja atau namja eoh?”

“Ye?”

“Apa yang kau bicarakan? Eoh? Gosip? Apa kau punya bukti mereka berkencan?”

“Anni, aku tidak punya bukti… keunde….”

“Kalau begitu hentikan omong kosong itu! Hyuna, sahabatku tidak berkencan dengan Kyuhyun-ssi, arraso?”

“Y-ye, arraso.”

“Neo, apa kau tahu bagaimana reputasiku di sekolah pertama, dulu?”

“Ye? Ah, ye, arra. Temanku bersekolah di Hannyoung High School.”

“Itu bukan hanya gosip, naega dangsin-eul jug-il su (aku bisa membunuhmu) jika kau menyebarkan gosip murahan itu lagi.”ujar Jiyeon lalu meninggalkan Sunbae nya itu.

Setelah memberikan ancaman pada sunbaenya, Jiyeon kembali melangkahkan kakinya menuju kelas. Memang benar, sudah tiga hari sejak kejadian Kyuhyun mengantar Hyuna ia tidak melihat sahabatnya itu dan waktu yang sama bagi Jiyeon untuk kehilangan pengawalnya.

“Hyuna-a, eodisseo?”bisik Jiyeon dalam hatinya.

Berkali-kali Jiyeon berusaha menghubungi Hyuna, tapi sahabatnya itu tak juga mengangkat telephonenya. Rasa khawatir mulai menyeruak kedalam diri Jiyeon, Hyuna tak pernah seperti ini, terlebih lagi, sahabatnya itu memang menaruh rasa pada Kyuhyun. Dengan langkah cepat gadis berambut pirang ini langsung mengambil tas punggungnya dan berlari ke arah luar kelas, membuat orang-orang menatapnya.

“Park Jiyeon-ssi, kau mau kemana? Kelas sudah akan dimulai.”teriak seorang guru berusaha menahan langkah Jiyeon.

“Mianhe Seonsaengnim, aku ada urusan!”teriak Jiyeon sebelum melesat bersama Audi A6.

Tak sampai tiga puluh menit, kini mobil berwarna silver kesayangan Jiyeon sudah terparkir manis di depan Galleria Foret, apartement mewah ditengah kota Seoul. Jiyeon menekan tombol lift berkali-kali, berharap pintu lift itu cepat terbuka.

“Park Jiyeon?”panggil sebuah suara membuat Jiyeon membalikkan tubuhnya. “Kau tidak sekolah?”

-oOo-

Saat ini Jiyeon sudah duduk di samping tempat tidur Hyuna, sahabatnya. Hyuna sudah tiga hari demam tinggi, dan selama itu juga Kyuhyun yang menjaganya. Jiyeon memandang wajah pucat sahabatnya itu dengan khawatir.

“Tenanglah, Hyuna akan segera sembuh.”ujar Kyuhyun berusaha menenangkan.

“Ye.”

“Yya, kau membolos sekolah? Aku bisa terkena masalah jika membiarkan muridku membolos.”

“Ei Oppa, kau bukan guruku saat ini, eoh? Kau adalah tetangga dari sahabatku.”

“Hmm, kau lebih dewasa berfikir dibanding sahabatmu, rupanya.”

“Keunde Oppa, ada sesuatu yang harus aku tanyakan.”

“Museun?”

“Apa kau dan Hyuna berkencan?”

“Yya Park Jiyeon! Apa yang kau tanyakan, eoh!”teriak sebuah suara mengejutkan keduanya.

“Hyuna, kau sudah sadar?”tanya Jiyeon langsung memandang Hyuna cemas.

“Ne, aku sudah sadar dan jelaskan apa yang kau tanyakan pada Cho Seonsaengnim?”tanya suara manja itu membuat Jiyeon tertawa.

“Wae? aku hanya bertanya bagaimana hubungan kalian, kalian tahu, gosip tentang hubungan kalina sudah menyebar keseluruh sekolah.”

“Jinjja? Apa separah itu?”tanya Hyuna bingung.

“Tenanglah, aku akan mengatasi masalah ini.”ujar Kyuhyun berusaha menenangkan Hyuna.

“Seonsaengnim, kau mau kemana?”

“Jiyeon-a, bisa aku meminta tolong padamu?”

“Ye Oppa, aku akan berusaha membantumu. Jadi, apa yang bisa aku lakukan?”

“Tolong jaga Hyuna sementara aku akan menyelesaikan masalah yang sudah aku timbulkan.”pinta Kyuhyun.

“Seonsaengnim! Eoddigawaseyo?”

“Aku akan bertanggung jawab, dengan semua yang sudah aku lakukan, aku akan bertanggung jawab.”ujar Kyuhyun kemudian.

Jiyeon memandang wajah pucat Hyuna, wajah cantik itu kini berwarna semakin pucat, bibirnya sedikit memutih dan Hyuna terlihat semakin kurus. Hal itu membuat Jiyeon merasa kasihan.

“Ahjuma, tidak menjagamu?”tanya Jiyeon pelan.

“Anni, Eomma sedang pergi ke Eropa, aku dengar ia sedang menemui Tae-Hee ahjuma.”

“Ah, untuk apa menemui Eomma ku?”

“Yya, mereka bersahabat, terlebih lagi Tae-Hee ahjuma adalah Kakak dari Appa, aku rasa wajar jika Eomma mengunjungi beliau.”ujar Hyuna.

Jiyeon dan Hyuna memang memiliki darah yang sama, Ibu Jiyeon merupakan Kakak kandung dari Ayah Hyuna, hal ini juga yang membuat keduanya bersahabat sangat lama, terlebih Kim Tae-Hee dan Lee Da-Hae juga merupakan sahabat.

“Yya, jangan bilang kalau kau mengadu pada ahjuma tentang perlakuan Eomma padaku?”tebak Jiyeon.

“Anni, aku tidak mengadu. Hanya saja…”

“Hanya saja apa?”

“Hanya saja aku menceritakan apa yang sebenarnya, Eomma bertanya padaku, jadi aku menjawabnya.”ujar Hyuna enteng.

“Aish, yya!”

“Wae?”

-oOo-

Jonghyun memandang sebuah rumah mewah dikawasan Seongbuk-dong, matanya memandang sayu rumah yang beberapa saat lalu menjadi tempat tinggalnya. Wajahnya menengadah, memandang ke arah sebuah ruangan yang ada di lantai dua.

“Lampunya belum menyala, apa Jiyeon belum pulang?”tanya Jonghyun dalam hatinya.

Cukup lama Jonghyun mengawasi rumah itu, sampai saat ia akan pergi, mata namja tampan ini menangkap sebuah mobil berwarna silver, mobil yang ia tahu adalah kepemilikan Jiyeon, yeoja yang ia cintai. Jonghyun tersenyum memandang sosok yang sudah tiga hari tidak ia temui itu, bayangan demi bayangan kembali hadir merasuki fikirannya, bagaimana ia mengajak Jiyeon pergi ke taman hiburan sampai saat ia kembali dan bertemu dengan Leeteuk, Appa Jiyeon.

Flashback on

“Jonghyun-ssi, kita perlu bicara.”ujar seorang pria berperawakan tampan, matanya memandang luruh ke arah seorang namja yang menjadi pengawal bagi putri kesayangannya.

“Ye tuan.”jawab namja yang dipanggil Jonghyun itu pelan, tubuhnya menunduk memberikan hormat pada si pembicara.

“Appa wae geure? Kenapa langsung ingin bicara dengan pengawalku?”tanya Jiyeon yang sedikit mencium gelagat aneh pada ayahnya.

“Anniya chagi, Appa hanya ingin menanyakan beberapa hal saja.”

“Geure, jangan lama-lama, aku akan menyiapkan makan malam untuk Appa.”

“Ne chagiya.”

Jiyeon berjalan menuju dapur, sementara Jonghyun mengikuti langkah Park Jung-Soo menuju ruang baca keluarga Park.

“Tuan Lee.”ujar Jung-Soo memulai pembicaraan.

“Ye tuan Park.”

“Apa kau tahu apa yang membuatku memanggilmu?”

Jonghyun terdiam, tak berniat menjawab pertanyaan Jung-Soo, ia benar-benar tidak tahu apa yang akan dikatakan oleh Ayah Jiyeon itu.

“Neo, bisa menjelaskan maksud dari foto-foto ini?”tanya Jung-Soo lagi, tangan kanannya melemparkan sebuah amplop berwarna kuning.

Jonghyun memandang wajah Jung-Soo bingung sementara Jung-Soo memberikan isyarat pada Jonghyun untuk membuka amplop itu. Jonghyun mengulurkan tangannya dan membukan amplop yang dilemparkan oleh Jung-Soo, matanya seketika membelalak ketika melihat beberapa gambar yang terpampang jelas di atas sebuah kertas.

Amplop itu berisikan beberapa foto, foto yang menampilkan Jiyeon. Di foto pertama, terlihat jelas seorang gadis dengan rambut panjang yang mengenakan dress hitam diatas lututnya tengah keluar dari sebuah mobil Bentley berwarna kuning, make up tipis di poles di wajah cantik gadis itu, pada lembar kedua, Jonghyun bisa melihat bagaimana si gadis itu sedang menegak sebuah minuman yang Jonghyun sendiri yakin kalau minuman itu merupakan minuman beralkohol. Lembar demi lembar Jonghyun lihat, foto-foto tersebut masih menampilkan sesosok yang sama tetapi dengan pakaian yang berbeda-beda. Sampai Jonghyun sampai pada lembaran yang terakhir, dimana dalam foto itu terlihat jelas bahwa si yeoja sedang duduk bersama seorang namja yang ia tahu adalah dirinya.

“Bisa jelaskan padaku, bagaimana bisa kau membiarkan putri bungsuku memasuki tempat-tempat terlarang itu?”tanya Jung-Soo lagi, kali ini Jonghyun mendengar sedikit kemarahan di dalam suara Jung-Soo.

“Igeo..”

“Lee Jonghyun-ssi, kau mengecewakan kepercayaanku!”

“Tuan Park….”

“Neo?! Bagaimana bisa kau mengatakan kalau kau mencintai Jiyeon sementara kau membiarkan gadis kecilku itu memasuki tempat-tempat hiburan malam!! Kau lihat di foto terakhir? Kau bahkan pergi bersamanya! Bagimana bisa….”

“Itu karena… karena Jiyeon merasa kesepian, selama ini, dia merasa tidak memiliki teman, hanya Hyuna yang ia punya dan ia mendatangi tempat-tempat itu untuk menghilangkan kesepiannya.”

“Jadi, kau mengatakan bahwa putriku yang manis itu pantas memasuki tempat-tempat itu dan itu aku yang bertanggung jawab atas semua ini?”

“A-anniya.”

“Lee Jonghyun-ssi, lebih baik jangan tunjukan lagi batang hidungmu di depanku dan jauhi anakku.”

“Tuan Park..”

“Aku tidak ingin lagi mendengar penjelasanmu, silahkan keluar dari rumah ini.”

Flashback off

-oOo-

Lee Jonghyun pov

Seharusnya aku tak datang ke Club Volume, seharusnya aku tidak perlu memenuhi undangan pesta pertunangan Yonghwa Hyung dan Shinhye, seharusnya aku tidak pernah bertemu denganmu, seharusnya aku tidak perlu mendatangi Ayahmu untuk meminta jadi pengawalmu, seharusnya aku tidak membiarkanmu memasuki lebih dalam dunia malam yang kejam itu, dan seharusnya… seharusnya aku tidak pernah mencintaimu. Kau tahu, Jiyeon, kau adalah yeoja yang sangat aku cintai, kau adalah cinta pertamaku, kau adalah yeoja pertanya yang mampu membuat hati ini bergetar. Aku masih sangat ingat bagaimana pertama kali aku melihatmu, bagaimana kau memandang diriku dan bagaimana awal pertama kali kita bertemu dan bagaimana kau menyebutkan namamu, sungguh, aku sangat mengingat saat itu, Jiyeon.

Aku tak pernah menyangka kalau hari itu akan menjadi hari terakhir kita bertemu. Aku masih sangat bagaimana kau memandang remeh diriku saat aku memuntahkan semua isi perutku ketika kita menaiki wahana Gyro Drop, aku sangat mengingat bagaimana teriakkanmu saat kita menaiki wahana French Revolution, aku begitu mengingat bagaimana matamu membesar karena terpesona ketika Baloon Sky membawa kita berkeliling, dan aku masih mengingat candaanmu saat kau asyik menggoda anak-anak kecil di wahana Ice Ring, dan senyummu yang begitu merekah saat selesai berkeliling, saat kita menyaksikan pertunjukan laser di Magic Castle, bagaimana wajahmu yang begitu riang itu, aku masih ingat.

Keunde, saat ini, disinilah aku, memandangmu dari jauh, memperhatikan setiap gerak-gerikmu. Jiyeon-a, apa kau merindukanku? Aku sangat merindukanmu, jinjja. Kau percaya itu, kan? Mungkin kita memang tidak bisa bersatu, tapi ku mohon, ingatlah kalau aku selalu mencintaimu, akan selamanya mencintaimu. Jiyeon, yeoja yang sangat aku cintai, hiduplah dengan baik, disini, aku akan selalu mendoakan kebahagianmu. Saranghae, Park Jiyeon.

Lee Jonghyun pov end

 

“Tuan, apa kita akan tetap disini atau kau ingin aku mengantarmu ke rumah keluarga Park?”tanya sebuah suara menyadarkan Jonghyun dari lamunannya.

“Ah, Ok Jung-ah, tidak perlu, kita kembali ke rumah.”

“Ye tuan.”

-oOo-

 

Sudah hampir dua minggu sejak kepergian Jonghyun, dan sudah selama itu juga Jiyeon tidak menginjakkan kakinya di Club-Club kota Seoul. Keinginannya untuk menghilangkan penat dengan cara pergi ke Pub hilang sudah. Kini dirinya lebih senang menyendiri ataupun pergi ke pinggir sungai han, bersama atau tanpa sahabatnya.

“Jiyeon-a, eodisseo?”teriak seorang gadis saat memasuki kediaman keluarga Park.

“Yeogi Hyuna-a.”jawab Jiyeon pelan.

“Yya, apa kau sakit?”

Jiyeon mengalihkan pandangannya dari layar komputer yang menyala, memandang wajah Hyuna lalu tersenyum.

“Kau tahu, ini sudah minggu ke dua kau tidak mengunjungi Club malam, apa kau, sudah tidak ingin lagi pergi ke sana? Atau kau sudah ketahuan ahjussi?”tanya Hyuna lagi.

“Aku.. aku hanya malas.”

“Jinjja? Kau malas? Bukannya kau yang selalu mengajakku ke tempat-tempat itu? jadi, bagaimana bisa kau berkata malas.”

“Entahlah, aku memang malas. Ah, kau sudah makan malam?”

“Belum, justru aku kesini ingin meminta makan padamu.”

“Aish, yasudah kajja kita makan.”ajak Jiyeon.

Kedua gadis cantik ini kemudian berjalan menuruni tangga, melangkahkan kakinya menuju ruang makan yang terletak di samping kanan tangga. Tercium wewangian dari arah dapur dan diatas meja makan, sudah tersaji beberapa masakan yang mengundang selera.

“Jiyeon-a, sepertinya ada sesuatu yang kurang di rumahmu ini.”ujar Hyuna yang mengedarkan pandangan menyusuri setiap sudut rumah Jiyeon. “Keunde.. aku tidak tahu apa yang kurang, hanya saja… ah! Dimana Jonghyun Oppa? Aku tidak melihatnya sejak.. sejak dua minggu lalu.”lanjut Hyuna.

Jiyeon terdiam, gadis cantik ini mengentikan aktifitas makannya, ia benar-benar bingung harus menjawab apa. Jonghyun menghilang begitu saja tanpa mengatakan apapun, setelah ia bicara dengan Ayahnya dan Jiyeon jujur, ada perasaan hilang yang ia rasakan.

“Hyuna-a, sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu padamu.”

“Wae? kau jatuh cinta dengan Jonghyun Oppa?”tebak Hyuna.

“Yya! Bukan begitu!”

“Lalu?”

“Aku ingin menemui Jonghyun.”

“Dimana? Apa kau tahu Oppa sekarang dimana?”

“Anni.”

“Yya!”

“Hanya… aku tahu tempat yang sepertinya ia kunjungi, atau tinggali.”

“Eh?”

“Temani aku!”

“Mwo?”

“Selesaikan makanmu! Kita akan pergi ke rumah Jonghyun.”

“Ei, kau tahu dimana Oppa tinggal? Jadi kau mulai mencintainya?”goda Hyuna.

“Anniya! aku… aku hanya sedikit merasa kehilangan dirinya.”

“Kau tahu Jiyeon, itu merupakan sebuah kabar yang baik. Kau kehilangan dirinya?”

Jiyeon terdiam, wajahnya sedikit memerah saat mendengar perkataan Hyuna.

-oOo-

“Samsung-dong?”tanya Hyuna terkejut saat melihat kawasan yang kini ia datangi.

“…”

“Apa Jonghyun Oppa bekerja disini?”

“….”

“Yya Park Jiyeon jawab aku!”

“Stt, kau lihat itu.”

“Mwo?! Kenapa Jonghyun Oppa keuar dari mobil itu? duduk dibelakang? Dibukakan pintu? Apa maksudnya ini?”

“Hari ini cukup sampai disini, besok, kita akan menemui dia disuatu tempat. Kau temani aku, ne?”

“Arraso, aku akan menemanimu.”

“Gomawo Hyuna-a.”

-oOo-

Esok harinya Hyuna dan Jiyeon sudah berada dalam mobil silver milik Jiyeon. Kedua gadis cantik itu menatap lurus sebuah gedung perusahaan yang sangat megah. Menit demi menit mereka menunggu, sampai kemudian Jiyeon melihat sebuah mobil yang sudah cukup ia kenal, mobil berwarna merah yang selalu ia tumpangi. Jiyeon memandang lurus mobil itu, berusaha sekuat tenaga menahan amarahnya, setelahnya, gadis itu berjalan mengikuti langkah namja yang sudah ia kenal diikuti Hyuna dibelakangnya.

“Maaf nona, anda ingin bertemu siapa?”hadang seseorang saat Jiyeon sudah hampir memasuki sebuah ruangan.

“Bikyeoseo!”bentak Jiyeon.

“Tapi nona, anda tidak bisa sembarangan masuk ke ruangan ini.”

“Aku harus menemuinya!”

“Tuan Lee sibuk, nona, ia tidak bisa ditemui.”

“Mwo? Sibuk? Aku harus menemuinya!”

Jiyeon terus mendorong tubuh seseorang yang lebih mungil darinya, berusaha menerobos pintu yang bertuliskan ‘Persiden Direktur’ di permukaan pintu. Brak! Jiyeon membuka pintu dalam satu hentakan tangan, membuat dua orang yang ada di dalam menoleh ke arah datangnya suara.

“Maaf tuan, saya sudah meminta nona ini untuk pergi, keunde..”

“Omo! Yeoja yang pernah bertemu denganku! Keunde, bagaimana bisa ia kesini?”tanya seorang namja tinggi. “Hyung, apa kau mengenalnya?”

“Jungshin-a, kau bisa keluar sebentar?”tanya seseorang namja berkulit putih.

“Eoh?”

“Keluarlah sebentar, ada yang ingin aku bicarakan dengannya.”

“Geure, jangan terlalu lama, ne?”ujar Jungshin lalu melangkah pergi bersama sekertaris Jonghyun dan juga Hyuna.

“Hyuna, kau tetap disini.”ujar Jiyeon.

“Keunde Jiyeon, aku rasa, kau harus bicara berdua dengan Jonghyun Oppa.”

“Aku..”

“Aku tidak akan menyakitimu, Jiyeon-ssi.”ujar Jonghyun dengan nada dingin.

Hyuna berjalan meninggalkan Jiyeon dan Jonghyun.

“Silahkan duduk Jiyeon-ssi.”

“Tidak perlu.”

“Kalau begitu, apa yang ingin kau katakan?”

“Neo, bagaimana bisa kau berada disini?!”

“Nan? Aku pemilik tempat ini.”

“Mwo? Bukankah..”

“Aku hanya berpura-pura menjadi pengawalmu.”

“Begitu?”

“Ne, aku punya alasan khusus kenapa aku melakukan itu, aku…”

“Kau tidak perlu menjelaskan apapun, kau, menghilanglah dari hidupku.”ujar Jiyeon dingin.

“Jiyeon, aku..”

“Aku tidak ingin melihatmu lagi.”Jiyeon melangkahkan kakinya keluar, namun langkahnya terhenti saat Jonghyun menarik lengan gadis ini.

“Aku.. aku ada alasan melakukan semua ini, Jiyeon, aku..”

“Naga-yo (enyahlah).”Jiyeon menghempaskan tangan Jonghyun lalu berjalan keluar ruangan, membanting pintu dengan keras, meninggalkan Jonghyun yang menatap kepergian yeoja yang saangat dicintainya.

-oOo-

Jiyeon memandang langit malam yang begitu pekat, degub jantungnya masih berdetak cepat setelah ia melihat pemberitaan di televisi juga internet, ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia dengar dan lihat itu. namun, kini air matanya sudah mengalir deras. Bagaimana dia bisa dibohongi sedemikian rupa seperti ini.

Park Jiyeon pov

Aku menyeret kakiku dengan susah payah, mengambil kursi riasku dan meletakkannya di depan jendela kamar yang ku biarkan terbuka lebar. Aku menghempaskan tubuhku yang sudah terlalu letih pada kursi itu, memandang pekatnya malam tanpa memperdulikan angin musim gugur yang bisa saja membuatku sakit. Hamparan pepohonan terpampang jelas di depan mataku, Langit hitam tanpa bintangpun semakin melengkapi kelamnya malamku. Aku terdiam, memandang cakrawala hitam yang kini menemani setiap sakit yang aku rasakan dalam hatiku. Lee Jonghyun, bagaimana bisa namja itu bisa memasuki relung hatiku. Lee Jonghyun, bagaimana namja yang merupakan pengawal pribadiku adalah pemiling dari perusahaan besar samsung? Bagaimana bisa?

Kini aku mengusap air mataku, berusaha meredakan sakit. Fikiranku kembali merasuki bagaimana aku pertama kali bertemu Jonghyun, saat itu Appa memperkenalkan Jonghyun, namja yang akan jadi pengawal pribadiku, meski awalnya aku menolak, tapi Appa tetap memaksa.

Flashback on

“Jiyeon-a, eodiga?”teriak Appa yang membuat aku terbangun.

Aku melangkah dengan cepat menuju pintu utama, membuang kantukkku yang sudah bergelayut manja.

“Appa membawakan oleh-oleh banyak untukmu.”ujar Appa yang baru kembali dari perjalanan bisnisnya ke pulau Jeju.

“Woah, Appa, aku suka sekali ini.”ujarku kagum memandang sebuah kerang laut yang sedikit besar ukurannya.

“Kau suka?”

“Sangat suka.. keunde Appa, namja itu, nugunde?”

“Eh?”

“Igeo, namja yang sedang mengeluarkan kopermu.”

“Ah, igeo, namja yang akan bekerja dengan Appa.”

“Woah, tampan sekali. Supir baru Appa?”

“Anni, dia akan menjadi pengawal pribadimu.”

“Mwo?!”

“Jiyeon-a, Appa dan Eomma sering pergi keluar kota bahkan keluar negeri, jadi menurut Appa, ada baiknya Appa menyewa seorang body guard untuk menjagamu.”

“Keunde Appa..”

“Keputusan Appa sudah bulat sayang, tuan Lee akan bekerja sebagai pengawalmu, jadi kau tidak boleh membantah lagi, arraso?”

“Arraso.”

Flashback off

Ada sesuatu yang hilang dari diriku sejak kepergian Jonghyun, namja pembohong yang kini membuatku berantakan. Jonghyun, namja itu selalu memperhatikan aku, aku tahu, dari matanya, aku bisa melihat kalau dirinya sebenarnya mencintaiku, keunde, hati ini masih enggan menerima dirinya. Aku merasakan angin malam menusuk-nusuk permukaan kulitku, memaksa air mata yang baru saja mengalir seketika mengering karena sapuan angin. Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku perbuat?

Park Jiyeon pov end

-oOo-

Hyuna berjalan mondar-mandir di depan ruangan kepala sekolah, saat ini, dirinya sedang menunggu seseorang yang sudah merasuki hatinya, Kyuhyun. Sudah tiga puluh menit Kyuhyun menghadap kepala sekolah perihal masalah hubungannya dengan Hyuna. Hyuna benar-benar takut, ia tak ingin Kyuhyun mendapat cap jelek dari guru-guru dan juga murid sekolah apalagi sampai dipecat, bagaimanapun, alasan ia tetap mau bersekolah salah satunya adalah Kyuhyun.

“Kim Hyuna.”tegur seseorang membuat Hyuna membalik dan menatapnya.

“Ye Gyosunim.”jawab Hyuna gugup.

“Sedang apa kau disini?”

“Nan.. aku sedang..”

“Masuklah, ada yang perlu kita bicarakan.”ujar kepala sekolah lagi.

“Ye Gyosunim.”

Hyuna melangkahkan kakinya memasuki ruangan kepala sekolah, kepalanya terus tertunduk, kecemasan sudah melanda dirinya sejak satu jam terakhir dan kini ia harus berbicara dengan kepala sekolah dan Kyuhyun juga ada disana, hal ini membuat dirinya semakin panik.

“Hyuna.”panggil kepala sekolah.

“Ye Gyosunim.”

“Kau bisa duduk dulu, jangan terlalu tegang.”

“Ye.”Hyuna melangkah menuju soda yang disediakan di ruang kepala sekolah, kepalanya sedikit mendongak, kini mata Hyuna bisa melihat wajah santai Kyuhyun.

“Kau tahu kenapa aku memanggilmu?”tanya kepala sekolah.

“Ne? ah, ye Gyosunim, aku tahu.”

“Kalau begitu, apa kau punya pembelaan?”

“Jeosonghabnida Gyosunim, ini semua kesalahan saya, bukan kesalahan Cho Seonsaengnim. Saya yang meminta Seonsaengnim untuk mengantarkan saya ke sekolah, sebenarnya, saat itu Seonsaengnim tidak memiliki jam mengajar, keunde, karena saya yang meminta, jadi Seonsaengnim pergi mengantar saya.”

“Jadi, kau mengatakan kalau kau memaksa Seonsaengnim mengantarmu?”

“Ye?”kaget Hyuna. “Ah anniya, maksudku….”

“Jadi Seonsaengnim yang ingin mengantarmu?”

“….”

“Kau tahu akibat dari perbuatanmu ini?”

“….”

“Hyuna-ssi…”

“Gyosunim, aku mohon, jangan pecat Seonsaengnim. Ini semua kesalahanku. Biarkan Seonsaengnim tetap mengajar disini, aku yang akan keluar, aku akan berhenti sekolah disekolah Gyosunim, jebal, jangan pecat Seonsaengnim.”

“Mwo? Siapa yang akan memecat Cho Seonsaengnim?”tanya kepala sekolah bingung.

“Oh?”

“Hyuna-ya, paman Choi tidak akan memecatku.”

“Museun suriya?”

“Apa kau lupa kalau aku bisa mengajar di sekolah ini karena koneksiku?”

“Ne, aku ingat, lalu?”

“Hmm, kepala sekolah adalah pamanku.”ujar Kyuhyun yang membuat Hyuna tertegun. “Hmm jadi, kepala sekolah menikah dengan bibiku.”

Setelah menjelaskan semuanya pada Hyuna, akhirnya Kyuhyun dan yeoja bermata besar itu duduk bersama di atap sekolah. Hyuna menyesap susu vanilanya sementara Kyuhyun sibuk memandang yeoja itu.

“Jadi, Seonsaengnim tidak akan dipecat?”

“Anni, tapi aku akan tetap keluar dari sekolah ini.”

“Mworagu? Bukankah tapi Gyosunim mengatakan tidak akan memecatmu.”

“Memang benar, keunde…”Kyuhyun mengentikan ucapannya dan memandang Hyuna.

“Keunde wae?”

“Anniya, aku punya alasan sendiri untuk berhenti, lagipula aku hanya seorang guru pengganti, Jang Seonsaengnim sudah bisa mengajar lagi, jadi, menurutku lebih baik aku berhenti saja.”

“Wae? apa Seonsaengnim tidak senang mengajarku?”

“Anni, bukan itu alasanku.”

“Lalu?”

“Kalau aku tetap mengajar disini, aku tidak bisa menjadikanmu kekasihku.”jawan Kyuhyun sambil tersenyum manis.

“M-museun..”

“Kim Hyuna, saranghae.”ujar Kyuhyun lalu mengecup lembut kening Hyuna.

“Seonsaengnim….”

-oOo-

Seorang namja paruh baya berjalan dengan santai setelah keluar dari mobil mewahnya, namja itu mengenakan setelan jas berwarna abu-abu, tangan kanan namja ini menenteng sebuah tas kerjanya sementara tangan kirinya menenteng sebuah bungkusan berpita. Senyum merekah di wajah namja ini.

“Tuan Park, selamat datang kembali.”sambut seorang wanita berusia lebih tua darinya.

“Terima kasih bibi Baek, Jiyeon, eodi?”tanya namja ini dengan senyumnya yang khas.

“Nona Jiyeon sejak kemarin malam masih di kamarnya tuan, saya sudah berusaha untuk memanggilnya, tapi..”

“Apa dia kembali?”

“Ye?”

“Lee Jonghyun, apa namja itu menemui Jiyeon?”

“Anni, keunde, kemarin nona Jiyeon kembali dengan wajah yang sangat sedih, saat saya menyusulnya ke kamar, saya mendengar tangisan dari arah kamar nona Jiyeon.”

“Kalau begitu, tolong siapkan sup hangat, aku akan menemui Jiyeon.”ujar tuan Park pada pembantu rumah tangganya.

Park Jung-Soo melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, menuju kamar putri tunggalnya, Park Jiyeon. Tangan kanan Jung-Soo terulur, mengetuk perlahan permukaan pintu namun tak juga mendapat jawaban dari Jiyeon.

“Jiyeon-nie, apa kau di dalam?”tanya Jung-Soo pelan.

“….”

“Jiyeon-nie, gwaenchanha?”tanyanya lagi tapi tak juga mendapat jawaban dari Jiyeon.

Jung-Soo membuka pintu dan mendapati putrinya kini tengah meringkuk di dalam selimut birunya, dengan wajah khawatir Jung-Soo menghampiri Jiyeon, menyibakkan selimut yang menutupi tubuh Jiyeon. Matanya Jung-Soo membelalak ketika melihat wajah cantik Jiyeon kini sudah berwarna pucat pasi, Jung-Soo mengulurkan tangannya untuk menyentuh kening Jiyeon.

“Jiyeon-nie, ireona, Jiyeon-nie.”

“Ngg.”erang Jiyeon.

“Gwaenchanha?””

“Appa, kapan kau pulang?”tanya Jiyeon dengan senyum yang ia paksakan.

“Jiyeon-nie, kau demam, apa kau sudah begini sejak semalam?”

“Appa, biar aku siapkan sarapan untukmu.”Jiyeon mencoba untuk bangun, namun kepalanya seolah berputar.

“Kita harus ke rumah sakit.”

“Anniya Appa, nan gwaenchanha.”

“Keunde..”

“Appa..”

“Tidak bisa, kita harus tetap ke rumah sakit.”ujar Jung-Soo lalu membopong Jiyeon.

-oOo-

Hyuna dan Kyuhyun berlari sepanjang koridor Seoul hospital, setelah mendengar kabar bahwa pagi ini Jiyeon akan di operasi, Hyuna lebih memilih untuk membolos sekolah, menunggu keadaan Jiyeon membaik.

“Ahjussi.”panggil Hyuna dengan nafas tersengal-sengal.

“Hyuna, kau datang.”

“Bagaimana keadaan Jiyeon?”

“Jiyeon.. anak itu menderita usus buntu dan harus segera di operasi, saat ini dia sedang ditangani.”

“Syukurlah jika Jiyeon sudah ditangani, keunde ahjussi..”

“Hmm?”

“Dua hari yang lalu, aku dan Jiyeon pergi ke kawasan Samsung-dong dan melihat Jonghyun opp, lalu kemarin kami pergi ke perusahaan Samsung dan…”

“Apa kalian bertemu dengan Jonghyun?”

“Ye?”

“Apa kalian bertemu dengannya? Lee Jonghyun?”

“Chankaman, apa yang sedang kalian bicarakan ini adalah Lee Jonghyun presiden direktur dari Samsung Electronics?”tanya Kyuhyun yang mendengar percakapan Hyuna dan Jung-Soo.

“Anniya, itu tidak mungkin, Seonsaengnim. Kemarin aku dan Jiyeon memang memasuki ruangan presiden direktur Samsung Electronics, tapi bukanlah Jonghyun Oppa yang ada disana, melainkan namja tinggi.”

“Hyuna-ya, Lee Jonghyun memang benar pemilik dari Samsung Electronics.”ujar Jung-Soo dengan suara tegasnya.

“M-mwo? Keunde, bukankah Jonghyun Oppa..”

“Jonghyun, memintaku untuk menerimanya menjadi pengawal Jiyeon.”

 

Flashback on

“Aku jatuh cinta dengan putrimu, tuan Park.”

Mueos-eul malhabnikka?”

“Ye, aku mencintai putrimu, Park Jiyeon.”

benar-benar jatuh cinta padanya, tuan.”ujarku berusaha meyakinkan.

“Lalu, apa yang kau inginkan? Menikahi putriku?”

“Anniya, aku tidak ingin memaksanya untuk menerimaku sebagai suaminya. Aku.. aku ingin menjadi pengawal pribadinya.”

“Mwo?”

“Ye, aku ingin menjadi seseorang yang selalu menjaga dan melindunginya, karena itu, izinkan aku menjadi pengawal pribadinya dan izinkan aku untuk membuatnya mampu menerima keadaanku juga mencintaiku secara alami.”

Flashback off

 

Hyuna terdiam mendengar cerita dari Jung-Soo, ia benar-benar tidak menyangka kalau Jonghyun yang ia kenal ternyata adalah pemilik perusahaan besar di Seoul.

“Pantas saja aku seperti pernah melihatnya.”lirih Hyuna.

“Hyuna, ada yang ingin aku tanyakan padamu.”ujar Jung-Soo lalu mengajak Hyuna pergi ke suatu tempat.

“Ye ahjussi.”

Hyuna dan Jung-Soo sedang duduk di sebuah kafetaria yang disediakan oleh rumah sakit, keduanya hanya memesan sepiring makanan ringan dan juga air mineral.

“Apa yang ingin ahjussi tanyakan.”ujar Hyuna membuka suara.

“Apa Jonghyun mengajarkan pada Jiyeon untuk pergi ke club?”

“Ne?”

Jung-Soo menyerahkan beberapa lembar foto Jiyeon dan Hyuna yang sedang menikmati suasana di sejumlah club terkenal kota Seoul. Hyuna membesarkan matanya saat melihat sebuah foto yang menampilkan Jiyeon sedang menegak secangkir minuman beralkohol.

“Igeo..”

“Aku sudah tahu lama kalau kau dan Jiyeon sering mengunjungi club-club malam, sejujurnya aku kecewa padamu yang mau menemani putriku, keunde, dari informasi yang aku dapat, kau selalu mengajak Jiyeon untuk pulang cepat dan juga, kalau tidak ada dirimu, maka Jiyeon akan semakin tersesat di dunia malam. Hyuna, jawab pertanyaanku dengan jujur, apa Jonghyun yang menyuruh atau mengajarkan kalian untuk pergi ke tempat-tempat itu?”

-oOo-

 

“Ada berita apa tentang Jiyeon?”tanya seorang namja.

“Tuan Lee, pagi ini nona Park dibawa oleh Ayahnya pergi ke rumah sakit dan pagi ini juga nona Park menjalani operasi.”ujar supir pribadi Jonghyun.

“Lalu bagaimana keadaan Jiyeon?”

“Sampai saat saya mendapatkan informasi, nona Park sudah melewati masa operasi dan kini sedang mendapatkan perawatan intensif.”jelas Ok Jung. “Apa tuan ingin mengunjungi nona Park?”

“Anniya, aku tidak ingin membuat keadaannya semakin buruk. Kita pergi ke kantor.”

“Ye tuan.”

Jonghyun menyusuri lobby perusahaannya, sesekali namja ini menundukkan kepalanya saat ada beberapa karyawan yang sudah mengabdikan diri mereka untuk Samsung Electronics. Tak ada senyuman di wajah namja tampan ini.

“Tuan Lee, bisa kita bicara sebentar?”ujar seorang wanita cantik.

“Sun Young-ah…”

Jonghyun mengajak Park Sun Young untuk duduk di sebuah Caffe dekat perusahaannya. Namja tampan ini membawakan segelas vanila late dan juga sepiring biskuit sebagai teman mereka berbicang.

“Kau semakin terlihat tampan, tuan Lee.”

“Yya, kau ini, kapan kau kembali dari China?”tanya Jonghyun berbasa-basi.

“Baru pagi ini, Jonghyun-ah, sebenarnya apa yang terjadi antara dirimu dan juga Jung-Soo Oppa?”tanya Sun Young, adik kandung Park Jung-Soo.

“Tidak ada sesuatu yang terjadi antara aku dan juga tuan Park.”

“Aku sudah mendengar semuanya, Jonghyun-ah, Oppa sudah menceritakan semuanya. Wae? kenapa kau membiarkan Jiyeon pergi ke club malam?”

“Sun Young-ah..”

“Jelaskan padaku, mungkin saja aku bisa membantumu, mungkin aku bisa membuat Oppa memaafkanmu.”

“Tidak ada lagi yang harus dijelaskan, Sun Young.”

“Jiyeon, dia di operasi pagi tadi.”

“Aku sudah tahu.”

“Yeoja itu, tidak makan dengan baik dua minggu terakhir, waktu yang sama dengan kepergianmu.”

“….”

“Apa kau tidak ingin menemuinya?”

“….”

“Apa kau sudah tidak mencintainya?”

“Aku selalu mencintainya, tidak akan berubah Sun Young-ah.”

“Kalau begitu ceritakan padaku.”

-oOo-

 

“Oppa, kita harus bicara.”

“Hyomin-ah, ada apa? Apa keadaan perusahaan sedang kacau?”

“Ini bukan tentang perusahaan.”

“Lalu?”

“Jonghyun, Jonghyun tidak pernah menyuruh atau membiarkan bahkan mengajarkan Jiyeon untuk pergi ke club malam.”

“Museun suriya?”

Flashback on

“Kalau begitu ceritakan padaku.”

“Apa aku bisa mempercayaimu? Apa kau tidak akan menuduhku?”

“Anniya, aku tahu kau sangat mencintai keponakanku, jadi Jonghyun-ah, ceritakan semuanya.”

“Jiyeon, gadis itu sangat kesepian. Ia selalu sarapan sendiri dan makan malam sendiri. Semua ia lalui sendiri, nyonya Park tak pernah mengunjungi Jiyeon, sekalipun begitu juga dengan tuan Park. Suatu malam, aku bertemu dengan Jiyeon di Club Volume, saar itu aku sedang menghadiri acara pertunangan sahabatku. Aku melihat Jiyeon dengan wajah sedihnya sedang menegak minuman beralkohol. Aku tersenyum melihatnya, namun senyumanku hilang saat mendengar kalau dirinya masih bersekolah, aku terkejut dan bertanya-tanya bagaimana seorang siswi SMA bisa masuk ke sebuah Club malam. Singkat cerita aku menemui tuan Park untuk memintanya menjadikanku sebagia pengawal pribadi Jiyeon, aku juga mengatakan kalau aku mencintainya.”

“Ah, itu saat kau pertama kali pergi ke perusahaan kami, kan?”

“Ye, setelah melakukan perjanjian itu, aku mulai tinggal dengan Jiyeon, yeoja yang sangat aku cintai. Mulanya aku tidak melihat dan mengetahui bagaimana perasaan Jiyeon yang sesungguhnya, sampai pada satu malam aku mendengar Jiyeon menangis, sendiri. Aku melangkahkan kakiku mendekati pintu kamar Jiyeon, mendengarkan setiap perkataan yang ia ucapkan. Malam itu Jiyeon kembali mengunjungi club malam dan aku mengikutinya. Di dalam club malam itu, Jiyeon hanya duduk, menegak minuman pesanannya dan memandang lurus para pengunjung club itu. yang membuatku tersentak adalah, Jiyeon menangis, gadis itu menangis meski banyak orang disekitarnya. Dalam keadaan mabuk Jiyeon aku bawa kembali ke rumah, dalam perjalanan Jiyeon terus saja mengoceh, mengatakan kalau dirinya sangat kesepian dan hanya pergi ke tempat-tempat malam itulah yang membuat ia sedikit merasa tenang. Racauan demi racauan Jiyeon ucapkan, rintihan kecil berubah menjadi tangisan yang meledak-ledak dan tentu itu membuat aku semakin tersiksa, karena itulah aku mengizinkan Jiyeon untuk mengunjungi club-club malam, dengan catatan harus ada Hyuna yang menemani dan Ok Jung yang mengawasi mereka.”

“Jadi, kau tidak mengajarkan keponakanku itu hal-hal aneh? Jonghyun-ah, aku berjanji akan membersihkan namamu kembali, aku janji.

Flashback off

“Begitulah Oppa, jadi, apa kau masih mengeraskan hatimu? Bukan Jonghyun yang membuat Jiyeon seperti ini. Justru Jonghyun sangat memperhatikan Jiyeon, dan apa kau tidak juga mengerti kalau Jiyeon juga mencintai Jonghyun? Apa kau akan membakar habis kebahagiaan Jiyeon? Oppa, aku mohon, berikan kesempatan untuk Jonghyun, hanya dia namja yang benar-benar mencintai anakmu.”

-oOo-

Jonghyun memandang lurus sebuah paras cantik berselimutkan selimut tipis, bau khas rumah sakit menyeruak masuk ke dalam indera penciumannya. Mata namja tampan ini sedikit berkaca-kaca melihat sosok yang ia cintai kini tergeletak tak berdaya, selang infus masuk menusuk kulit Jiyeon, membuat Jonghyun ikut merasakan nyeri di urat tangannya.

“Jiyeon-a, aku mohon, lekaslah sembuh.”lirih Jonghyun.

“Oppa.”panggil sebuah suara yang sudah sangat Jonghyun kenal. “Kau menangis?”

“Hyuna-a, kau disini.”

“Oppa wae geure? Kenapa kau menangis, eoh?”

“….”

“Oppa uljima, semua akan baik-baik saja Oppa, aku berjanji semua akan baik-baik saja.”

“Anniya, nan gwaenchanha Hyuna-a.”

“Oppa..”

“Lee Jonghyun-ssi, bisa kita bicara?”ujar Jung-Soo yang tiba-tiba sudah hadir di antara keduanya.

“Oppa tenanglah, aku sudah menjelaskan semuanya pada ahjussi.”bisik Hyuna saat Jonghyun melewatinya.

“Gomawo.”jawab Jonghyun.

Jung-Soo menatap lurus ke dalam mata Jonghyun, sementara Jonghyun mengalihkan pandangannya menatap ke arah lain.

“Hyomin.”ujar Jung-Soo membuka suara. “Hyomin sudah menjelaskan semuanya padaku.”

Jonghyun mengalihkan pandangannya, matanya menyusup lurus, memandang sosok namja tampan di depannya.

“Aku minta maaf karena sudah menuduhmu melakukan hal yang tidak kau lakukan.”

Tak ada jawaban dari bibir Jonghyun, namja itu sibuk dengan fikirannya sendiri, saat Jung-Soo, Ayah Jiyeon sudah memaafkannya, kini Jiyeon lah yang paling membencinya.

“Neo, apa masih mencintai putriku?”

Jonghyun tersenyum mendengar pertanyaan tuan Park yang tanpa basa basi.

“Ne, aku masih sangat mencintai putrimu.”jawab Jonghyun.

“Kalau begitu, menikahlah dengannya.”

“Itu tidak mungkin, tuan Park.”

“Wae?”

“Jiyeon, sudah sangat membenciku, Jiyeon sudah tahu yang sebenarnya dan dia memintaku enyah.”

“Mwo?”

“Nan, tidak bisa hidup berdampingan dengan Jiyeon. Jiyeon tidak mungkin membiarkan pembohong sepertiku menjadi suaminya, tuan Park.”

“Keunde..”

“Aku tidak ingin memaksa Jiyeon untuk bisa mencintaiku, tidak bisa.”ujar Jonghyun dengan air mata berlinang. “Aku melepaskannya, aku membiarkan Jiyeon pergi. Terima kasih karena anda mau mempercayaiku, aku mohon diri.”ujar Jonghyun menyeka air matanya lalu meninggalkan tuan Park yang mematung memandang kepergian Jonghyun.

1 minggu kemudian

Jiyeon sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit, keadaan ususnya sudah membaik. Saat ini ia sudah duduk manis di atas mobil Bentley berwarna kuning milik Hyuna, wajahnya yang masih sedikit pucat tak menutupi paras cantiknya. Hyuna memarkirkan mobil kesayangannya dengan sembarang di depan pintu masuk kediaman keluarga Park, di dalam sana sudah menunggu Ayah dan juga Ibu Jiyeon.

“Jiyeon-na.”panggil seorang wanita paruh baya yang sangat Jiyeon rindukan.

“Eomma, kau datang.”

“Ye sayang, Eomma datang. Eomma sudah memasakkan makanan kesukaanmu.”ujar Tae-Hee.

“Gomawo Eomma.”

“Ye sayang. Ayo Hyuna-a, kita makan siang bersama.”

-oOo-

Jiyeon memasuki kamar tidur yang ia tinggalkan selama enam hari, matanya menyusuri setiap sudut ruangan yang cukup lama tidak ia lihat.

“Yya, baru satu minggu aku tinggal, rasanya sudah sangat merindukan tempat tidurku ini.”ujar Jiyeon sambil menyentuh tempat tidurnya.

“Jiyeon, Eomma ingin bicara.”ujar sebuah suara.

“Ye Eomma.”

“Mianhe.”ujar Tae-Hee pelan. “Mianhe, karena Eomma sudah membuatmu seperti ini. Andai saja Eomma tidak mementingkan karir Eomma, maka kau tidak perlu menjalani operasi, mianhe, jeongmal mianhe Jiyeon-na.”

“Eomma….”

“Eomma sangat menyayangimu, saat mendengar kau akan diopeari, Eomma langsung meninggalkna semua jadwal shooting Eomma, Eomma tak memikirkan apapun kecuali kesehatan dan keselamatanmu.”

“Keunde, kenapa Eomma tidak menemuiku di rumah sakit?”

“Igeo karena, Eomma malu. Eomma takut kau tidak mau menemui Eomma lagi.”

“Eomma, mana mungkin aku begitu, aku tidak mungkin tidak menemuimu, apa Eomma tahu bagaimana kau merindukanmu? Eomma, jangan berfikir macam-macam lagi.”ujar Jiyeon memeluk tubuh Tae-Hee erat.

“Kau tidak membenci Eomma?”

“Bagaimana bisa aku membenci orang yang sangat aku cintai, Eomma.”

“Gomawo Jiyeon-na, gomawo.”

“Ye.”

“Baiklah, kalau begitu, kau beristirahatlah.”ujar Tae-Hee sambil menyerahkan sebuah surat kabar dan sebuah amplop pada Jiyeon.

Aktris papan atas Kim Tae-Hee memutuskan meninggalkan dunia keartisan

“Eomma.”panggil Jiyeon saat membaca headline di surat kabar itu. “Igeo..”

“Ye sayang, Eomma sudah putuskan untuk meninggalkan semuanya.”

“Tapi Eomma, semua ini jerih payahmu, semua yang sangat berarti untukmu.”

“Apalagi yang lebih berarti dari putriku ini? Eomma melakukan semua ini untukmu chagi.”

“Eomma gomawo.”

“Sudahlah, kau harus beristirahat. Ah, itu, ada sebuah surat untukmu.”ujar Tae-Hee lalu meninggalkan Jiyeon.

Jiyeon memandang sebuah amplop berwarna biru dengan wajah bingung, di permukaan amplop tertulis jelas untuk siapa surat itu ditujukan.

“To my first love, Park Jiyeon.”ujar Jiyeon membaca tulisan di amplop itu. “Dari siapa ini, apa dari pengagum rahasiaku?”

Dear my princess, Park Jiyeon

Halo, apa kabar dirimu, Park Jiyeon-ssi? Aku berharap keadaanmu jauh lebih baik. Ini aku, Lee Jonghyun, si penipu yang sudah membuatmu marah kala itu. Jiyeon-nie, bolehkah aku memanggilmu dengan panggilan itu? Tanpa embel-embel nona di depannya? Ah, rasanya aku terlalu lancang untuk beramah tamah denganmu, mengingat apa yang sudah kulakukan kemarin dulu.

Park Jiyeon, gadis yang aku cintai, maafkan aku karena telah membohongimu. Mungkin kau tidak mengingat awal pertemuanmu denganku sama sekali, keunde aku, sangat mengingat saat itu. kau mengenakan sebuah celana berbahan kulit juga kemeja berwarna merah yang melekat ketat di tubuhmu, malam itu, di Dojo kau tengah diganggu dengan beberapa pemuda dan aku menyelamatkanmu, apa kau ingat? Tentu tidak. Sejak kejadian itu, wajahmu selalu membayang dibenakku, wajahmu selalu mengisi hari-hariku dan menemani tiap mimpiku. Aku menggombal? Mungkin.

Aku dengan lancang mendatangi Ayahmu, mengatakan kalau aku hendak mempersunting putri semata wayangnya, harta berharga miliknya, mungkin, aku sudah gila saat itu. Kemudian tuan Park Jung-Soo, Ayahmu mengizinkan aku untuk menjadi pengawal pribadimu, agar aku bisa mengenal dirimu lebih dalam dan agar aku bisa membuatmu mencintaiku, seperti aku yang tak bisa mengalihkan pandangan dari paras cantikmu.

Gadisku, Park Jiyeon, ah, rasanya seperti mimpi menyebutmu dengan kata-kata gadisku, Yah, mungkin hal-hal yang selama ini sudah kita lalui adalah sebuah mimpi, mimpi terindah untukku. Meski kau tak pernah memperlakukanku dengan baik, walau aku harus menerima setiap perkataan kasar dari bibir mungilmu dan aku yang mungkin tak pernah kau anggap, keunde, hal itu adalah hal yang paling berharga untuk hidupku, karena, karena aku bisa hidup berdekatan denganmu, menjagamu dari segala hal-hal yang mengancam keselamatanmu.

Keunde, ada hal yang tak pernah bisa aku lakukan, yaitu, aku tidak pernah bisa menghias paras cantikmu itu dengan senyuman. Aku tidak pernah bisa membuatmu tertawa, karena diriku. Aku justru selalu membuatmu marah. Tanganku ini tak pernah bisa menghapus air mata yang selalu kau keluarkan malam hari dan tubuh ini tak mungkin bisa mendekapmu, berusaha menenangkan hatimu yang gusar.

Kau tahu Jiyeon-nie, aku melakukan kesalahan fatal, kesalahan yang justru membuat semua yang sudah aku rencanakan berantakan. Malam itu, aku mendengar tangisan dari kamarmu, kau yang terlampau kesal mengendarai mobilmu menuju sebuah club malam. Aku mengikutimu dari belakang, menjagamu dari kejauhan dan menatapi bayanganmu yang asik menegak minuman, aku, begitu bodoh saat itu dan karena itu aku terus membiarkanmu memasuki dunia malam yang seharusnya tak pernah kau datangi.

Seandainya, aku tak pernah membiarkanmu melakukan itu, mungkin tuan Park tidak memintaku untuk menjauh, mungkin jati diriku tak terbongkar dengan cara itu, mungkin aku masih bisa menjagamu dan mungkin aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku, mungkin. Jiyeon, mengenalmu dan menjatuhkan hatiku padamu adalah hal yang paling membahagiakan untukku, meski aku tak pernah bisa memilikimu.

Park Jiyeon, cintaku, aku mohon, jagalah dirimu, bahagiakanlah hatimu dengan atau tanpa aku. Ah, bicara apa aku ini, tentu kau akan tetap bahagia meski aku tidak ada disisimu. Maafkan aku yang telah lancang mencintaimu, maafkan aku karena dalam setiap doaku aku selalu menyelipkan permohonan atas kebahagiaanmu, maafkan aku. Saat kau membaca surat ini, aku sudah ada di bandara, menunggu keberangkatanku menuju London. Aku memilih untuk meninggalkan Seoul dan menetap di Inggris, hal ini aku lakukan untuk kebahagiaanmu. Aku mewujudkan permintaanmu, karena aku mencintaimu. tapi ku mohon, ingatlah, meski aku pergi, tapi aku akan terus mencintaimu, Park Jiyeon kecilku. Ah, aku mempunyai hadiah untukmu, sudah aku titipkan pada nyonya Baek, aku harap kau menyukainya. Saranghae, Jiyeon-nie.

Salam, pria yang selalu mencintaimu

Lee Jonghyun

 

Jiyeon memandang surat yang ia pegang, matanya sudah digenangi air mata. Bagaimana bisa ia merasakan sakit seperti ini dan bagaimana bisa Lee Jonghyun meninggalkannya setelah ia jatuh cinta pada pria itu. Jiyeon mengangkat sebelah tangannya, mendekap surat yang menjadi pernyataan cinta dari Jonghyun, air mata sudah mengalir deras di pipi putihnya.

“Nona, bolehkah saya masuk?”tanya sebuah suara membuyarkan lamunan Jiyeon. “Nona, wae geure? Ada apa?”

“Bibi…”Jiyeon menunjukkan sebuah surat kepada bibi Baek.

“Nona Jiyeon, igeo, tuan Jonghyun menitipkan ini untukmu.”

Jiyeon membuka sebuah kotak berbentuk hati, jantungnya seolah berhenti berdetak ketika matanya menangkap sebuah kalung dengan liontin berinisial JJ yang menghiasinya, rasa sesak semakin membuncah dalam hatinya. Jiyeon melirik ke arah jam dinding yang tergantung manis di depan tempat tidurnya, dengan cepat yeoja ini merampas kunci mobil yang tergeletak di atas meja riasnya dan berlari menuju garasi.

Jiyeon menerobos rombongan-rombongan orang yang kini sedang berdiri di bandara Incheon, matanya menyusuri setiap sudut bandara, berharap ia akan menangkap sosok Jonghyun yang sangat ia rindukan. Kini matanya sibuk membaca deretan jadwal keberangkatan yang terpampang di papan pengumunam. Jiyeon menangis histeris ketika melihat pesawat terakhir dengan tujuan London sudah lepas landas lima menit yang lalu.

“Lee Jonghyun! Aku mencintaimu..”lirih Jiyeon pelan.

End

Annyeong raders, aku ngebut ngerjain FF ini dan setelah aku fikir-fikir FF ini nggak jadi aku kasih PW, FF revenge chapter akhir aja yang akan aku lindungi, hehe mian kalau aku membatalkan. Harap kalian meninggalkan jejak. Terima kasih.

Arrogant Girl Story Two (Teaser)

nyimasRDA - arrogant girl 2 (TEASER)

 

intro1

 

Title: Arrogant Girls

Author: nyimasRDA

Rating: G

Genre: romance, sad, friendship

Length: Chaptered

Main Cast:

– Park Jiyeon

– Lee Jonghyun

Other Cast:

– Kim HyunA

– Cho Kyuhyun

Note: cerita ini hanya hasil karanganku saya, cast yang aku pakai semua milik agensi masing-masing. Harap meninggalkan komentar di setiap FFku. Terima kasih.

-oOo-

Arrogance, that’s the only thing I can feel it. Arrogance that makes me fall in love. How can I’m in love with arrogant girl like her? Stupid boy! – Lee Jonghyun.

Her gaze like a eagles, the corner of her eyes like a sharp blade. But, she was girl who stole my heart. My girl, my first love. – Cho Kyuhyun.

-oOo-

“Banyak gosip yang beredar di sekolah ini, dan juga, Hyuna-ssi tidak masuk sekolah sejak kejadian itu, jadi..”

“Kalau begitu hentikan omong kosong itu! Hyuna, sahabatku tidak berkencan dengan Kyuhyun-ssi, arraso?”

“Y-ye, arraso.”

“Neo, apa kau tahu bagaimana reputasiku di sekolah pertama, dulu?”

“Ye? Ah, ye, arra. Temanku bersekolah di Hannyoung High School.”

“Itu bukan hanya gosip, naega dangsin-eul jug-il su (aku bisa membunuhmu) jika kau menyebarkan gosip murahan itu lagi.”

-oOo-

“Kau tahu kenapa aku memanggilmu?”

“Jeosonghabnida Gyosunim, ini semua kesalahan saya, bukan kesalahan Cho Seonsaengnim. Saya yang meminta Seonsaengnim untuk mengantarkan saya ke sekolah, sebenarnya, saat itu Seonsaengnim tidak memiliki jam mengajar, keunde, karena saya yang meminta, jadi Seonsaengnim pergi mengantar saya.”

“Kau tahu akibat dari perbuatanmu ini?”

“Gyosunim, aku mohon, jangan pecat Seonsaengnim. Ini semua kesalahanku. Biarkan Seonsaengnim tetap mengajar disini, aku yang akan keluar, aku akan berhenti sekolah disekolah Gyosunim, jebal, jangan pecat Seonsaengnim.”

-oOo-

“Bisa jelaskan padaku, bagaimana bisa kau membiarkan putri bungsuku memasuki tempat-tempat terlarang itu?”

“Igeo..”

“Lee Jonghyun-ssi, kau mengecewakan kepercayaanku!”

“Tuan Park….”

“Lee Jonghyun-ssi, lebih baik jangan tunjukan lagi batang hidungmu di depanku dan jauhi anakku.”

-oOo-

“Samsung-dong?”

“…”

“Apa Jonghyun Oppa bekerja disini?”

“….”

“Yya Park Jiyeon jawab aku!”

-oOo-

“Kau tidak perlu menjelaskan apapun, kau, menghilanglah dari hidupku.”

“Jiyeon, aku..”

“Naga-yo (enyahlah)!”

TBC

annyeong readers sekalian, mian kalau aku gak posting dalam bulan ini, itu semua karena aku ujian dan sepupu aku di operasi, jadi aku sedikit sibuk dengan kegiatan pribadi aku. revenge sama arrogant girl akan kembali publish bulan depan. arrogant girl akan selesai dalam dua chapter, jadi, untuk chapter berikutnya yaitu chapter final akan aku berikan sandi (aku protect), hal ini aku ambil dengan beberapa keputusan. untuk readers yang ingin meminta sandinya bisa kirim email ke aku di nyimasgelo@yahoo.com atau mention aku di nyimasRDA. dalam rules meminta password, aku mohon sertakan juga ID kalian dalam memberikan comment di part-part sebelum part akhir, hal ini karena banyak sekali silent readers, aku hanya meminta kalian untuk menghargai karyaku dengan cara memberikan comment, mian kalau membuat kalian repot. sekali lagi aku berterima kasih untuk kalian yang selalu setia memberikan comment. salam hangat dari aku. *bow*

Arrogant Girl Story One

nyimasRDA - arrogant girl 1

 

 

Introduction

 

Title: Arrogant Girls

Author: nyimasRDA

Rating: G

Genre: romance, sad, friendship

Length: Chaptered

Main Cast:

– Park Jiyeon

– Lee Jonghyun

Other Cast:

– Kim HyunA

– Cho Kyuhyun

Note: cerita ini hanya hasil karanganku saya, cast yang aku pakai semua milik agensi masing-masing. Harap meninggalkan komentar di setiap FFku. Terima kasih.

-oOo-

Arrogance, that’s the only thing I can feel it. Arrogance that makes me fall in love. How can I’m in love with arrogant girl like her? Stupid boy! – Lee Jonghyun.

Her gaze like a eagles, the corner of her eyes like a sharp blade. But, she was girl who stole my heart. My girl, my first love. – Cho Kyuhyun.

-oOo-

Baca lebih lanjut

Arrogant Girls – Introduction

ARROGANT girls 2

Title: Arrogant Girls

Author: nyimasRDA

Rating: G

Genre: romance, sad, friendship

Length: Chaptered

Main Cast:

– Park Jiyeon

– Lee Jonghyun

Other Cast:

– Kim HyunA

– Cho Kyuhyun

Note: cerita ini hanya hasil karanganku saya, cast yang aku pakai semua milik agensi masing-masing. Harap meninggalkan komentar di setiap FFku. Terima kasih.

-oOo-

Arrogance, that’s the only thing I can feel it. Arrogance that makes me fall in love. How can I’m in love with arrogant girl like her? Stupid boy! – Lee Jonghyun.

Her gaze like a eagles, the corner of her eyes like a sharp blade. But, she was girl who stole my heart. My girl, my first love. – Cho Kyuhyun.

-oOo-

Baca lebih lanjut

Revenge Chapter Five

revenge 5revenge cast 3

1234

Title: Revenge Chapter five

Author: nyimasRDA

Rating: G

Genre: romance, sad, friendship, action.

Length: Chaptered

Main Cast:

– Park Jiyeon

– Lee Jonghyun

Other Cast:

– Jung Yonghwa

– Park Shinhye

– Kang Min Hyuk

– Kim Momo (OC)

– Kim Hyuna

– Jang Hyunseung

– Other

Note: cerita ini aku buat setelah mendapatkan mimpi, gak tau kenapa malah jadi inspirasi nulis FF gak jelas kayak gini. Semua yang aku tulis semuanya hasil pemikiran aku. Maaf untuk kesalahan kata yang gak sengaja aku tulis. Sebelumnya aku minta maaf karena ada sedikit kesalahan. Shinhye sudah koma 7 tahun dan ia bertunangan dengan Yonghwa sudah dua tahun. Mianhe kalau kalian agak bingung, hehe.

-oOo-

Aku bersumpah akan membunuh mereka yang membuat hidupku seperti ini, aku bersumpah akan menghabisi siapapun yang menembakkan peluru itu pada kedua orang tuaku dan membuat kakakku terbaring koma selama bertahun-tahun. Aku bersumpah akan membalaskan semuanya dan aku akan melakukan apapun untuk itu ~ PJY

-oOo-

  Baca lebih lanjut