![nyimasRDA - arrogant girl 2](https://storylineofnyimasrda.wordpress.com/wp-content/uploads/2014/02/nyimasrda-arrogant-girl-2.jpg?w=665&h=831)
intro – 1
Title: Arrogant Girls
Author: nyimasRDA
Rating: G
Genre: romance, sad, friendship
Length: Chaptered
Main Cast:
– Park Jiyeon
– Lee Jonghyun
Other Cast:
– Kim HyunA
– Cho Kyuhyun
Note: cerita ini hanya hasil karanganku saya, cast yang aku pakai semua milik agensi masing-masing. Harap meninggalkan komentar di setiap FFku. Terima kasih.
-oOo-
Arrogance, that’s the only thing I can feel it. Arrogance that makes me fall in love. How can I’m in love with arrogant girl like her? Stupid boy! – Lee Jonghyun.
Her gaze like a eagles, the corner of her eyes like a sharp blade. But, she was girl who stole my heart. My girl, my first love. – Cho Kyuhyun.
-oOo-
Jiyeon berjalan gontai menuju kelasnya, entah mengapa semangatnya benar-benar hilang hari itu.
“Yya, apa kalian sudah dengar gosip tentang Cho Seonsaengnim dan Kim Hyuna?”ujar seseorang yang didengar oleh Jiyeon.
Jiyeon mengerutkan keningnya, ia memang sudah mendengar desas-desus tentang sahabatnya dan guru musiknya itu, tapi ia belum menanyakan langsung pada Hyuna.
“Park Jiyeon-ssi.”sapa seorang Sunbae membuat Jiyeon menghentikan langkahnya.
“Wae?”
“Apa itu benar?”tanya namja itu lagi.
“Mworagu? Kalau bertanya, jangan setengah-setengah begitu.”ketus Jiyeon.
“Kabar tentang Hyuna-ssi dan Cho Seonsaengnim? Apa itu benar? Mereka berkencan?”
“Museunsuriya?”
“Banyak gosip yang beredar di sekolah ini, dan juga, Hyuna-ssi tidak masuk sekolah sejak kejadian itu, jadi..”
“Yya Sunbae-nim, kau ini yeoja atau namja eoh?”
“Ye?”
“Apa yang kau bicarakan? Eoh? Gosip? Apa kau punya bukti mereka berkencan?”
“Anni, aku tidak punya bukti… keunde….”
“Kalau begitu hentikan omong kosong itu! Hyuna, sahabatku tidak berkencan dengan Kyuhyun-ssi, arraso?”
“Y-ye, arraso.”
“Neo, apa kau tahu bagaimana reputasiku di sekolah pertama, dulu?”
“Ye? Ah, ye, arra. Temanku bersekolah di Hannyoung High School.”
“Itu bukan hanya gosip, naega dangsin-eul jug-il su (aku bisa membunuhmu) jika kau menyebarkan gosip murahan itu lagi.”ujar Jiyeon lalu meninggalkan Sunbae nya itu.
Setelah memberikan ancaman pada sunbaenya, Jiyeon kembali melangkahkan kakinya menuju kelas. Memang benar, sudah tiga hari sejak kejadian Kyuhyun mengantar Hyuna ia tidak melihat sahabatnya itu dan waktu yang sama bagi Jiyeon untuk kehilangan pengawalnya.
“Hyuna-a, eodisseo?”bisik Jiyeon dalam hatinya.
Berkali-kali Jiyeon berusaha menghubungi Hyuna, tapi sahabatnya itu tak juga mengangkat telephonenya. Rasa khawatir mulai menyeruak kedalam diri Jiyeon, Hyuna tak pernah seperti ini, terlebih lagi, sahabatnya itu memang menaruh rasa pada Kyuhyun. Dengan langkah cepat gadis berambut pirang ini langsung mengambil tas punggungnya dan berlari ke arah luar kelas, membuat orang-orang menatapnya.
“Park Jiyeon-ssi, kau mau kemana? Kelas sudah akan dimulai.”teriak seorang guru berusaha menahan langkah Jiyeon.
“Mianhe Seonsaengnim, aku ada urusan!”teriak Jiyeon sebelum melesat bersama Audi A6.
Tak sampai tiga puluh menit, kini mobil berwarna silver kesayangan Jiyeon sudah terparkir manis di depan Galleria Foret, apartement mewah ditengah kota Seoul. Jiyeon menekan tombol lift berkali-kali, berharap pintu lift itu cepat terbuka.
“Park Jiyeon?”panggil sebuah suara membuat Jiyeon membalikkan tubuhnya. “Kau tidak sekolah?”
-oOo-
Saat ini Jiyeon sudah duduk di samping tempat tidur Hyuna, sahabatnya. Hyuna sudah tiga hari demam tinggi, dan selama itu juga Kyuhyun yang menjaganya. Jiyeon memandang wajah pucat sahabatnya itu dengan khawatir.
“Tenanglah, Hyuna akan segera sembuh.”ujar Kyuhyun berusaha menenangkan.
“Ye.”
“Yya, kau membolos sekolah? Aku bisa terkena masalah jika membiarkan muridku membolos.”
“Ei Oppa, kau bukan guruku saat ini, eoh? Kau adalah tetangga dari sahabatku.”
“Hmm, kau lebih dewasa berfikir dibanding sahabatmu, rupanya.”
“Keunde Oppa, ada sesuatu yang harus aku tanyakan.”
“Museun?”
“Apa kau dan Hyuna berkencan?”
“Yya Park Jiyeon! Apa yang kau tanyakan, eoh!”teriak sebuah suara mengejutkan keduanya.
“Hyuna, kau sudah sadar?”tanya Jiyeon langsung memandang Hyuna cemas.
“Ne, aku sudah sadar dan jelaskan apa yang kau tanyakan pada Cho Seonsaengnim?”tanya suara manja itu membuat Jiyeon tertawa.
“Wae? aku hanya bertanya bagaimana hubungan kalian, kalian tahu, gosip tentang hubungan kalina sudah menyebar keseluruh sekolah.”
“Jinjja? Apa separah itu?”tanya Hyuna bingung.
“Tenanglah, aku akan mengatasi masalah ini.”ujar Kyuhyun berusaha menenangkan Hyuna.
“Seonsaengnim, kau mau kemana?”
“Jiyeon-a, bisa aku meminta tolong padamu?”
“Ye Oppa, aku akan berusaha membantumu. Jadi, apa yang bisa aku lakukan?”
“Tolong jaga Hyuna sementara aku akan menyelesaikan masalah yang sudah aku timbulkan.”pinta Kyuhyun.
“Seonsaengnim! Eoddigawaseyo?”
“Aku akan bertanggung jawab, dengan semua yang sudah aku lakukan, aku akan bertanggung jawab.”ujar Kyuhyun kemudian.
Jiyeon memandang wajah pucat Hyuna, wajah cantik itu kini berwarna semakin pucat, bibirnya sedikit memutih dan Hyuna terlihat semakin kurus. Hal itu membuat Jiyeon merasa kasihan.
“Ahjuma, tidak menjagamu?”tanya Jiyeon pelan.
“Anni, Eomma sedang pergi ke Eropa, aku dengar ia sedang menemui Tae-Hee ahjuma.”
“Ah, untuk apa menemui Eomma ku?”
“Yya, mereka bersahabat, terlebih lagi Tae-Hee ahjuma adalah Kakak dari Appa, aku rasa wajar jika Eomma mengunjungi beliau.”ujar Hyuna.
Jiyeon dan Hyuna memang memiliki darah yang sama, Ibu Jiyeon merupakan Kakak kandung dari Ayah Hyuna, hal ini juga yang membuat keduanya bersahabat sangat lama, terlebih Kim Tae-Hee dan Lee Da-Hae juga merupakan sahabat.
“Yya, jangan bilang kalau kau mengadu pada ahjuma tentang perlakuan Eomma padaku?”tebak Jiyeon.
“Anni, aku tidak mengadu. Hanya saja…”
“Hanya saja apa?”
“Hanya saja aku menceritakan apa yang sebenarnya, Eomma bertanya padaku, jadi aku menjawabnya.”ujar Hyuna enteng.
“Aish, yya!”
“Wae?”
-oOo-
Jonghyun memandang sebuah rumah mewah dikawasan Seongbuk-dong, matanya memandang sayu rumah yang beberapa saat lalu menjadi tempat tinggalnya. Wajahnya menengadah, memandang ke arah sebuah ruangan yang ada di lantai dua.
“Lampunya belum menyala, apa Jiyeon belum pulang?”tanya Jonghyun dalam hatinya.
Cukup lama Jonghyun mengawasi rumah itu, sampai saat ia akan pergi, mata namja tampan ini menangkap sebuah mobil berwarna silver, mobil yang ia tahu adalah kepemilikan Jiyeon, yeoja yang ia cintai. Jonghyun tersenyum memandang sosok yang sudah tiga hari tidak ia temui itu, bayangan demi bayangan kembali hadir merasuki fikirannya, bagaimana ia mengajak Jiyeon pergi ke taman hiburan sampai saat ia kembali dan bertemu dengan Leeteuk, Appa Jiyeon.
Flashback on
“Jonghyun-ssi, kita perlu bicara.”ujar seorang pria berperawakan tampan, matanya memandang luruh ke arah seorang namja yang menjadi pengawal bagi putri kesayangannya.
“Ye tuan.”jawab namja yang dipanggil Jonghyun itu pelan, tubuhnya menunduk memberikan hormat pada si pembicara.
“Appa wae geure? Kenapa langsung ingin bicara dengan pengawalku?”tanya Jiyeon yang sedikit mencium gelagat aneh pada ayahnya.
“Anniya chagi, Appa hanya ingin menanyakan beberapa hal saja.”
“Geure, jangan lama-lama, aku akan menyiapkan makan malam untuk Appa.”
“Ne chagiya.”
Jiyeon berjalan menuju dapur, sementara Jonghyun mengikuti langkah Park Jung-Soo menuju ruang baca keluarga Park.
“Tuan Lee.”ujar Jung-Soo memulai pembicaraan.
“Ye tuan Park.”
“Apa kau tahu apa yang membuatku memanggilmu?”
Jonghyun terdiam, tak berniat menjawab pertanyaan Jung-Soo, ia benar-benar tidak tahu apa yang akan dikatakan oleh Ayah Jiyeon itu.
“Neo, bisa menjelaskan maksud dari foto-foto ini?”tanya Jung-Soo lagi, tangan kanannya melemparkan sebuah amplop berwarna kuning.
Jonghyun memandang wajah Jung-Soo bingung sementara Jung-Soo memberikan isyarat pada Jonghyun untuk membuka amplop itu. Jonghyun mengulurkan tangannya dan membukan amplop yang dilemparkan oleh Jung-Soo, matanya seketika membelalak ketika melihat beberapa gambar yang terpampang jelas di atas sebuah kertas.
Amplop itu berisikan beberapa foto, foto yang menampilkan Jiyeon. Di foto pertama, terlihat jelas seorang gadis dengan rambut panjang yang mengenakan dress hitam diatas lututnya tengah keluar dari sebuah mobil Bentley berwarna kuning, make up tipis di poles di wajah cantik gadis itu, pada lembar kedua, Jonghyun bisa melihat bagaimana si gadis itu sedang menegak sebuah minuman yang Jonghyun sendiri yakin kalau minuman itu merupakan minuman beralkohol. Lembar demi lembar Jonghyun lihat, foto-foto tersebut masih menampilkan sesosok yang sama tetapi dengan pakaian yang berbeda-beda. Sampai Jonghyun sampai pada lembaran yang terakhir, dimana dalam foto itu terlihat jelas bahwa si yeoja sedang duduk bersama seorang namja yang ia tahu adalah dirinya.
“Bisa jelaskan padaku, bagaimana bisa kau membiarkan putri bungsuku memasuki tempat-tempat terlarang itu?”tanya Jung-Soo lagi, kali ini Jonghyun mendengar sedikit kemarahan di dalam suara Jung-Soo.
“Igeo..”
“Lee Jonghyun-ssi, kau mengecewakan kepercayaanku!”
“Tuan Park….”
“Neo?! Bagaimana bisa kau mengatakan kalau kau mencintai Jiyeon sementara kau membiarkan gadis kecilku itu memasuki tempat-tempat hiburan malam!! Kau lihat di foto terakhir? Kau bahkan pergi bersamanya! Bagimana bisa….”
“Itu karena… karena Jiyeon merasa kesepian, selama ini, dia merasa tidak memiliki teman, hanya Hyuna yang ia punya dan ia mendatangi tempat-tempat itu untuk menghilangkan kesepiannya.”
“Jadi, kau mengatakan bahwa putriku yang manis itu pantas memasuki tempat-tempat itu dan itu aku yang bertanggung jawab atas semua ini?”
“A-anniya.”
“Lee Jonghyun-ssi, lebih baik jangan tunjukan lagi batang hidungmu di depanku dan jauhi anakku.”
“Tuan Park..”
“Aku tidak ingin lagi mendengar penjelasanmu, silahkan keluar dari rumah ini.”
Flashback off
-oOo-
Lee Jonghyun pov
Seharusnya aku tak datang ke Club Volume, seharusnya aku tidak perlu memenuhi undangan pesta pertunangan Yonghwa Hyung dan Shinhye, seharusnya aku tidak pernah bertemu denganmu, seharusnya aku tidak perlu mendatangi Ayahmu untuk meminta jadi pengawalmu, seharusnya aku tidak membiarkanmu memasuki lebih dalam dunia malam yang kejam itu, dan seharusnya… seharusnya aku tidak pernah mencintaimu. Kau tahu, Jiyeon, kau adalah yeoja yang sangat aku cintai, kau adalah cinta pertamaku, kau adalah yeoja pertanya yang mampu membuat hati ini bergetar. Aku masih sangat ingat bagaimana pertama kali aku melihatmu, bagaimana kau memandang diriku dan bagaimana awal pertama kali kita bertemu dan bagaimana kau menyebutkan namamu, sungguh, aku sangat mengingat saat itu, Jiyeon.
Aku tak pernah menyangka kalau hari itu akan menjadi hari terakhir kita bertemu. Aku masih sangat bagaimana kau memandang remeh diriku saat aku memuntahkan semua isi perutku ketika kita menaiki wahana Gyro Drop, aku sangat mengingat bagaimana teriakkanmu saat kita menaiki wahana French Revolution, aku begitu mengingat bagaimana matamu membesar karena terpesona ketika Baloon Sky membawa kita berkeliling, dan aku masih mengingat candaanmu saat kau asyik menggoda anak-anak kecil di wahana Ice Ring, dan senyummu yang begitu merekah saat selesai berkeliling, saat kita menyaksikan pertunjukan laser di Magic Castle, bagaimana wajahmu yang begitu riang itu, aku masih ingat.
Keunde, saat ini, disinilah aku, memandangmu dari jauh, memperhatikan setiap gerak-gerikmu. Jiyeon-a, apa kau merindukanku? Aku sangat merindukanmu, jinjja. Kau percaya itu, kan? Mungkin kita memang tidak bisa bersatu, tapi ku mohon, ingatlah kalau aku selalu mencintaimu, akan selamanya mencintaimu. Jiyeon, yeoja yang sangat aku cintai, hiduplah dengan baik, disini, aku akan selalu mendoakan kebahagianmu. Saranghae, Park Jiyeon.
Lee Jonghyun pov end
“Tuan, apa kita akan tetap disini atau kau ingin aku mengantarmu ke rumah keluarga Park?”tanya sebuah suara menyadarkan Jonghyun dari lamunannya.
“Ah, Ok Jung-ah, tidak perlu, kita kembali ke rumah.”
“Ye tuan.”
-oOo-
Sudah hampir dua minggu sejak kepergian Jonghyun, dan sudah selama itu juga Jiyeon tidak menginjakkan kakinya di Club-Club kota Seoul. Keinginannya untuk menghilangkan penat dengan cara pergi ke Pub hilang sudah. Kini dirinya lebih senang menyendiri ataupun pergi ke pinggir sungai han, bersama atau tanpa sahabatnya.
“Jiyeon-a, eodisseo?”teriak seorang gadis saat memasuki kediaman keluarga Park.
“Yeogi Hyuna-a.”jawab Jiyeon pelan.
“Yya, apa kau sakit?”
Jiyeon mengalihkan pandangannya dari layar komputer yang menyala, memandang wajah Hyuna lalu tersenyum.
“Kau tahu, ini sudah minggu ke dua kau tidak mengunjungi Club malam, apa kau, sudah tidak ingin lagi pergi ke sana? Atau kau sudah ketahuan ahjussi?”tanya Hyuna lagi.
“Aku.. aku hanya malas.”
“Jinjja? Kau malas? Bukannya kau yang selalu mengajakku ke tempat-tempat itu? jadi, bagaimana bisa kau berkata malas.”
“Entahlah, aku memang malas. Ah, kau sudah makan malam?”
“Belum, justru aku kesini ingin meminta makan padamu.”
“Aish, yasudah kajja kita makan.”ajak Jiyeon.
Kedua gadis cantik ini kemudian berjalan menuruni tangga, melangkahkan kakinya menuju ruang makan yang terletak di samping kanan tangga. Tercium wewangian dari arah dapur dan diatas meja makan, sudah tersaji beberapa masakan yang mengundang selera.
“Jiyeon-a, sepertinya ada sesuatu yang kurang di rumahmu ini.”ujar Hyuna yang mengedarkan pandangan menyusuri setiap sudut rumah Jiyeon. “Keunde.. aku tidak tahu apa yang kurang, hanya saja… ah! Dimana Jonghyun Oppa? Aku tidak melihatnya sejak.. sejak dua minggu lalu.”lanjut Hyuna.
Jiyeon terdiam, gadis cantik ini mengentikan aktifitas makannya, ia benar-benar bingung harus menjawab apa. Jonghyun menghilang begitu saja tanpa mengatakan apapun, setelah ia bicara dengan Ayahnya dan Jiyeon jujur, ada perasaan hilang yang ia rasakan.
“Hyuna-a, sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu padamu.”
“Wae? kau jatuh cinta dengan Jonghyun Oppa?”tebak Hyuna.
“Yya! Bukan begitu!”
“Lalu?”
“Aku ingin menemui Jonghyun.”
“Dimana? Apa kau tahu Oppa sekarang dimana?”
“Anni.”
“Yya!”
“Hanya… aku tahu tempat yang sepertinya ia kunjungi, atau tinggali.”
“Eh?”
“Temani aku!”
“Mwo?”
“Selesaikan makanmu! Kita akan pergi ke rumah Jonghyun.”
“Ei, kau tahu dimana Oppa tinggal? Jadi kau mulai mencintainya?”goda Hyuna.
“Anniya! aku… aku hanya sedikit merasa kehilangan dirinya.”
“Kau tahu Jiyeon, itu merupakan sebuah kabar yang baik. Kau kehilangan dirinya?”
Jiyeon terdiam, wajahnya sedikit memerah saat mendengar perkataan Hyuna.
-oOo-
“Samsung-dong?”tanya Hyuna terkejut saat melihat kawasan yang kini ia datangi.
“…”
“Apa Jonghyun Oppa bekerja disini?”
“….”
“Yya Park Jiyeon jawab aku!”
“Stt, kau lihat itu.”
“Mwo?! Kenapa Jonghyun Oppa keuar dari mobil itu? duduk dibelakang? Dibukakan pintu? Apa maksudnya ini?”
“Hari ini cukup sampai disini, besok, kita akan menemui dia disuatu tempat. Kau temani aku, ne?”
“Arraso, aku akan menemanimu.”
“Gomawo Hyuna-a.”
-oOo-
Esok harinya Hyuna dan Jiyeon sudah berada dalam mobil silver milik Jiyeon. Kedua gadis cantik itu menatap lurus sebuah gedung perusahaan yang sangat megah. Menit demi menit mereka menunggu, sampai kemudian Jiyeon melihat sebuah mobil yang sudah cukup ia kenal, mobil berwarna merah yang selalu ia tumpangi. Jiyeon memandang lurus mobil itu, berusaha sekuat tenaga menahan amarahnya, setelahnya, gadis itu berjalan mengikuti langkah namja yang sudah ia kenal diikuti Hyuna dibelakangnya.
“Maaf nona, anda ingin bertemu siapa?”hadang seseorang saat Jiyeon sudah hampir memasuki sebuah ruangan.
“Bikyeoseo!”bentak Jiyeon.
“Tapi nona, anda tidak bisa sembarangan masuk ke ruangan ini.”
“Aku harus menemuinya!”
“Tuan Lee sibuk, nona, ia tidak bisa ditemui.”
“Mwo? Sibuk? Aku harus menemuinya!”
Jiyeon terus mendorong tubuh seseorang yang lebih mungil darinya, berusaha menerobos pintu yang bertuliskan ‘Persiden Direktur’ di permukaan pintu. Brak! Jiyeon membuka pintu dalam satu hentakan tangan, membuat dua orang yang ada di dalam menoleh ke arah datangnya suara.
“Maaf tuan, saya sudah meminta nona ini untuk pergi, keunde..”
“Omo! Yeoja yang pernah bertemu denganku! Keunde, bagaimana bisa ia kesini?”tanya seorang namja tinggi. “Hyung, apa kau mengenalnya?”
“Jungshin-a, kau bisa keluar sebentar?”tanya seseorang namja berkulit putih.
“Eoh?”
“Keluarlah sebentar, ada yang ingin aku bicarakan dengannya.”
“Geure, jangan terlalu lama, ne?”ujar Jungshin lalu melangkah pergi bersama sekertaris Jonghyun dan juga Hyuna.
“Hyuna, kau tetap disini.”ujar Jiyeon.
“Keunde Jiyeon, aku rasa, kau harus bicara berdua dengan Jonghyun Oppa.”
“Aku..”
“Aku tidak akan menyakitimu, Jiyeon-ssi.”ujar Jonghyun dengan nada dingin.
Hyuna berjalan meninggalkan Jiyeon dan Jonghyun.
“Silahkan duduk Jiyeon-ssi.”
“Tidak perlu.”
“Kalau begitu, apa yang ingin kau katakan?”
“Neo, bagaimana bisa kau berada disini?!”
“Nan? Aku pemilik tempat ini.”
“Mwo? Bukankah..”
“Aku hanya berpura-pura menjadi pengawalmu.”
“Begitu?”
“Ne, aku punya alasan khusus kenapa aku melakukan itu, aku…”
“Kau tidak perlu menjelaskan apapun, kau, menghilanglah dari hidupku.”ujar Jiyeon dingin.
“Jiyeon, aku..”
“Aku tidak ingin melihatmu lagi.”Jiyeon melangkahkan kakinya keluar, namun langkahnya terhenti saat Jonghyun menarik lengan gadis ini.
“Aku.. aku ada alasan melakukan semua ini, Jiyeon, aku..”
“Naga-yo (enyahlah).”Jiyeon menghempaskan tangan Jonghyun lalu berjalan keluar ruangan, membanting pintu dengan keras, meninggalkan Jonghyun yang menatap kepergian yeoja yang saangat dicintainya.
-oOo-
Jiyeon memandang langit malam yang begitu pekat, degub jantungnya masih berdetak cepat setelah ia melihat pemberitaan di televisi juga internet, ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia dengar dan lihat itu. namun, kini air matanya sudah mengalir deras. Bagaimana dia bisa dibohongi sedemikian rupa seperti ini.
Park Jiyeon pov
Aku menyeret kakiku dengan susah payah, mengambil kursi riasku dan meletakkannya di depan jendela kamar yang ku biarkan terbuka lebar. Aku menghempaskan tubuhku yang sudah terlalu letih pada kursi itu, memandang pekatnya malam tanpa memperdulikan angin musim gugur yang bisa saja membuatku sakit. Hamparan pepohonan terpampang jelas di depan mataku, Langit hitam tanpa bintangpun semakin melengkapi kelamnya malamku. Aku terdiam, memandang cakrawala hitam yang kini menemani setiap sakit yang aku rasakan dalam hatiku. Lee Jonghyun, bagaimana bisa namja itu bisa memasuki relung hatiku. Lee Jonghyun, bagaimana namja yang merupakan pengawal pribadiku adalah pemiling dari perusahaan besar samsung? Bagaimana bisa?
Kini aku mengusap air mataku, berusaha meredakan sakit. Fikiranku kembali merasuki bagaimana aku pertama kali bertemu Jonghyun, saat itu Appa memperkenalkan Jonghyun, namja yang akan jadi pengawal pribadiku, meski awalnya aku menolak, tapi Appa tetap memaksa.
Flashback on
“Jiyeon-a, eodiga?”teriak Appa yang membuat aku terbangun.
Aku melangkah dengan cepat menuju pintu utama, membuang kantukkku yang sudah bergelayut manja.
“Appa membawakan oleh-oleh banyak untukmu.”ujar Appa yang baru kembali dari perjalanan bisnisnya ke pulau Jeju.
“Woah, Appa, aku suka sekali ini.”ujarku kagum memandang sebuah kerang laut yang sedikit besar ukurannya.
“Kau suka?”
“Sangat suka.. keunde Appa, namja itu, nugunde?”
“Eh?”
“Igeo, namja yang sedang mengeluarkan kopermu.”
“Ah, igeo, namja yang akan bekerja dengan Appa.”
“Woah, tampan sekali. Supir baru Appa?”
“Anni, dia akan menjadi pengawal pribadimu.”
“Mwo?!”
“Jiyeon-a, Appa dan Eomma sering pergi keluar kota bahkan keluar negeri, jadi menurut Appa, ada baiknya Appa menyewa seorang body guard untuk menjagamu.”
“Keunde Appa..”
“Keputusan Appa sudah bulat sayang, tuan Lee akan bekerja sebagai pengawalmu, jadi kau tidak boleh membantah lagi, arraso?”
“Arraso.”
Flashback off
Ada sesuatu yang hilang dari diriku sejak kepergian Jonghyun, namja pembohong yang kini membuatku berantakan. Jonghyun, namja itu selalu memperhatikan aku, aku tahu, dari matanya, aku bisa melihat kalau dirinya sebenarnya mencintaiku, keunde, hati ini masih enggan menerima dirinya. Aku merasakan angin malam menusuk-nusuk permukaan kulitku, memaksa air mata yang baru saja mengalir seketika mengering karena sapuan angin. Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku perbuat?
Park Jiyeon pov end
-oOo-
Hyuna berjalan mondar-mandir di depan ruangan kepala sekolah, saat ini, dirinya sedang menunggu seseorang yang sudah merasuki hatinya, Kyuhyun. Sudah tiga puluh menit Kyuhyun menghadap kepala sekolah perihal masalah hubungannya dengan Hyuna. Hyuna benar-benar takut, ia tak ingin Kyuhyun mendapat cap jelek dari guru-guru dan juga murid sekolah apalagi sampai dipecat, bagaimanapun, alasan ia tetap mau bersekolah salah satunya adalah Kyuhyun.
“Kim Hyuna.”tegur seseorang membuat Hyuna membalik dan menatapnya.
“Ye Gyosunim.”jawab Hyuna gugup.
“Sedang apa kau disini?”
“Nan.. aku sedang..”
“Masuklah, ada yang perlu kita bicarakan.”ujar kepala sekolah lagi.
“Ye Gyosunim.”
Hyuna melangkahkan kakinya memasuki ruangan kepala sekolah, kepalanya terus tertunduk, kecemasan sudah melanda dirinya sejak satu jam terakhir dan kini ia harus berbicara dengan kepala sekolah dan Kyuhyun juga ada disana, hal ini membuat dirinya semakin panik.
“Hyuna.”panggil kepala sekolah.
“Ye Gyosunim.”
“Kau bisa duduk dulu, jangan terlalu tegang.”
“Ye.”Hyuna melangkah menuju soda yang disediakan di ruang kepala sekolah, kepalanya sedikit mendongak, kini mata Hyuna bisa melihat wajah santai Kyuhyun.
“Kau tahu kenapa aku memanggilmu?”tanya kepala sekolah.
“Ne? ah, ye Gyosunim, aku tahu.”
“Kalau begitu, apa kau punya pembelaan?”
“Jeosonghabnida Gyosunim, ini semua kesalahan saya, bukan kesalahan Cho Seonsaengnim. Saya yang meminta Seonsaengnim untuk mengantarkan saya ke sekolah, sebenarnya, saat itu Seonsaengnim tidak memiliki jam mengajar, keunde, karena saya yang meminta, jadi Seonsaengnim pergi mengantar saya.”
“Jadi, kau mengatakan kalau kau memaksa Seonsaengnim mengantarmu?”
“Ye?”kaget Hyuna. “Ah anniya, maksudku….”
“Jadi Seonsaengnim yang ingin mengantarmu?”
“….”
“Kau tahu akibat dari perbuatanmu ini?”
“….”
“Hyuna-ssi…”
“Gyosunim, aku mohon, jangan pecat Seonsaengnim. Ini semua kesalahanku. Biarkan Seonsaengnim tetap mengajar disini, aku yang akan keluar, aku akan berhenti sekolah disekolah Gyosunim, jebal, jangan pecat Seonsaengnim.”
“Mwo? Siapa yang akan memecat Cho Seonsaengnim?”tanya kepala sekolah bingung.
“Oh?”
“Hyuna-ya, paman Choi tidak akan memecatku.”
“Museun suriya?”
“Apa kau lupa kalau aku bisa mengajar di sekolah ini karena koneksiku?”
“Ne, aku ingat, lalu?”
“Hmm, kepala sekolah adalah pamanku.”ujar Kyuhyun yang membuat Hyuna tertegun. “Hmm jadi, kepala sekolah menikah dengan bibiku.”
Setelah menjelaskan semuanya pada Hyuna, akhirnya Kyuhyun dan yeoja bermata besar itu duduk bersama di atap sekolah. Hyuna menyesap susu vanilanya sementara Kyuhyun sibuk memandang yeoja itu.
“Jadi, Seonsaengnim tidak akan dipecat?”
“Anni, tapi aku akan tetap keluar dari sekolah ini.”
“Mworagu? Bukankah tapi Gyosunim mengatakan tidak akan memecatmu.”
“Memang benar, keunde…”Kyuhyun mengentikan ucapannya dan memandang Hyuna.
“Keunde wae?”
“Anniya, aku punya alasan sendiri untuk berhenti, lagipula aku hanya seorang guru pengganti, Jang Seonsaengnim sudah bisa mengajar lagi, jadi, menurutku lebih baik aku berhenti saja.”
“Wae? apa Seonsaengnim tidak senang mengajarku?”
“Anni, bukan itu alasanku.”
“Lalu?”
“Kalau aku tetap mengajar disini, aku tidak bisa menjadikanmu kekasihku.”jawan Kyuhyun sambil tersenyum manis.
“M-museun..”
“Kim Hyuna, saranghae.”ujar Kyuhyun lalu mengecup lembut kening Hyuna.
“Seonsaengnim….”
-oOo-
Seorang namja paruh baya berjalan dengan santai setelah keluar dari mobil mewahnya, namja itu mengenakan setelan jas berwarna abu-abu, tangan kanan namja ini menenteng sebuah tas kerjanya sementara tangan kirinya menenteng sebuah bungkusan berpita. Senyum merekah di wajah namja ini.
“Tuan Park, selamat datang kembali.”sambut seorang wanita berusia lebih tua darinya.
“Terima kasih bibi Baek, Jiyeon, eodi?”tanya namja ini dengan senyumnya yang khas.
“Nona Jiyeon sejak kemarin malam masih di kamarnya tuan, saya sudah berusaha untuk memanggilnya, tapi..”
“Apa dia kembali?”
“Ye?”
“Lee Jonghyun, apa namja itu menemui Jiyeon?”
“Anni, keunde, kemarin nona Jiyeon kembali dengan wajah yang sangat sedih, saat saya menyusulnya ke kamar, saya mendengar tangisan dari arah kamar nona Jiyeon.”
“Kalau begitu, tolong siapkan sup hangat, aku akan menemui Jiyeon.”ujar tuan Park pada pembantu rumah tangganya.
Park Jung-Soo melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, menuju kamar putri tunggalnya, Park Jiyeon. Tangan kanan Jung-Soo terulur, mengetuk perlahan permukaan pintu namun tak juga mendapat jawaban dari Jiyeon.
“Jiyeon-nie, apa kau di dalam?”tanya Jung-Soo pelan.
“….”
“Jiyeon-nie, gwaenchanha?”tanyanya lagi tapi tak juga mendapat jawaban dari Jiyeon.
Jung-Soo membuka pintu dan mendapati putrinya kini tengah meringkuk di dalam selimut birunya, dengan wajah khawatir Jung-Soo menghampiri Jiyeon, menyibakkan selimut yang menutupi tubuh Jiyeon. Matanya Jung-Soo membelalak ketika melihat wajah cantik Jiyeon kini sudah berwarna pucat pasi, Jung-Soo mengulurkan tangannya untuk menyentuh kening Jiyeon.
“Jiyeon-nie, ireona, Jiyeon-nie.”
“Ngg.”erang Jiyeon.
“Gwaenchanha?””
“Appa, kapan kau pulang?”tanya Jiyeon dengan senyum yang ia paksakan.
“Jiyeon-nie, kau demam, apa kau sudah begini sejak semalam?”
“Appa, biar aku siapkan sarapan untukmu.”Jiyeon mencoba untuk bangun, namun kepalanya seolah berputar.
“Kita harus ke rumah sakit.”
“Anniya Appa, nan gwaenchanha.”
“Keunde..”
“Appa..”
“Tidak bisa, kita harus tetap ke rumah sakit.”ujar Jung-Soo lalu membopong Jiyeon.
-oOo-
Hyuna dan Kyuhyun berlari sepanjang koridor Seoul hospital, setelah mendengar kabar bahwa pagi ini Jiyeon akan di operasi, Hyuna lebih memilih untuk membolos sekolah, menunggu keadaan Jiyeon membaik.
“Ahjussi.”panggil Hyuna dengan nafas tersengal-sengal.
“Hyuna, kau datang.”
“Bagaimana keadaan Jiyeon?”
“Jiyeon.. anak itu menderita usus buntu dan harus segera di operasi, saat ini dia sedang ditangani.”
“Syukurlah jika Jiyeon sudah ditangani, keunde ahjussi..”
“Hmm?”
“Dua hari yang lalu, aku dan Jiyeon pergi ke kawasan Samsung-dong dan melihat Jonghyun opp, lalu kemarin kami pergi ke perusahaan Samsung dan…”
“Apa kalian bertemu dengan Jonghyun?”
“Ye?”
“Apa kalian bertemu dengannya? Lee Jonghyun?”
“Chankaman, apa yang sedang kalian bicarakan ini adalah Lee Jonghyun presiden direktur dari Samsung Electronics?”tanya Kyuhyun yang mendengar percakapan Hyuna dan Jung-Soo.
“Anniya, itu tidak mungkin, Seonsaengnim. Kemarin aku dan Jiyeon memang memasuki ruangan presiden direktur Samsung Electronics, tapi bukanlah Jonghyun Oppa yang ada disana, melainkan namja tinggi.”
“Hyuna-ya, Lee Jonghyun memang benar pemilik dari Samsung Electronics.”ujar Jung-Soo dengan suara tegasnya.
“M-mwo? Keunde, bukankah Jonghyun Oppa..”
“Jonghyun, memintaku untuk menerimanya menjadi pengawal Jiyeon.”
Flashback on
“Aku jatuh cinta dengan putrimu, tuan Park.”
“Mueos-eul malhabnikka?”
“Ye, aku mencintai putrimu, Park Jiyeon.”
benar-benar jatuh cinta padanya, tuan.”ujarku berusaha meyakinkan.
“Lalu, apa yang kau inginkan? Menikahi putriku?”
“Anniya, aku tidak ingin memaksanya untuk menerimaku sebagai suaminya. Aku.. aku ingin menjadi pengawal pribadinya.”
“Mwo?”
“Ye, aku ingin menjadi seseorang yang selalu menjaga dan melindunginya, karena itu, izinkan aku menjadi pengawal pribadinya dan izinkan aku untuk membuatnya mampu menerima keadaanku juga mencintaiku secara alami.”
Flashback off
Hyuna terdiam mendengar cerita dari Jung-Soo, ia benar-benar tidak menyangka kalau Jonghyun yang ia kenal ternyata adalah pemilik perusahaan besar di Seoul.
“Pantas saja aku seperti pernah melihatnya.”lirih Hyuna.
“Hyuna, ada yang ingin aku tanyakan padamu.”ujar Jung-Soo lalu mengajak Hyuna pergi ke suatu tempat.
“Ye ahjussi.”
Hyuna dan Jung-Soo sedang duduk di sebuah kafetaria yang disediakan oleh rumah sakit, keduanya hanya memesan sepiring makanan ringan dan juga air mineral.
“Apa yang ingin ahjussi tanyakan.”ujar Hyuna membuka suara.
“Apa Jonghyun mengajarkan pada Jiyeon untuk pergi ke club?”
“Ne?”
Jung-Soo menyerahkan beberapa lembar foto Jiyeon dan Hyuna yang sedang menikmati suasana di sejumlah club terkenal kota Seoul. Hyuna membesarkan matanya saat melihat sebuah foto yang menampilkan Jiyeon sedang menegak secangkir minuman beralkohol.
“Igeo..”
“Aku sudah tahu lama kalau kau dan Jiyeon sering mengunjungi club-club malam, sejujurnya aku kecewa padamu yang mau menemani putriku, keunde, dari informasi yang aku dapat, kau selalu mengajak Jiyeon untuk pulang cepat dan juga, kalau tidak ada dirimu, maka Jiyeon akan semakin tersesat di dunia malam. Hyuna, jawab pertanyaanku dengan jujur, apa Jonghyun yang menyuruh atau mengajarkan kalian untuk pergi ke tempat-tempat itu?”
-oOo-
“Ada berita apa tentang Jiyeon?”tanya seorang namja.
“Tuan Lee, pagi ini nona Park dibawa oleh Ayahnya pergi ke rumah sakit dan pagi ini juga nona Park menjalani operasi.”ujar supir pribadi Jonghyun.
“Lalu bagaimana keadaan Jiyeon?”
“Sampai saat saya mendapatkan informasi, nona Park sudah melewati masa operasi dan kini sedang mendapatkan perawatan intensif.”jelas Ok Jung. “Apa tuan ingin mengunjungi nona Park?”
“Anniya, aku tidak ingin membuat keadaannya semakin buruk. Kita pergi ke kantor.”
“Ye tuan.”
Jonghyun menyusuri lobby perusahaannya, sesekali namja ini menundukkan kepalanya saat ada beberapa karyawan yang sudah mengabdikan diri mereka untuk Samsung Electronics. Tak ada senyuman di wajah namja tampan ini.
“Tuan Lee, bisa kita bicara sebentar?”ujar seorang wanita cantik.
“Sun Young-ah…”
Jonghyun mengajak Park Sun Young untuk duduk di sebuah Caffe dekat perusahaannya. Namja tampan ini membawakan segelas vanila late dan juga sepiring biskuit sebagai teman mereka berbicang.
“Kau semakin terlihat tampan, tuan Lee.”
“Yya, kau ini, kapan kau kembali dari China?”tanya Jonghyun berbasa-basi.
“Baru pagi ini, Jonghyun-ah, sebenarnya apa yang terjadi antara dirimu dan juga Jung-Soo Oppa?”tanya Sun Young, adik kandung Park Jung-Soo.
“Tidak ada sesuatu yang terjadi antara aku dan juga tuan Park.”
“Aku sudah mendengar semuanya, Jonghyun-ah, Oppa sudah menceritakan semuanya. Wae? kenapa kau membiarkan Jiyeon pergi ke club malam?”
“Sun Young-ah..”
“Jelaskan padaku, mungkin saja aku bisa membantumu, mungkin aku bisa membuat Oppa memaafkanmu.”
“Tidak ada lagi yang harus dijelaskan, Sun Young.”
“Jiyeon, dia di operasi pagi tadi.”
“Aku sudah tahu.”
“Yeoja itu, tidak makan dengan baik dua minggu terakhir, waktu yang sama dengan kepergianmu.”
“….”
“Apa kau tidak ingin menemuinya?”
“….”
“Apa kau sudah tidak mencintainya?”
“Aku selalu mencintainya, tidak akan berubah Sun Young-ah.”
“Kalau begitu ceritakan padaku.”
-oOo-
“Oppa, kita harus bicara.”
“Hyomin-ah, ada apa? Apa keadaan perusahaan sedang kacau?”
“Ini bukan tentang perusahaan.”
“Lalu?”
“Jonghyun, Jonghyun tidak pernah menyuruh atau membiarkan bahkan mengajarkan Jiyeon untuk pergi ke club malam.”
“Museun suriya?”
Flashback on
“Kalau begitu ceritakan padaku.”
“Apa aku bisa mempercayaimu? Apa kau tidak akan menuduhku?”
“Anniya, aku tahu kau sangat mencintai keponakanku, jadi Jonghyun-ah, ceritakan semuanya.”
“Jiyeon, gadis itu sangat kesepian. Ia selalu sarapan sendiri dan makan malam sendiri. Semua ia lalui sendiri, nyonya Park tak pernah mengunjungi Jiyeon, sekalipun begitu juga dengan tuan Park. Suatu malam, aku bertemu dengan Jiyeon di Club Volume, saar itu aku sedang menghadiri acara pertunangan sahabatku. Aku melihat Jiyeon dengan wajah sedihnya sedang menegak minuman beralkohol. Aku tersenyum melihatnya, namun senyumanku hilang saat mendengar kalau dirinya masih bersekolah, aku terkejut dan bertanya-tanya bagaimana seorang siswi SMA bisa masuk ke sebuah Club malam. Singkat cerita aku menemui tuan Park untuk memintanya menjadikanku sebagia pengawal pribadi Jiyeon, aku juga mengatakan kalau aku mencintainya.”
“Ah, itu saat kau pertama kali pergi ke perusahaan kami, kan?”
“Ye, setelah melakukan perjanjian itu, aku mulai tinggal dengan Jiyeon, yeoja yang sangat aku cintai. Mulanya aku tidak melihat dan mengetahui bagaimana perasaan Jiyeon yang sesungguhnya, sampai pada satu malam aku mendengar Jiyeon menangis, sendiri. Aku melangkahkan kakiku mendekati pintu kamar Jiyeon, mendengarkan setiap perkataan yang ia ucapkan. Malam itu Jiyeon kembali mengunjungi club malam dan aku mengikutinya. Di dalam club malam itu, Jiyeon hanya duduk, menegak minuman pesanannya dan memandang lurus para pengunjung club itu. yang membuatku tersentak adalah, Jiyeon menangis, gadis itu menangis meski banyak orang disekitarnya. Dalam keadaan mabuk Jiyeon aku bawa kembali ke rumah, dalam perjalanan Jiyeon terus saja mengoceh, mengatakan kalau dirinya sangat kesepian dan hanya pergi ke tempat-tempat malam itulah yang membuat ia sedikit merasa tenang. Racauan demi racauan Jiyeon ucapkan, rintihan kecil berubah menjadi tangisan yang meledak-ledak dan tentu itu membuat aku semakin tersiksa, karena itulah aku mengizinkan Jiyeon untuk mengunjungi club-club malam, dengan catatan harus ada Hyuna yang menemani dan Ok Jung yang mengawasi mereka.”
“Jadi, kau tidak mengajarkan keponakanku itu hal-hal aneh? Jonghyun-ah, aku berjanji akan membersihkan namamu kembali, aku janji.
Flashback off
“Begitulah Oppa, jadi, apa kau masih mengeraskan hatimu? Bukan Jonghyun yang membuat Jiyeon seperti ini. Justru Jonghyun sangat memperhatikan Jiyeon, dan apa kau tidak juga mengerti kalau Jiyeon juga mencintai Jonghyun? Apa kau akan membakar habis kebahagiaan Jiyeon? Oppa, aku mohon, berikan kesempatan untuk Jonghyun, hanya dia namja yang benar-benar mencintai anakmu.”
-oOo-
Jonghyun memandang lurus sebuah paras cantik berselimutkan selimut tipis, bau khas rumah sakit menyeruak masuk ke dalam indera penciumannya. Mata namja tampan ini sedikit berkaca-kaca melihat sosok yang ia cintai kini tergeletak tak berdaya, selang infus masuk menusuk kulit Jiyeon, membuat Jonghyun ikut merasakan nyeri di urat tangannya.
“Jiyeon-a, aku mohon, lekaslah sembuh.”lirih Jonghyun.
“Oppa.”panggil sebuah suara yang sudah sangat Jonghyun kenal. “Kau menangis?”
“Hyuna-a, kau disini.”
“Oppa wae geure? Kenapa kau menangis, eoh?”
“….”
“Oppa uljima, semua akan baik-baik saja Oppa, aku berjanji semua akan baik-baik saja.”
“Anniya, nan gwaenchanha Hyuna-a.”
“Oppa..”
“Lee Jonghyun-ssi, bisa kita bicara?”ujar Jung-Soo yang tiba-tiba sudah hadir di antara keduanya.
“Oppa tenanglah, aku sudah menjelaskan semuanya pada ahjussi.”bisik Hyuna saat Jonghyun melewatinya.
“Gomawo.”jawab Jonghyun.
Jung-Soo menatap lurus ke dalam mata Jonghyun, sementara Jonghyun mengalihkan pandangannya menatap ke arah lain.
“Hyomin.”ujar Jung-Soo membuka suara. “Hyomin sudah menjelaskan semuanya padaku.”
Jonghyun mengalihkan pandangannya, matanya menyusup lurus, memandang sosok namja tampan di depannya.
“Aku minta maaf karena sudah menuduhmu melakukan hal yang tidak kau lakukan.”
Tak ada jawaban dari bibir Jonghyun, namja itu sibuk dengan fikirannya sendiri, saat Jung-Soo, Ayah Jiyeon sudah memaafkannya, kini Jiyeon lah yang paling membencinya.
“Neo, apa masih mencintai putriku?”
Jonghyun tersenyum mendengar pertanyaan tuan Park yang tanpa basa basi.
“Ne, aku masih sangat mencintai putrimu.”jawab Jonghyun.
“Kalau begitu, menikahlah dengannya.”
“Itu tidak mungkin, tuan Park.”
“Wae?”
“Jiyeon, sudah sangat membenciku, Jiyeon sudah tahu yang sebenarnya dan dia memintaku enyah.”
“Mwo?”
“Nan, tidak bisa hidup berdampingan dengan Jiyeon. Jiyeon tidak mungkin membiarkan pembohong sepertiku menjadi suaminya, tuan Park.”
“Keunde..”
“Aku tidak ingin memaksa Jiyeon untuk bisa mencintaiku, tidak bisa.”ujar Jonghyun dengan air mata berlinang. “Aku melepaskannya, aku membiarkan Jiyeon pergi. Terima kasih karena anda mau mempercayaiku, aku mohon diri.”ujar Jonghyun menyeka air matanya lalu meninggalkan tuan Park yang mematung memandang kepergian Jonghyun.
1 minggu kemudian
Jiyeon sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit, keadaan ususnya sudah membaik. Saat ini ia sudah duduk manis di atas mobil Bentley berwarna kuning milik Hyuna, wajahnya yang masih sedikit pucat tak menutupi paras cantiknya. Hyuna memarkirkan mobil kesayangannya dengan sembarang di depan pintu masuk kediaman keluarga Park, di dalam sana sudah menunggu Ayah dan juga Ibu Jiyeon.
“Jiyeon-na.”panggil seorang wanita paruh baya yang sangat Jiyeon rindukan.
“Eomma, kau datang.”
“Ye sayang, Eomma datang. Eomma sudah memasakkan makanan kesukaanmu.”ujar Tae-Hee.
“Gomawo Eomma.”
“Ye sayang. Ayo Hyuna-a, kita makan siang bersama.”
-oOo-
Jiyeon memasuki kamar tidur yang ia tinggalkan selama enam hari, matanya menyusuri setiap sudut ruangan yang cukup lama tidak ia lihat.
“Yya, baru satu minggu aku tinggal, rasanya sudah sangat merindukan tempat tidurku ini.”ujar Jiyeon sambil menyentuh tempat tidurnya.
“Jiyeon, Eomma ingin bicara.”ujar sebuah suara.
“Ye Eomma.”
“Mianhe.”ujar Tae-Hee pelan. “Mianhe, karena Eomma sudah membuatmu seperti ini. Andai saja Eomma tidak mementingkan karir Eomma, maka kau tidak perlu menjalani operasi, mianhe, jeongmal mianhe Jiyeon-na.”
“Eomma….”
“Eomma sangat menyayangimu, saat mendengar kau akan diopeari, Eomma langsung meninggalkna semua jadwal shooting Eomma, Eomma tak memikirkan apapun kecuali kesehatan dan keselamatanmu.”
“Keunde, kenapa Eomma tidak menemuiku di rumah sakit?”
“Igeo karena, Eomma malu. Eomma takut kau tidak mau menemui Eomma lagi.”
“Eomma, mana mungkin aku begitu, aku tidak mungkin tidak menemuimu, apa Eomma tahu bagaimana kau merindukanmu? Eomma, jangan berfikir macam-macam lagi.”ujar Jiyeon memeluk tubuh Tae-Hee erat.
“Kau tidak membenci Eomma?”
“Bagaimana bisa aku membenci orang yang sangat aku cintai, Eomma.”
“Gomawo Jiyeon-na, gomawo.”
“Ye.”
“Baiklah, kalau begitu, kau beristirahatlah.”ujar Tae-Hee sambil menyerahkan sebuah surat kabar dan sebuah amplop pada Jiyeon.
Aktris papan atas Kim Tae-Hee memutuskan meninggalkan dunia keartisan
“Eomma.”panggil Jiyeon saat membaca headline di surat kabar itu. “Igeo..”
“Ye sayang, Eomma sudah putuskan untuk meninggalkan semuanya.”
“Tapi Eomma, semua ini jerih payahmu, semua yang sangat berarti untukmu.”
“Apalagi yang lebih berarti dari putriku ini? Eomma melakukan semua ini untukmu chagi.”
“Eomma gomawo.”
“Sudahlah, kau harus beristirahat. Ah, itu, ada sebuah surat untukmu.”ujar Tae-Hee lalu meninggalkan Jiyeon.
Jiyeon memandang sebuah amplop berwarna biru dengan wajah bingung, di permukaan amplop tertulis jelas untuk siapa surat itu ditujukan.
“To my first love, Park Jiyeon.”ujar Jiyeon membaca tulisan di amplop itu. “Dari siapa ini, apa dari pengagum rahasiaku?”
Dear my princess, Park Jiyeon
Halo, apa kabar dirimu, Park Jiyeon-ssi? Aku berharap keadaanmu jauh lebih baik. Ini aku, Lee Jonghyun, si penipu yang sudah membuatmu marah kala itu. Jiyeon-nie, bolehkah aku memanggilmu dengan panggilan itu? Tanpa embel-embel nona di depannya? Ah, rasanya aku terlalu lancang untuk beramah tamah denganmu, mengingat apa yang sudah kulakukan kemarin dulu.
Park Jiyeon, gadis yang aku cintai, maafkan aku karena telah membohongimu. Mungkin kau tidak mengingat awal pertemuanmu denganku sama sekali, keunde aku, sangat mengingat saat itu. kau mengenakan sebuah celana berbahan kulit juga kemeja berwarna merah yang melekat ketat di tubuhmu, malam itu, di Dojo kau tengah diganggu dengan beberapa pemuda dan aku menyelamatkanmu, apa kau ingat? Tentu tidak. Sejak kejadian itu, wajahmu selalu membayang dibenakku, wajahmu selalu mengisi hari-hariku dan menemani tiap mimpiku. Aku menggombal? Mungkin.
Aku dengan lancang mendatangi Ayahmu, mengatakan kalau aku hendak mempersunting putri semata wayangnya, harta berharga miliknya, mungkin, aku sudah gila saat itu. Kemudian tuan Park Jung-Soo, Ayahmu mengizinkan aku untuk menjadi pengawal pribadimu, agar aku bisa mengenal dirimu lebih dalam dan agar aku bisa membuatmu mencintaiku, seperti aku yang tak bisa mengalihkan pandangan dari paras cantikmu.
Gadisku, Park Jiyeon, ah, rasanya seperti mimpi menyebutmu dengan kata-kata gadisku, Yah, mungkin hal-hal yang selama ini sudah kita lalui adalah sebuah mimpi, mimpi terindah untukku. Meski kau tak pernah memperlakukanku dengan baik, walau aku harus menerima setiap perkataan kasar dari bibir mungilmu dan aku yang mungkin tak pernah kau anggap, keunde, hal itu adalah hal yang paling berharga untuk hidupku, karena, karena aku bisa hidup berdekatan denganmu, menjagamu dari segala hal-hal yang mengancam keselamatanmu.
Keunde, ada hal yang tak pernah bisa aku lakukan, yaitu, aku tidak pernah bisa menghias paras cantikmu itu dengan senyuman. Aku tidak pernah bisa membuatmu tertawa, karena diriku. Aku justru selalu membuatmu marah. Tanganku ini tak pernah bisa menghapus air mata yang selalu kau keluarkan malam hari dan tubuh ini tak mungkin bisa mendekapmu, berusaha menenangkan hatimu yang gusar.
Kau tahu Jiyeon-nie, aku melakukan kesalahan fatal, kesalahan yang justru membuat semua yang sudah aku rencanakan berantakan. Malam itu, aku mendengar tangisan dari kamarmu, kau yang terlampau kesal mengendarai mobilmu menuju sebuah club malam. Aku mengikutimu dari belakang, menjagamu dari kejauhan dan menatapi bayanganmu yang asik menegak minuman, aku, begitu bodoh saat itu dan karena itu aku terus membiarkanmu memasuki dunia malam yang seharusnya tak pernah kau datangi.
Seandainya, aku tak pernah membiarkanmu melakukan itu, mungkin tuan Park tidak memintaku untuk menjauh, mungkin jati diriku tak terbongkar dengan cara itu, mungkin aku masih bisa menjagamu dan mungkin aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku, mungkin. Jiyeon, mengenalmu dan menjatuhkan hatiku padamu adalah hal yang paling membahagiakan untukku, meski aku tak pernah bisa memilikimu.
Park Jiyeon, cintaku, aku mohon, jagalah dirimu, bahagiakanlah hatimu dengan atau tanpa aku. Ah, bicara apa aku ini, tentu kau akan tetap bahagia meski aku tidak ada disisimu. Maafkan aku yang telah lancang mencintaimu, maafkan aku karena dalam setiap doaku aku selalu menyelipkan permohonan atas kebahagiaanmu, maafkan aku. Saat kau membaca surat ini, aku sudah ada di bandara, menunggu keberangkatanku menuju London. Aku memilih untuk meninggalkan Seoul dan menetap di Inggris, hal ini aku lakukan untuk kebahagiaanmu. Aku mewujudkan permintaanmu, karena aku mencintaimu. tapi ku mohon, ingatlah, meski aku pergi, tapi aku akan terus mencintaimu, Park Jiyeon kecilku. Ah, aku mempunyai hadiah untukmu, sudah aku titipkan pada nyonya Baek, aku harap kau menyukainya. Saranghae, Jiyeon-nie.
Salam, pria yang selalu mencintaimu
Lee Jonghyun
Jiyeon memandang surat yang ia pegang, matanya sudah digenangi air mata. Bagaimana bisa ia merasakan sakit seperti ini dan bagaimana bisa Lee Jonghyun meninggalkannya setelah ia jatuh cinta pada pria itu. Jiyeon mengangkat sebelah tangannya, mendekap surat yang menjadi pernyataan cinta dari Jonghyun, air mata sudah mengalir deras di pipi putihnya.
“Nona, bolehkah saya masuk?”tanya sebuah suara membuyarkan lamunan Jiyeon. “Nona, wae geure? Ada apa?”
“Bibi…”Jiyeon menunjukkan sebuah surat kepada bibi Baek.
“Nona Jiyeon, igeo, tuan Jonghyun menitipkan ini untukmu.”
Jiyeon membuka sebuah kotak berbentuk hati, jantungnya seolah berhenti berdetak ketika matanya menangkap sebuah kalung dengan liontin berinisial JJ yang menghiasinya, rasa sesak semakin membuncah dalam hatinya. Jiyeon melirik ke arah jam dinding yang tergantung manis di depan tempat tidurnya, dengan cepat yeoja ini merampas kunci mobil yang tergeletak di atas meja riasnya dan berlari menuju garasi.
Jiyeon menerobos rombongan-rombongan orang yang kini sedang berdiri di bandara Incheon, matanya menyusuri setiap sudut bandara, berharap ia akan menangkap sosok Jonghyun yang sangat ia rindukan. Kini matanya sibuk membaca deretan jadwal keberangkatan yang terpampang di papan pengumunam. Jiyeon menangis histeris ketika melihat pesawat terakhir dengan tujuan London sudah lepas landas lima menit yang lalu.
“Lee Jonghyun! Aku mencintaimu..”lirih Jiyeon pelan.
End
Annyeong raders, aku ngebut ngerjain FF ini dan setelah aku fikir-fikir FF ini nggak jadi aku kasih PW, FF revenge chapter akhir aja yang akan aku lindungi, hehe mian kalau aku membatalkan. Harap kalian meninggalkan jejak. Terima kasih.